Wednesday 4 December 2013

Talent dan Exciting Enterprise


“Poin yang terakhir dari IPC Way adalah mengembangkan tempat bekerja yang exciting. Apa maksudnya exciting? Exciting tidak hanya menyenangkan, tetapi juga menggairahkan, membuat kita rindu untuk kembali datang ke tempat kerja”

-R.J. Lino, CEO IPC (PT Pelabuhan Indonesia II), dalam pidato upacara HUT RI ke 68 di Kantor Pusat IPC-

Exciting Enterprise, perusahaan yang luar biasa, menggairahkan, dan menyenangkan. Tentunya tak ada orang yang tak menginginkan untuk bekerja di perusahaan seperti ini. Perusahaan yang membuatnya nyaman dan termovitasi dalam bekerja.  Dimana tiap pekerja di dalam perusahaan berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan. Lalu apa saja faktor-faktor yang membuat seseorang merasa Excited, bergairah, dan rindu untuk kembali ke tempat kerja?

Ada bermacam faktor yang mungkin membuat seseorang merasa Excited dengan perusahaannya. Entah karena gaji tinggi, fasilitas kesehatan yang menarik, peluang karir yang menjanjikan atau sekedar mengejar status sebagai seorang karyawan di sebuah perusahaan besar. Faktor-faktor itu dapat saja dijadikan tolok ukur yang dapat memotivasi karyawan untuk selalu excited dalam bekerja.

Tapi kini sesuatu yang sifatnya tangible tersebut (gaji, fasilitas kesehatan, dll) tak selalu membuat seorang karyawan atau calon karyawan tertarik untuk bekerja di sebuah perusahaan. Karena kini, minat dan talent seseorang sedikit banyak mengarahkannya untuk memilih sendiri, perusahaan mana yang membuatnya excited dan termotivasi dalam bekerja.

Talent dan Exciting Enterprise

Rohah Shah adalah pemuda 20 tahun dan sekaligus sebagai mahasiswa Universitas Illinois dengan beragam prestasi di kampusnya. Nilai akademik yang tinggi, aktif dalam dewan mahasiswa di kampus, menguasai 3 bahasa, dan asisten dosen nampaknya cukup menggambarkan betapa Shah adalah seorang mahasiswa berprestasi.

Dengan berbagai capaian tersebut, tak sulit bagi Shah untuk melamar di sebuah perusahaan besar yang diimpikan banyak orang. Dibandingkan mengejar gaji tinggi, status sebagai karyawan perusahaan ternama, dan berbagai fasilitas wah lainnya, ia justru lebih mengikuti talent dan passionnya di bidang IT, hingga ia pun mengajukan diri sebagai karyawan magang terlebih dulu di perusahaan IT sekelas Google.

Shah melamar secara online, sebuah prosedur wajib bagi orang-orang yang tertarik bekerja ataupun magang di Google.  Ia pun mengisi formulir, mengirimkannya kembali lewat email disertai dengan surat lamaran, nilai akademik dan catatan aktivitas organisasi yang ia ikuti. Beberapa waktu kemudian, Shah menerima email dari Google, sebuah undangan wawancara untuk posisi karyawan magang selama musim panas. Mendapat email itu, Shah sangat senang. Dia tak mau melewatkan kesempatan itu. Apa lagi, kompetisi untuk masuk Google sangat ketat. Menurut juru bicara Google, Google hanya menerima 1.500 anak magang dari 40 ribu yang melamar setiap tahunnya.

Yang menarik adalah, talent dan minat Shah di suatu bidang sangat diperhatikan dalam proses seleksi. Ada dua proses wawancara yang diikuti Shah,  Wawancara yang bersifat teknikal terkait bidang IT melalui telepon dan wawancara secara langsung dengan beberapa tim dari Google. Setelah beberapa kali wawancara, akhirnya tim dari Google membantu Shah memilih divisi yang cocok sebagai tempat magangnya. Singkat cerita, dalam waktu 3 bulan setelah mengirim lamaran online, Shah resmi magang di Google. Dia bergabung dengan divisi Android, sesuai dengan hobi dan talent yang dikuasainya.

Dari kisah Rohah Shah di atas, kita dapat melihat bahwa talent dan exciting enterprise memiliki keterkaitan satu sama lain. Dimana talent Shah di bidang IT mempengaruhi dirinya untuk bekerja di sebuah perusahaan yang dilihatnya sebagai perusahaan yang exciting. Talent sendiri di dalam dunia kerja tidak hanya didefinisikan dan diartikan secara harafiah sebagai bakat. Tapi lebih dari itu, ketika kita membicarakan talent, kita juga membicarakan tentang orangnya.

