Friday, 18 January 2013

Edisi #Banjir jilid 2

Sruput kopi pagi edisi banjir - 2

Benhil, 18 Januari 2013 - 13.30

Sampai sekarang saya masih mengingat jelas beberapa komentar di blog saya terkait pembahasan mengenai pedagang di stasiun pondok cina. Banyak yang pro dengan aksi blokir rel kemarin, dan tidak sedikit pula yang kontra. Yang pro sepertinya sangat paham mengenai kondisi yang terjadi di lapangan, preman galak dengan kesewenangannya dan aparat pekak dengan ketuliannya. Sedang yang kontra lebih dikarenakan terganggunya hak mereka sebagai pengguna jasa layanan KRL, sebuah musibah yang menimpa para penumpang.

Sebagai orang yang sangat mendukung aksi tersebut maka dengan ini saya memohon maaf yang sebesar-besarnya atas ketidaknyamanan anda, para penumpang yang budiman. Namun izinkanlah saya mengutip sebuah ayat dalam Al Quran.
"Tidak ada satupun musibah yang ada di bumi dan pada dirimu melainkan telah tertulis dalam 'lauhul mahfudz' sebelum kami menciptakan dirimu. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah" - Al Hadid : 22.
 

 Susah dan senang, nikmat dan musibah yang terjadi pada anda dan diri saya sepenuhnya merupakan sebuah kehendak yang telah digariskan oleh sang maha kuasa. Termasuk ketika pemblokiran terjadi dan perjalanan anda terganggu. Manusia memang dapat mengubah takdir dan berusaha untuk mendapatkan yang terbaik bagi dirinya dengan jalan usaha dan doa. Tapi sekali lagi, hak prerogratif ada pada tanganNya. Bukan karena pedagang yang memblokir rel kereta, tapi karena memang itu telah dikehendaki olehNya. Tak jadi soal apa dan siapa penyebabnya, kalau perjalanan anda memang ditakdirkan terganggu, mau bagaimanapun anda berusaha, anda tidak akan mampu menolaknya.

Mau bukti? Bagi yang tempo hari mengatakan "ah ini demo bikin gw susah aja, gw jadi pulang terlambat nih, padahal anak gw udah nunggu di rumah, merengek minta susu, dasar gak punya otak", coba kemaren naik kereta ke arah jakarta, apa reaksi anda? Ada yang bisa protes? Silahkan yang mau protes dengan dzat yang menurunkan hujan, silahkan gugat yang menjadikan hujan kemarin begitu deras dan membuat KRL lumpuh total karena banjir. Masih mau protes?

Jadi jangan separah itulah menggugat para pedagang di stasiun. Mereka cuma minta sedikit, sebuah keadilan, itu saja. Toh ternyata penyebabnya bukan karena para pedagang, tapi karena Allah yang menghendaki. Masih ngeyel juga? Baiklah..buka surat Albaqoroh ayat 6, silahkan cari dan baca sendiri, semoga anda dan saya tidak masuk golongan itu. Amin.

- karena Allah maha kuasa


foto : http://www.anneahira.com/images/kereta-api-indonesia.jpg

4 comments:

  1. Blog ini bagus, misalnya tentang Umar blusukan before it's maenstream, kalimat itu begitu ngetren (before it was cool), menandakan penulis blog ini juga mengikuti tren dunia maya. Juga tulisan tentang spongebob, alangkah bagusnya kalau setiap pemirsa bisa mengambil hikmah, bahkan dari film yang terlihat sederhana sekalipun. Bukankah menonton TV itu seharusnya bukan sekadar membunuh waktu? Juga artikel tentang rokok. Yah, pokoknya banyaklah tulisan ini yang bagus. Saran saya, sebaiknya mulai membeli domain sendiri yang dimapping di blogspot. Karena kamu punya potensi membangun image lewat blogging.

    Tapi.. maaf, tapi tulisan ini mengandung flaw yg mengganggu kebagusan blog ini.

    Flaw di mana? di logikanya. Begini, pertama saya ingin mengkonfirm dulu logika dalam artikel ini. Jadi maksudnya orang2 yang marah di kereta itu dianggap kurang pantas karena toh mereka seharusnya menerima itu sebagai takdir, dengan mengutip surah Al Hadid ayat 22? Kalau tangkapan saya salah, mohon abaikan tulisan di bawah ini. Tapi kalau benar, mohon dilanjutkan.

    Apakah, kemarahan mereka menjadi tidak konsisten, karena mereka giliran terhambat oleh banjir mereka tidak memprotes Tuhan yang menurunkan hujan terlampau deras dan lama.

    Sekarang begini, gimana kalau hari ini atau besok saya datang ke rumah kamu dan bakar rumah kamu? Kamu bakal marah ga? bakal lapor polisi ga?

    Yang waras pasti lapor kan? Dan melapor itu ngga ada urusannya dengan tidak mengakui takdir, tidak ridha dengan takdir, dengan ayat ini:

    "Tidak ada satupun musibah yang ada di bumi dan pada dirimu melainkan telah tertulis dalam 'lauhul mahfudz' sebelum kami menciptakan dirimu. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah" - Al Hadid : 22.

