brand awareness, konsep marketing yang mengatakan bahwa konsumen memiliki derajat keteringatan terhadap suatu produk yang berbeda-beda. selain dunia marketing, psikologi pun mempelajari hal yang sama dari sisi tingkah laku dan kognisi dari konsumen. psikologi mencoba melihat perilaku yang muncul ketika konsumen melihat ataupun dikenalkan pada suatu produk. apakah si konsumen merasa aware(baca:sadar, mengingat) terhadap suatu produk sehingga memungkinkan dia untuk membelinya ataukah meninggalkannya.
sedangkan dari sisi kognisi, psikologi mencoba melihat bagaimana proses pembentukan dan penyimpanan brand tertentu pada fungsi kognisi manusia. sehingga nantinya secara tepat dapat diterapkan langkah-langkah dalam penyusunan brand tertentu pada suatu produk sehingga konsumen dapat lebih mengingat produk tersebut, dan pastinya membuat konsumen bertahan untuk menggunakan produk tersebut dalam jangka waktu tertentu yang hasilnya berupa profit bagi produsen.
baik, itu sekilas tentang definisi brand awarenes. sebuah konsep psikologi yang diadaptasi dalam dunia marketing. sekarang kita beranjak pada contoh kasus mengenai suatu produk yang mengandalkan teori ini. iklan rokok. iklan rokok sangatlah jeli dalam mencari sebuah brand yang dapat diingat oleh konsumen. dengan berbagai cara mereka melakukannya, tapi lebih didominasi oleh iklah yang memakai sebuah jargon khas, seperti "tanya kenapa?", "bikin hidup lebih hidup", "gak ada lo gak rame", dll. yang jelas mereka kreatif dan berhasil dalam menarik minat konsumen untuk mengingat produk itu.
namun, ada sebuah perbedaan pada cara yang mereka gunakan untuk menarik konsumen dengan cara dari produk2 lain, selain rokok tentunya. contoh, bila ada iklan sepeda motor seperti suzuki, maka mereka biasanya juga mengikutsertakan sample produk dari sepeda motor ini disertai jargon produk. sehingga konsumen mengetahui secara jelas, apa bentuk dari produk tersebut. sedangkan iklan rokok tidak melakukan hal itu. ada yang mengatakan bahwa hal ini tidak lah etis. menampilkan orang yang sedang merokok, sama dengan menyuruh seseorang untuk merokok(bukankah ini tujuan dari iklan?duh...bingung) yang secara tidak langsung mengakibatkan berbagai jenis gangguan(?). intinya seperti itulah, gak etis...
lalu, kalau dipikir-pikir..sebenernya apa sih yang membuat orang yang pertama kali menonton iklan rokok, dapat mengambil kesimpulan bahwa itu iklan rokok?karena klo dilihat-lihat gak ada satupun iklan rokok yang nyambung ama rokoknya. yang ada justru keadaan yang tidak berhubungan sama sekali dengan iklan rokok. bahkan suatu kali ada yang menganggap gencarnya iklan dan poster esia diwarung-warung, tempat hiburan, dll saat itu, sebagai sebuah perkenalan produk rokok terbaru. karena saking rancunya apa yang disebut iklan rokok.
oleh karena itu saya punya satu hipotesis tentang hal ini. tentang iklan rokok yang gak jelas iklannya tapi semua orang bisa tau klo itu iklan rokok. jadi gini ceritanya, pernah gak kita ngeliat himbauan pemerintah tentang bahaya rokok?. "rokok dapat menyebabkan impotensi, serangn jantung, dan gangguan kehamilan dan janin."pernah kan?. klo menurut saya, himbauan pemerintah inilah yang menyebabkan seseorang bisa tau ini iklan rokok atau nggak. karena waktu ada iklan esia yang ditempel poster2nya di warung2 gak pake kata2 itu, orang langsung berasumsi "mungkin sama aja kayak iklan rokok yang laen".
nah! jadi sebenernya klo buat mengatasi penyalahgunaan ataupun mengurangi jumlah perokok sebenernya cukup gampang. hilangkan aja himbauan pemerintah itu(gak juga sih, paling gak pemerintah ingin berlepas tangan atas akibat yang ditimbulkan dari rokok), dijamin insyaAlloh, banyak orang yang baru pernah sekali ngeliat iklan bakal menyangka bahwa ini iklan produk lain, bukan iklan rokok.
maka itulah kenapa rokok susah banget diturunkan jumlah konsumsinya...(dangkal banget ya? gapapalah sekali-kali...)
kesimpulan : pemerintah berhasil meyakinkan konsumen kalau iklan rokok harus diikuti dengan pernyataan bahwa "rokok menyebabkan kanker, impotensi, serangan jantung, dan gangguan kehamilan dan janin"...kalau gak ada pernyataan ini? tanya kenapa?
Hehehe.. kenapa ada iklan rokok tapi tak ada dimunculkan rokoknya? Karena memang ada peraturan perundang2an yang melarang hal itu. Sama seperti iklan obat ya modelnya tidak boleh kelihatan langsung sembuh begitu minum obat yang diiklankan. Tapi ane beranggapan, dari sekian banyak iklan di INA, cuma iklan rokoklah yang kreatif! Mungkin krn ada pelarangan untuk menampilkan rokoknya maka pembuat iklan memutar otak bagaimana agar produk mereka dikenal dan diingat calon konsumen meski tak ditampilkan secara langsung produknya.