Orang yang memiliki talent adalah orang yang memiliki kompetensi atau kemampuan di atas rata-rata sehingga membuat dia mampu untuk perform sangat baik dibanding dengan orang-orang di sekelilingnya (average performer). Untuk mendefinisikan talent sendiri, kita harus bagi menjadi dua antara Performance dan Potency.

Performance sendiri didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk menampilkan talent dan minatnya pada suatu bidang. Ada dua jenis performance yang ada pada diri seseorang, high performance dan low performance. High performance adalah kemampuan seseorang menampilkan talent dan minatnya dengan sangat baik pada suatu bidang, ia mampu menunjukkan kinerja di atas rata-rata dibandingkan orang lain. Sebaliknya low performance adalah ketidakmampuan seseorang menampilkan talent dan minatnya, sehingga ia menunjukkan kinerja dibawah rata-rata.

Sedangkan potency adalah kemampuan yang memiliki kemungkinan untuk dikembangkan ke depannya. Potency seseorang secara umum tercermin dari caranya berkomunikasi, hasil tesnya (misalnya tes IQ), histori prestasinya dan lain-lain. Ada dua jenis potency pada diri seseorang, high potency dan low potency. High potency adalah kemampuan seseorang yang dapat dikembangkan dengan lebih besar di masa mendatang, dan low potency adalah kemampuan seseorang yang sulit dikembangkan walaupun tersedia banyak peluang bagi orang tersebut.

Talent, IPC, dan Exciting Enterprise

Melihat dinamika SDM kini yang tak hanya seputar hal-hal yang tangible (gaji, tunjangan fasilitas dll), maka idealnya IPC yang mengusung misi sebagai world class port operator mampu menjawab tantangan yang ada kini dalam mengembangkan Exciting enterprise bagi karyawannya. Dimana nantinya telah ada skema atau planning yang terstruktur dan detail mengenai pengembangan talent di dalam perusahaan.

Secara umum di banyak perusahaan, pengembangan talent merupakan proyek besar dalam rangka menyiapkan calon-calon karyawan potensial dan pemimpin perusahaan di masa mendatang. Mereka yang High potential dan high performance diharapkan dapat dikembangkan kompetensinya dan diarahkan sesuai career path yang ada dalam sebuah perusahaan. Dikumpulkan dalam sebuah wadah yang dikenal dengan nama talent pool. Sedangkan karyawan yang high potential dan low performance dapat di coach, serta dimotivasi agar nantinya dapat meningkatkan performance-nya dan mampu bergabung dengan high potential dan high performance di dalam rencana jangka panjang perusahaan.

Tentunya tak mudah mensinergikan talent seorang karyawan dengan misi dan budaya yang ada di sebuah perusahaan khususnya IPC. Tapi dengan melihat kondisi faktual yang ada, IPC sebagai salah satu perusahaan yang sedang bertransformasi dalam banyak hal, idealnya mampu menciptakan peluang bagi talent-talent yang ada untuk berkembang dan membuat mereka merasa excited dalam bekerja karena sesuai dengan talent yang mereka miliki. Hingga harapannya, exciting enterprise yang kini dikembangkan lewat culture transformation IPC dapat menjadi kenyataan dan tak sekedar slogan semata.

Thursday 7 November 2013

Erika Hapsari



Hm..

Oke, secara de facto dia adalah adik kelas saya, junior lah kalau orang-orang menyebutnya. Junior di kampus. Tapi kok ketika dulu di kampus saya jarang ngeliat dia ya??.. hm.. entah saya yang kurang gaul atau memang ruang lingkup aktivitas kami yang berbeda, dia lebih sering main ke pusgiwa dan saya ke student center psikologi, tapi yang jelas, namanya sudah cukup familiar di telinga saya. Erika Hapsari..

Yup, Erika Hapsari. Wanita anggun asal malang dengan wajah yang memancarkan binar keceriaan. Sejak email dari temannya (yang termasuk teman saya juga), tentang informasi dan profile dirinya masuk ke inbox saya, sayapun mengetahui tentang dirinya lebih jauh dari sekedar bahwa ia adalah mahasiswi yang smart dengan title Mahasiswa berprestasi dengan segudang aktivitas kemahasiswaan. Ah ternyata ia yang saya cari selama ini.

Profilenya saya baca berulang kali, berulang kali, dan berulang kali. Sungguh bahagia sekali bila anak saya nanti beribukan seorang wanita yang luar biasa seperti ini. Bismillah, dengan istikhoroh dan berbagai masukan dari banyak informan, sayapun bertekad, she is the one.