    Padahal kita sama2 tahu kalo rumah dibakar orang dengan sengaja pun termasuk takdir. Tapi kita lapor polisi ngga ada hubungannya dengan ngga percaya takdir. Itu sunnatullah namanya, rumah dibakar, orangnya lapor ke polisi. Itu keadilan namanya.

    Lalu gimana kalo kebakaran dengan "sendirinya", misal tersambar petir, konsleting listrik, dan sebagainya yang faktor eksternal. Jelas beda dong sama kasus yang pertama.

    Begitulah apa yang terjadi dengan orang2 di kereta itu. Ngga ada hubungannya kalo mereka marah2 karena ada yang mengganggu perjalanan dengan mereka tidak ridho dengan takdir. Mereka marah atas hal yang disengaja.

    Memang benar para pedagang itu menuntut keadilan, tapi apa memang begitu caranya? Apa kita harus membiasakan diri untuk menyalurkan aspirasi pada tempat yang salah. Misal, buruh berdemo, menutup jalan tol karena ada penolakan kenaikan upah minimum. Kenapa mereka ngga menutup kantor DPRD atau kantor asosiasi pengusaha, atau kantor mereka sendiri, atau pabrik mereka? Apakah orang yang dizalimi sertamerta memiliki hak untuk menzalimi orang lain?

    Menjadi aktivis mahasiswa, menjadi orang yang pernah dizalimi, atau menjadi apapun, tidak pernah boleh menutupi obyektifitas kita dalam melihat sesuatu.

    Terlebih, mesti hati2 dalam membawa dalil, saya lihat ini sebagai kesalahan fatal yang mungkin wajar karena tertutupi kabut bias. Lain waktu, tenangkan diri dan cek tulisan ini lagi.

    Salam.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebelumnya, saya mengucapkan terima kasih yang luar biasa atas apresiasi bung/mbak Anonim atas tulisan-tulisan di blog saya, semoga kita bisa sama2 bermanfaat bagi lingkungan sekitar kita. :)

      terkait isi tulisan di postingan saya kali ini, saya memberikan jempol atas saran dan kritik anda terhadap tulisan saya ini. Dan saya pun memandangnya sebagai bentuk masukan yang berharga bagi saya. terima kasih.

      lalu mengenai maksud tulisan ini, saya ingin menjelaskan beberapa hal, jadi gini, saya memahami bahwa tidak mudah bagi tiap orang menerima kondisi yang terjadi pada dirinya. Ada kalanya seseorang marah dan justru menyalahkan keadaan tanpa melihat apa sebab dari kemalangan yang menimpanya. contohnya, Penyebab perjalanan kereta terhambat karena demo. Wajar bila beberapa orang marah, tapi saya melihat, ada baiknya untuk mengetahui, apa sih yang menyebabkan pedagang itu demo sampai memblokir jalur kereta? tidak biasanya hal ini terjadi, karena setahu saya, para pedagang itu orang2 baik.
      karena ternyata penyebabnya adalah keputusasaan para pedagang atas ketidakadilan PT KAI untuk menerima mereka berdialog terkait hak mereka. Sayapun mengakui bahwa itu salah, memblokir jalur kereta, tapi mungkin dengan kondisi dan keadaan yang terdesak dan terancam, merekapun nekat melakukannya karena itu satu2nya yang ada di pikiran mereka saat itu.
      sehingga saya berusaha mengajak, merenung, bahwa dibalik keterlambatan kereta itu, ada kuasa Allah didalamnya. Kalaupun para pedagang tidak melakukan blokir, kalau mereka ditakdirkan untuk terlambat ya terlambat saja, kalaupun tidak karena demo pedagang ya mungkin hal lainnya, contohnya di hari berikutnya saat hujan besar turun, jadi bukan perkara karena pedagang yang memblokir, tapi lebih dari itu, itu kehendak Allah.
      jadi kurang lebih begitu maksud tulisan saya. dan mohon maaf bila ada kesalahan yang menyebabkan kontroversi penafsiran.
      terima kasih.

      Delete
  2. Siip.

    Tapi memang perlu diakui tulisan ini memang ada benarnya. Cuma masalah style nya aja yang 'menabrakkan' penumpang yang marah dengan dalil2 yang sebenarnya kita yakin mereka ngga begitu.

    Atau 'menabrakkan' para penumpang dengan para pedagang yang pastilah mereka juga bakal simpati kalau mereka tahu permasalahannya.

    Anyway, tulisan ini berpotensi dikembangin lebih jauh. Gimana misalnya begini, lain waktu bikin lagi tulisan yang membuat orang sadar atau insaf kalau apa yang terjadi kepada kita sebenarnya gimanapun juga adalah takdir.

    Salam ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Siip.. terima kasih atas masukannya.
      senang rasanya bila ada diskusi yang membangun seperti ini, membuat kita lebih kaya dengan pemahaman dan konsep yang mungkin belum terpikirkan oleh kita.
      :)

      Delete