ReplyDeletekalo itu ane tahu sih...cuma yang jadi masalah, point dimana seorang konsumen itu tau bahwa itu adalah iklan rokok, justru karena himbauan pemerintah itu...
ReplyDeletecoba klo gak ada?mungkin aja dia gak tau kan?
Dari disikusi dengan Moka (Kamil) sekitar 2 abad lalu, budaya merokok lahir dari budaya menunggu. Menunggu panen, para petani duduk bercengkrama sambil merokok. Menunggu inspirasi keluar, orang-orang berpikir dengan merokok.
ReplyDeleteTapi itu jaman dulu, kalau sekrang???
Lha wong diperingatkan aja banyak orang yang masih merokok... Apalagi nggak diperingatkan tentang bahaya merokok...
ReplyDeleteMasalah tau atau nggak tau ane pikir bukan dari adanya peringatan pemerintah yang ditampilkannya, banyak faktor.
emang banyak faktor...dan ironisnya, salah satu faktor itu dari himbauan pemerintah...
ReplyDeletewuakakakkakk...menunggu...salah satu dari banyak faktor yang membuat orang jadi ngerokok...
ReplyDeletebos, gw juga mau "tanya kenapa"
ReplyDeletekenapa agus salim ngerokok?
kenapa che guevara ngerokok?
kenapa kiai di daerah jawa sana ngerokok?
kenapa yang ngaku anak gaul ngerokok?
kenapa pramoedya ngerokok?
kenapa anggota DPR dari faksi banteng ngamuk ngerokok waktu lagi ngomongin RUU untuk pemilu 2009?
dan kenapa lo gak ngerokok gar??
menurut buku "seratus tahun agus salim"...agus salim memiliki ketergantungan terhadap rokok a.k.a kecanduan saat bekerja di institusi belanda...dan perlu menjadi catatan di sini, bahwa saat itu agus salim belum menjadi tokoh islam...jadi saat ia 'telah' menjadi tokoh, ketergantungannya terhadap rokok belum bisa lepas...
ReplyDeletegw juga bingung sih jat...soalnya kan dia dokter udah gitu punya asma lagi...
ReplyDeletedan klo gak salah, sepengetahuan gw...saat dia berkeliling make motor ama temennya di amerika selatan, dia blom ngerokok...
mungkin gw cuma tau segitu doank...
...masih banyak khilafiah antar beberapa ulama, khususnya di jawa tentang merokok...ada yang bilang makruh, ada yang bilang mubah, bahkan ada yang bilang haram...
ReplyDeletejadi klo ditanya ke mereka"kenapa kiai merokok??"..jawaban mereka rata-rata bukan jawaban ideologis...lebih banyak karena motivasi personal...
loh???bukannya lo anak gaul jat???
ReplyDeletehe...he... :p
kayaknya untuk pertanyaan ini.. lo (lagi!) yang lebih tau jat...
ReplyDeletesang -pramoedyanian-...wuakakakakkk
mungkin saat itu mereka (anggota DPR dari fraksi banteng kalem dan fraksi2 lainnya) sedang membahas dana legal untuk pemilu...dan mereka bertanya-tanya..."dari mana nih dana buat pemilu??anggaran dana udah kita pake semua buat "studi banding", anggaran "rapat", laptop gratis, faks baru...dll"..jadi dana buat pemilu nipis nih...
ReplyDeleteakhirnya ada salah seorang dari fraksi banteng ngamuk berpendapat "gitu aja kok repot?" sambil mengeluarkan rokok dan menghisap rokok itu dengan nikmatnya...
serentak semua anggota DPR berteriak "nah...ini dia yang kita cari!!" sambil nunjuk ke anggota dari fraksi banteng ngamuk..."pake sponsor rokok aja" teriak mereka bagaikan orang bingung, yang udah gak tahu lagi gimana caranya supaya dapet dana pemilu(kebanyakan mikir buat ngakalin anggaran DPR)...
terus pemerintah menanggapi usulan ini dengan satu syarat, sponsor ini harus disertai slogan "merokok menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi , dan gangguan kehamilan dan janin"(?)..
jadi itu intrepretasi saya atas kasus yang anda gambarkan saudara jati...gak percaya?
..
*cerita ini hanya fiksi belaka, bila ada kesamaan tempat, nama tokoh, dan lain-lain, sungguh...itu semua cuma kebetulan yang 'tidak' disengaja..he..he...
yeeee...gimana sih...
ReplyDeleteklo gw ngerokok..ngapain juga gw nulis postingan ini??
duh..jati...jati...ck...ck...
he...he...
bagus-bagus..
ReplyDeletejawabannya sangat psikologi sekali
terutama yang tentang anggota DPR
iya donk....calon psikolog....
ReplyDeleteklo jawaban yang tentang anggota DPR itu, hasil observational learning pada anggota DPR...he.he..
haduuuuhhh,,,Jati dan Tegar aneh bangetttt,,,,ngobrol lewat komen multiply...
ReplyDeletekaya kaga sekampus,,,se-SMA,,se-SMP ajah...
(pesan sponsor: k'Tegar,,,aq si udah muntah kali bareng ama tu bocah mulu,,wehehehe xp )
kurang satu dey...
ReplyDelete"kaya gak se-SD ajah..."
he..he..
Wah.. satu komen tentang tulisan ini.. Akhi ente jenius! Sumpah, jenius banget!
ReplyDeletePernah baca Freakonomics? (kalo belum bisa cari di perpus pusat hhe..),, teori ente ni semodel dengan teori2 di buku freakonomics itu, teori yang aneh tapi lahir dari pemikiran yang jenius (^_^)