**
Saat itu pertengahan januari, seminggu setelah berkonsultasi dengan sang khaliq, sayapun memutuskan untuk bertemu dengannya. Di sebuah rumah makan ditemani oleh dua orang teman yang sekaligus pasangan suami istri. Disana saya bertatap muka langsung dengannya, bertanya lebih lanjut dan mengklarifikasi banyak hal. Hm.. sangat menyenangkan. Sayapun menyampaikan bahwa, “oke, kita masing-masing istikhoroh dulu, insyaAllah setelah itu kita akan saling mengabari”

Seminggu setelah pertemuan itu, sayapun kembali istikhoroh. Sungguh, untuk yang satu ini, dia yang insyaAllah terbaik sebagai pendamping hidup, saya serahkan sepenuhnya pada Allah. Biarlah sang khaliq yang memilihkan. Dan dengan bertawakal padaNya, sayapun memutuskan untuk melanjutkan proses ini. Tapi itu baru dari saya, sedangkan ia belum tahu seperti apa. Apakah bersedia untuk melanjutkan proses ini atau tidak. Awalnya rasa harap dan keinginan untuk bersamanya tak terlalu besar, biasa saja, tapi entah kenapa Allah seperti sudah menitipkan rasa itu pada saya. Dan rasa itu makin besar. Semoga ia menerima.

Dan ternyata, ia bersedia untuk melanjutkan proses ini. Alhamdulillah, selanjutnya kamipun mulai membicarakan hal yang lebih detail via email atau sms terkait dengan proses menuju jenjang pernikahan. Dan entah kenapa, semuanya berjalan lancar dan cepat. Bulan januari kami bertemu, beberapa kali diskusi, akhirnya di penghujung januari ia ke rumah saya ditemani sahabatnya, bertemu dengan orang tua  yang tidak disangka, beliau berdua cocok dengannya.

“gimana kalau kak tegar februari ke sini aja, langsung ketemu orang tuaku, sekalian lamaran juga boleh, tapi klo bisa jangan sendiri, gak usah dua-duanya dateng juga gakpapa,”

Wuih.. dan akhirnya februari disuruh ke rumahnya langsung di malang. Malam itu pun, setelah dia mampir ke rumah saya, saya mencari tiket ke pesawat promo. Tak disangka, dapat yang murah dan untuk berdua. Pesawat tiger airways, dua juta untuk dua orang, PP JKT-SBY. Murah bangettt.. ternyata ada aja jalannya.

**
Sayapun berangkat bersama ayah, hanya berdua, bertandang ke rumahnya sekaligus lamaran. Kamipun hanya membawa beberapa buah tangan, tak banyak, tapi mudah2an bermanfaat. Disana ayah sayapun mengutarakan maksud kami datang ke malang, dan Alhamdulillah, kami diterima dengan baik dan lamaran sayapun ditanggapi dengan positif.

Selanjutnya kamipun membicarakan proses menuju pernikahan, dari urusan tanggal, prosesi pernikahan dan sebagainya. Sungguh banyak kalau diceritakan dalam satu tulisan, tapi intinya, kami berdua dimudahkan. Dengan kondisi saya yang tabungannya kurang (bahkan nyaris gak ada) dan masih belum bebas financial, Alhamdulillah ada saja rejeki yang datang. Hehe.

**
5 bulan dari hari pernikahan.
Kami menikah bulan Juni, di malang, dengan resepsi yang sungguh luar biasa. Saya bersyukur bahwa Allah telah menentukan jalan terbaik bagi kami berdua untuk berkumpul sebagai satu keluarga, insyaAllah hingga ke surga kelak. Aamiin.

Dan hingga detik ini, betapa bersyukurnya saya mendapatkan anugrah bidadari penyejuk mata seperti dirinya. Wanita dengan senyuman manis yang senantiasa ridho dengan kondisi suaminya, tak banyak mengeluh dan sangat menyayangi saya dan menerima keluarga saya layaknya keluarga sendiri.  Wanita dengan sosok tangguh, luar biasa, dan penyayang.

Wanita yang bisa berkata “uangku uang mas juga" 
Atau "istri harus bisa bantu suami”
Atau “uangnya di mas aja, aku bakal minta kok kalo kurang.”
Atau “insyaAllah rejeki gak kemana mas, usaha terus ya, insyaAllah ada jalan”
Dan banyak fragmen yang saya terekam jelas dalam memori.

Banyak hal yang akan kami tempuh di tahun-tahun mendatang, bahkan mungkin masih banyak yang perlu kami ketahui satu sama lain. Tapi insyaAllah, dengan ridho Allah, kami akan lalui jalan ini berdua bersama anak-anak kami nantinya. Aamiin.

Selamat hari lahir dek, semoga sehat selalu dalam menempuh jalan hidup ini bersamaku.

Teruntuk istriku tercinta.
Erika Hapsari
:)

Saturday 18 May 2013

KPK dan Staf HRD

Sesaat, saya menghembuskan nafas dan memandang kembali CV dan surat lamaran yang teronggok manis di atas meja kerja. Beberapa lembar kertas yang bertuliskan nama, alamat, riwayat pekerjaan, dan pastinya sepucuk surat bahwa yang bersangkutan ingin melamar di perusahaan tempat saya bekerja.

