Saturday, 12 January 2013

Astronom atau Astronot ?

"Dulu mempelajari fosil dan peninggalan purbakala sungguh mengasyikkan sampai mereka mencoba menjadikanmu bahan makanannya" - Dr Alan Green, Jurassic Park

 Pilih mana, menjadi Astronot atau menjadi Astronom? Sebagian orang mungkin lebih menikmati duduk santai memandang langit dan mempelajarinya dari jauh, tapi sebagian diantaranya lebih tertantang untuk terjun langsung menjelajahi langit dan merasakan sendiri sensasinya. Keduanya memiliki keasyikan tersendiri dan masing-masing pilihan punya keunikan yang tidak dimiliki satu sama lain.

Tidak tiap orang berbakat menjadi astronot dan tidak semua orang suka menjadi astronom. Kalaulah kita ingin menghitung prosentasenya, mungkin 50% lebih, orang-orang yang berasal dari keluarga yang dididik dengan aturan yang ketat dan keras, cenderung memilih menjadi astronom yang dirasa lebih nyaman dan aman bagi mereka. Sedangkan orang-orang yang dididik di keluarga yang demokratis dan bebas mengekspresikan aktivitas, lebih memilih menjadi astronot yang penuh tantangan.

Menjadi Astronot atau Astronom pun membutuhkan skill dan kemampuan khusus tersendiri. Tidak setiap orang memiliki fisik yang prima dan kadar adrenalin yang berlebih seperti para Astronot, dan tidak semua orang punya kemampuan matematis, analisa, dan kecermatan yang prima seperti para Astronom. Jadi memang, menjadi Astronot atau Astronom membutuhkan kesiapan mental dan fisik yang berbeda. Sehingga tidak usah diperdebatkan lagi mana yang lebih unggul dan lebih baik diantara keduanya.

Mungkin jika kita ejawantahkan dalam ranah yang berbeda, menjadi pengamat dan menjadi pelaku punya keunikan dan keunggulan tersendiri. Misalnya tidak tiap orang punya skill bermain bola yang ciamik macam Messi dan Ronaldo, dan tidak semua orang memiliki analisis yang tajam tentang jalannya pertandingan sepakbola layaknya Bung Kusnaeni dan Bung Towel. Begitu juga tidak setiap orang punya skill menulis macam Andrea Hirata, Es Ito, Dan Brown, serta Pramudya dan tidak semua orang punya kemampuan mengkritisi buku dan menguliknya sedalam mungkin layaknya Komentator di Goodread.

Antara keduanya, Astronot atau Astronom, pengamat bola dan pemain bola, atau penulis buku serta pengkritik buku, hakikatnya dapat dibangun sebuah sinergi yang saling melengkapi, Si pengamat membutuhkan si pelaku untuk dijadikan bahan dalam menganalisa jalannya proses dari sebuah pekerjaan, sedangkan si Pelaku membutuhkan si Pengamat untuk memberikan masukan terkait pekerjaan mereka.

karena hidup itu berpasangan-pasangan dan saling membutuhkan.

No comments:

Post a Comment