Secara keseluruhan, idealnya, saya tak perlu 'galau' dengan sepucuk aplikasi lamaran kerja yang tadinya terbungkus rapi dalam amplop coklat besar. Karena memang yang namanya surat lamaran dalam amplop coklat bukan suatu hal yang baru bagi saya.

Bahkan kini beberapa tumpukan lamaran dalam amplop masih terbengkalai berdebu di sudut ruang kerja. (duh maaf ya para pelamar). Tapi kini yang membuat saya agak malas dan resah adalah sebuah tulisan kecil di pojok kiri atas surat lamaran si pelamar. Tertulis dengan tinta berwarna merah, "ref: Dirut". Alamak, tanda-tanda bakal diintervensi nih.

Karena memang biasanya, referensi atau calon dari si pejabat perusahaan, entah dia saudara jauhnya, atau cuma tetangga, hampir dipastikan berujung intervensi dan tekanan yang intinya adalah, "nih orang referensinya pejabat, mau gak mau harus diterima.". duh.. apa jadinya perusahaan kalau begini caranya. Kalau si pelamar sesuai kualifikasi, syukur alhamdulillah, tapi kalau jauh dari kualifikasi? psikotes jeblok, pengalaman nol, hasil tes kesehatan tidak fit. Apa tetap harus diterima?

hm.. ya sebenarnya sih mau dipaksakan atau tidak, tidak jadi masalah. Toh keputusan tetap ditangan para bos-bos itu, pimpinan yang terhormat. Saya hanya menjalankan pekerjaan sesuai prosedur dan keputusan diterima atau tidak kembali saya serahkan pada mereka.

Saya hanya menyajikan fakta dan silahkan para pembesar itu yang memutuskan. Saya serahkan hasil psikotesnya, hasil interview, dan hasil tes kesehatan. Silahkan ditimbang-timbang apakah layak atau tidak. Tapi sejauh ini memang pimpinan saya itu tak mau mengambil risiko, walau referensi pejabat tapi jika tidak memenuhi kualifikasi ya apa mau dikata. Syukurlah para pimpinan masih bisa bertindak rasional.


Tuesday 16 April 2013

#Khamr : Perihal Tweet Ulil Semalam

Semalam ada kicauan menarik dari salah seorang tweeps di twitterland. Rangkaian kultwitnya ditanggapi beragam dari followernya yang mayoritas merasa 'kegerahan' dengan berbagai opininya, kali ini tentang #miras. Tak banyak tweet beliau yang saya baca, hanya sebagian saja dan itu sudah membuat jidat saya mengkerut, tak heran, alur berpikir khas "sepilis" (sekularisme, pluralisme, liberalisme). Beberapa opininya coba saya tanggapi di tulisan kali ini.

Yang pertama mengenai regulasi miras, menurutnya dalam hal ini kita (baca: masyarakat) harus melepaskan diri dari soal pilihan moral, maka saat umat islam percaya miras haram, itu pilihan moral mereka. Jadi saat membicarakan regulasi miras, maka isu utamanya adalah public safety, bukan urusan halal-haram. Hm.. membaca tweet beliau ini, kok saya menjadi tersenyum ya. Ada beberapa point menarik dari pernyataan beliau ini.

Pertama mengenai apa itu sebenarnya halal haram dan apa maksud beliau tentang 'pilihan moral'. Halal haram itu masuk dalam kategori rule, peraturan, syariah, jalan yang harus ditempuh, dipatuhi dan tidak sekedar simbol moral-immoral belaka. Karena halal itu adalah sesuatu yang boleh dilakukan, dan haram adalah hal yang dilarang untuk dilakukan. Definisi yang beririsan dengan definisi regulasi yang hakikatnya sama dengan apa yang beliau maksudkan, yaitu sama-sama peraturan yang harus dipatuhi. Jadi ada semacam kerancuan berpikir saat beliau memposisikan halal-haram diluar definisi regulasi.

Kedua mengenai term 'mereka' yang beliau tujukan kepada umat muslim. Sebuah statement yang secara tidak langsung menegaskan bahwa beliau berada di posisi outgroup. Tidak masuk bagian dari umat islam, dan tidak ikut-ikutan dengan pilihan halal-haram umat islam. Sebuah pernyataan yang 'wow' yang menyadarkan saya bahwa tak heran beliau begitu mudahnya membuat hal-hal kontroversial karena memang tak ada beban sebagai seorang ingroup, umat islam.

Tweet kedua yang saya cermati adalah mengenai turunnya ayat Alquran yang mengatur tentang khamr. Dalam Alquran memang Allah tidak serta merta melarang pengharaman Khamr, akan tetapi dilakukan secara perlahan satu persatu. Dari pelarangan menjauhi shalat saat mabuk, sampai pengharaman mutlak untuk dikonsumsi.

Yang menarik adalah cara pandang beliau yang menganggap bahwa pelarangan khamr yang perlahan hanya terjadi dalam konteks pertikaian sosial seperti yang tersirat dalam surah Al Maidah 90-91. Jadi kalau tidak menimbulkan pertikaian sosial, khamr boleh-boleh saja dikonsumsi, dan menariknya beliau mengambil contoh dari barat sana saat khamr ternyata tidak menghalangi kemajuan suatu bangsa. Karena banyak bangsa-bangsa yang melegalisasi khamr dan membudayakannya, lebih maju dari berbagai aspek.

Duh.. kok saya semakin tersenyum membaca jalan berpikir beliau ya. Pertama, pengharaman khamr perlahan mengandung hikmah bahwa yang namanya dakwah memang harus dilakukan perlahan, tidak langsung diharamkan. Yang ada jika itu dilakukan, dakwah malah tak berhasil dan orang-orang tersebut terlanjur kabur.

Kedua, mengenai pertikaian sosial yang disebabkan oleh khamr. Memang benar bahwa yang namanya khamr bisa memancing emosi dan perkelahian antar kelompok, karena akal sedang kehilangan kendalinya. Tapi itu tidak serta merta menjadi sebuah indikasi bahwa negara yang melegalisasi dan membudayakan miras dimana disana tidak terjadi konflik sosial dianggap lebih maju dan membuat pengharaman atas khamr menjadi hilang. Karena tak ada korelasinya antara budaya miras, penghalalan khamr, dengan kemajuan suatu bangsa. Duh.. cara berpikir yang aneh.

Lalu tweet lainnya mengenai Alquran dan Hadits yang tidak mengatur sanksi mengenai peminum miras, serta beberapa orang sahabat yang menjadi peminum khamr sebelum masuk islam. Seolah-olah karena tidak adanya sanksi dan budaya sebagian sahabat (sebelum islam datang) sebagai peminum khamr membuat pemakluman bagi perkara keharamannya. Pernyataan yang seakan menjadi pembenaran khamr.

Tapi perlu kita ingat,walaupun sebagian sahabat dulunya peminum khamr, tapi sejak turunnya wahyu yang melarangnya, serta merta para sahabat langsung meninggalkannya. Bahkan menurut sebagian riwayat, jalan-jalan di kota madinah penuh dengan genangan khamr yang dibuang. Selain itu, walaupun tidak ada sanksi tertulis dalam Al Quran dan Sunnnah tentang sanksi peminum khamr, tapi di zaman sahabat sanksi tentang meminum khamr telah diatur.

Contohnya saat Umar menerapkan hukuman cambuk bagi anaknya yang meminum Khamr. Jadi meskipun tidak tertulis secara eksplisit dalam Quran dan Sunnah, para sahabat telah berijtihad dalam menentukan sanksi bagi peminum khamr. Karena para sahabat adalah sebaik-baik Ulama sepeninggal Rasul, karena mereka paling memahami Quran dan Sunnah. Akan sangat sulit menyatukan pandangan jika si pembuat tweet tidak mengakui ijtihad para sahabat. gak bakal ketemu ujungnya.

Tapi memang khamr tidak dilegalkan di dunia, tapi di surga sana. Karena di surga sana, khamr jadi minuman yang halal dan disajikan bagi para penghuni surga. Mungkin itu sebabnya mereka, sepilis-sepilis itu, menghalalkan khamr, karena bisa jadi dunia bagaikan surga bagi mereka. Jadi gak usah heran kalau kelakuan mereka seperti itu.

Monday 15 April 2013

Mari Menulis Lagi..!

Setelah seminggu berlalu (lebih kayaknya), sayapun menyadari bahwa menulis membangun konstruksi berpikir dari lesatan ide serta opini yang ada di kepala. Hal-hal semacam peristiwa, fenomena dan sebungkus informasi yang muncul menjadi stimulus yang asyik tuk diolah. Maka saat aktivitas menulis itu berhenti, ada semacam stagnansi dari sebuah proses perbaikan diri, dan itu sangat mengganggu.

Awalnya saya sekedar ingin melihat perbedaan antara menulis dengan berhenti menulis. Aktivitas yang biasanya dilakukan dibuat hilang untuk sesaat. Harapannya, saya menjadi lebih tahu, apa kiranya yang terjadi saat sesuatu itu hilang. Karena biasanya, yang namanya manusia, baru mulai menyadari hakikat sesuatu saat sesuatu itu sirna.

Dan sayapun sadar bahwa menulis menjadi sesuatu yang penting dalam hidup saya kini. Seminggu (lebih) stop menulis menjadi momen dimana saya dibuat tak berdaya dengan segala informasi yang berlalu lalang. Mengharuskan saya secara tidak langsung untuk menelan saja informasi tersebut tanpa ada hasrat tuk merespon yang biasanya dilakukan dengan cara menulis. Padahal belakangan ini banyak peristiwa dan fenomena yang perlu dikomentari.

Menulis juga menjadi alat bagi diri saya pribadi untuk berbagi ide yang mungkin bermanfaat. Cerdas bersama dengan berbagai komentar dan masukan yang berharga. Tak melulu soal banyaknya pengunjung yang membaca tapi lebih dari itu, semoga tulisan saya bermanfaat dan memberikan inspirasi, setidaknya bagi diri saya yang perlu diberi nasihat oleh dirinya sendiri agar menjadi lebih baik.

Maka kini menulis jadi semacam terapi, untuk saling menasihati dan memberikan inspirasi. Karena menulis adalah respon saat Allah memerintahkan kita untuk membaca.


Thursday 4 April 2013

Harapan Di Atas Harapan

Selalu ada kesempatan tuk berharap. Karena hanya lewat harapan, tiap orang memiliki kesempatan mengais mimpi yang seringkali timbul dalam angan. Seperti saat seorang pengamen jalanan yang bermimpi menjadi seorang penyanyi profesional. Selalu ada harap ditiap usahanya, bahwa suatu saat bisa saja nasib baik berpihak padanya.

Hingga pengalamannya naik-turun angkot, bus kota, dan kereta tidak sia-sia karena tiap kesempatan mengamen adalah ajang unjuk gigi penampilan dan performanya di depan khalayak penumpang. Sampai suatu saat ajang pencarian bakat menjadi titik balik dalam hidupnya dan memang harapan kan selalu ada. Ia mendapat kemenangan berkat hasil usaha dan tentunya kegigihan dalam berharap.

Tapi memang, harapan dan kenyataan tak selalu berbanding lurus. Kadang kala semuanya berjalan mulus hingga tiap harapan yang terselip dalam mimpi dan doa berbuah manis, harapan itu terwujud. Namun tak sedikit pula yang harus merelakan dan mengikhlaskan diri saat harap yang diinginkan tak terwujud sempurna dalam kenyataan. Ternyata tiap usaha, tiap peluh yang keluar dalam usahanya menggapi mimpi tak tergapai indah.

Sebagian orang ada yang merelakan mimpinya pergi melayang, menyerah pada kondisi yang tak memihak dan menganggapnya sebagai nasib buruk. Harapannya putus, seolah tak tahu lagi bahwa terbentang banyak harap di tiap kesempatan yang datang. Lain hal dengan sebagian yang lain, dimana mereka menginsyafi bahwa selalu ada harap di tiap kondisi.

Karena harapan kan selalu ada, karena harapan tak mengenal kata menyerah. Harapan tertinggi yang sempurna atas segala jerih payah yang selama ini tak kunjung menuai hasil. Jika memang satu harap tak terwujud, masih ada harap yang lain, jika belum juga, harap itu masih ada, terus berharap sampai tak terhitung jumlahnya. Hingga nantinya, konsistensi berjuang dalam tiap harapan mencapai titik tertinggi, penilaian yang sempurna dari Tuhan semesta alam. Harapan di atas harapan.


Wednesday 3 April 2013

Trotoar Jalan



Sesekali mengarahkan pandang ke trotoar jalan mungkin saja memberi perspektif berbeda pada diri kita dalam melihat dunia. Tak melulu soal siapa dan bagaimana seseorang berpacu di keramaian jalan raya karena ada kalanya melambat berjalan di sebuah trotoar menjadi sesuatu yang menyenangkan tuk dilakukan.

Trotoar jalan kini memiliki banyak fungsi. Yang awalnya digunakan para pejalan kaki kini beralih peran menjadi tempat berjualan para pedagang, tempat berkumpulnya anak-anak jalanan, dan sesekali menjadi jalur lintasan motor saat kemacetan muncul di sepanjang jalan.

Tak mengapa jika kini fungsi utama trotoar lambat laun teralihkan, karena memang hanya trotoar jalan yang menerima mereka dengan kesediaan hati sepenuhnya. Dikala jaminan berusaha dan berniaga tak lagi jelas datangnya, merekapun mengaisnya di daerah tempat orang-orang memperhatikan mereka, di tempat orang-orang berlalu lalang. Dikala hangatnya keluarga dan rumah tempat bernaung tak lagi ada, trotoar jalan memberikan tempat bagi anak-anak jalanan menunjukkan keberadaan mereka. Di saat kemacetan parah mulai muncul di sepanjang jalan, trotoar pun menjadi alternative para pengendara motor yang frustasi dengan kondisi jalan yang semrawut.

Mungkin bagi beberapa orang mereka-mereka ini hanya mengganggu para pejalan kaki. Yang semestinya mendapatkan hak untuk dapat menikmati kenyamanan berjalan kaki. Tapi tak dapat dipungkiri saat berjalan kaki dan melambatkan diri seorang pejalan kaki dapat melihat dengan jernih kondisi yang ada disekitarnya. Mencoba memberi makna bahwa ternyata ada hal-hal terpinggirkan yang tak dapat ditangkap kala melajukan kendaraan di jalan raya yang serba cepat.

Jadi tak selamanya bersungut-sungut itu tepat, kala trotoar makin ramai dengan pedangang, anak-anak jalanan, atau bahkan pengendara motor yang nekat. Karena ternyata negeri ini belum dapat memberikan tempat bagi mereka hingga terpinggirkan sampai di tepi trotoar jalan.

Tuesday 2 April 2013

Polisi Tidur



Sungguh lucu melihat polisi tidur di tikungan jalan depan rumah nenek saya ini. Mungkin karena trauma dengan suara bising dari motor dan mobil yang melintas akhirnya mereka pun membuat polisi tidur sebanyak tujuh buah dengan jarak yang tak sampai 2 meter antara satu polisi tidur dengan polisi tidur yang lainnya. Sudah dapat dibayangkan bagaimana ungkapan hati para pengendara yang lewat di jalan itu, entah sumpah serapah, atau sejenak bersabar sepenuh hati, tapi yang jelas, melintas di jalan itu, sungguh sangat menyebalkan.

Mungkin bagi saya pribadi tak terlalu masalah mengendarai motor di jalur polisi tidur semacam itu, tapi apa jadinya jika ada beberapa diantara mereka yang melintas di sana dihadapkan pada kondisi terburu-buru, panik, atau mungkin diantara mereka ada ibu-ibu mengandung dan hamil tua. Entah mengapa, sedikit saja ketenangan mereka terganggu, membuat egoisme merajai akal pikiran dan tanpa pikir panjang membuat tanggul besar dengan jarak yang berdempetan.

Tapi bisa saja mereka yang memiliki rumah di sepanjang jalan itu, memiliki trauma tersendiri yang membuat mereka kalap dan membuat tanggul polisi tidur sebanyak itu. Karena mungkin sudah beberapa kali peringatan untuk tidak melaju cepat di di jalan itu hanya ditanggapi santai dan tak dianggap oleh para pengendara, padahal jelas-jelas papan peringatan telah menuliskan semuanya “jangan ngebut, hati-hati banyak anak kecil” tapi tetap saja hal itu tak ada pengaruhnya.

Maka tak heran, mereka pun meminta bantuan polisi, menghentikan laju kendaraan yang melaju cepat. Karena biasanya dinegeri ini yang namanya polisi memang identik dengan aktivitas memperlambat kendaraan yang melintas, jadi wajar saja jika tanggul tinggi sekalipun yang berfungsi tuk mengurangi kecepatan kendaraan dinamai dengan sebutan polisi tidur. Hehe.

Bah.. apapun alasannya, tetap saja yang namanya polisi tidur tak dapat seenaknya dibuat dan dibangun. Pertama, sudah ada peraturan yang mengatur tata cara mendirikan polisi tidur, hingga tak dapat sesuka hati membangun polisi tidur di tengah jalan (coba cek keputusan menteri perhubungan No.3 tahun 1994, silahkan googling). Lalu yang kedua, jalan di depan rumah anda bukan milik anda, ia milik umum yang kebetulan berada di depan rumah anda. Jadi sungguh mengherankan saat beberapa orang dengan santainya mendirikan polisi tidur seenak udelnya.

Mungkin pengaruh budaya, atau mungkin karakter, karena polisi tidur yang tak beraturan begitu banyak di kota ini. Mungkin masing-masing kita harus kembali merenung dan menginsyafi bahwa egoisme tak tertahankan membuahkan polisi tidur yang disebabkan oleh para pengendara egois yang tak tahu aturan dan kurang ajar.

Monday 1 April 2013

Rahasia Umum



Ada hal-hal di dunia ini yang boleh dibicarakan di muka umum, dan ada hal-hal yang tabu diucapkan di depan khalayak ramai. Beberapa hal boleh diucapkan sesukanya, dan beberapa hal cukup diketahui saja, tanpa perlu diungkapkan lewat lisan. Terlebih saat hal tersebut disampaikan oleh seorang tokoh masyarakat, yang sepertinya wajar tuk diucapkan menjadi berbahaya saat dilisankan.

Seperti penyerangan LP Cebongan di Sleman Yogyakarta yang terjadi beberapa waktu lalu. Mungkin beberapa orang nampak menangkap bahwa bahwa inti permasalahannya adalah adanya upaya beberapa oknum TNI yang berupaya membalas dendam atas terbunuhnya rekan mereka oleh beberapa tahanan di LP tersebut.

Entah benar atau tidak, yang jelas kesan yang timbul seperti itu. Orang-orang bersenjata lengkap, terlatih, dengan gerakan komando khas tentara, itulah ungkapan beberapa saksi mata yang melihat langsung kejadian. Maka tak heran opini yang tergiring kini adalah TNI tak ubahnya preman jalanan yang membabi buta menghabisi lawan yang mengancam mereka.

Tapi sekali lagi, itu opini yang berkembang, dan bebas berkeliaran di tengah masyarakat. Sesuatu yang berbeda saat ada seorang tokoh, anggota TNI, atau anggota Polisi menyampaikan opininya di depan media. Tentunya mereka akan sangat berhati-hati dan tak mudah menyepakati informasi yang kini tersebar di masyarakat. Sebaliknya, mereka akan dengan basa basi politisi normatif mengatakan bahwa penyelidikan, investigasi lebih lanjut, praduga tak bersalah, merupakan hal-hal yang perlu dikedepankan.

Padahal akan sangat menarik jika beberapa tokoh menyuarakan apa yang kini berkembang. Setidaknya menyadarkan masyarakat bahwa sebesar apapun hukum dan peraturan di Negara ini melindungi mereka, tetap saja unsur dan benih premanisme masih mengakar di benak beberapa orang di Negara ini. Bahkan untuk sebuah instansi pelindung macam TNI dan Polri sekalipun.

Saturday 30 March 2013

Wisuda Akbar di GBK dan KLB di Bali

Hari ini di dua tempat berbeda, berlangsung dua acara yang berhasil menyedot banyak perhatian. Acara yang pertama dilaksanakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Sebuah prosesi akhir dari program one day one ayat yang dicanangkan oleh ustadz Yusuf Mansur Hafidzahullah. Sedangkan acara kedua adalah kongres luar biasa partai demokrat yang berlangsung di Bali. Dimana dengar-dengar si bapak presiden yang terpilih sebagai ketua umum.

Untuk acara di stadion GBK, saya turut serta langsung dan tak henti-hentinya bersyukur dapat mengikuti acara yang digagas oleh Ustadz Yusuf Mansur. Beliau berhasil mempromosikan dan mengajak ribuan masyarakat muslim dari seluruh Indonesia untuk turut serta dalam acara Wisuda Akbar hafalan Qur'an yang mungkin agak aneh bagi beberapa orang, karena biasanya wisuda itu dilakukan oleh orang yang lulus tahapan akademik di jenjang universitas, tapi kini menghafalkan Qur'an dibuat sebergengsi mungkin, seelegan dan sama derajatnya dengan orang kuliah, sebuah rancangan yang di setting sedemikian apik oleh Ustadz Yusuf.

Dengan mengundang beberapa ulama-ulama dari beberapa negara di timur tengah seperti imam masjid Al Haramain Syeikh Sa'ad Al Ghamidi, imam masjid Quba Syeikh Muhammad Kholil, Ketua persatuan tahfidz internasional, Syeikh Ali Basfar, dan beberapa ulama lainnya, membuat acara ini kian dinanti dan diharapkan membawa keberkahan. Dan seperti yang sudah diduga, pembacaan beberapa ayat Quran dari ulama-ulama itu membawa kesan teduh, menenangkan, dan keharuan, ah betapa ayat-ayat suciNya membawa efek yang luar biasa saat dibacakan oleh orang-orang yang mulia. Alam pun seolah ikut larut dalam acara ini, sedari awal acara ini dimulai, kamipun, para peserta melihat betapa awan-awan turut menaungi gelora bung karno, hingga teriknya mentari tak terlalu menyengat. Masya Allah.

Seandainya, seandainya bapak presiden tercinta turut hadir, mungkin saja keberkahan dan rahmatNya akan turun tidak hanya kepada para peserta wisuda akbar, tapi juga kepada bapak presiden yang nampaknya butuh sebuah mukjizat tuk mengurai benang kusut negeri ini. Tapi ya apa mau dikata, bapak presiden nampak lebih sibuk mengurus 'kapal' nya yang lain dibandingkan menambal lubang di 'kapal' utamanya yang nyaris tenggelam.

Dan sayapun mendengar bahwa bapak terpilih menjadi nakhkoda baru tuk menerjang badai dari 'kapal' yang lain. Belum selesai di kapal yang utama, ternyata bapak telah 'terpilih' menjadi nakhkoda di kapal yang lain. Semoga sukses pak, karena masing-masing orang punya pertimbangan tersendiri yang dianggap terbaik menurut mereka. Toh negara ini sudah terbiasa dengan mode auto pilot, hingga saya yakin, kapal yang utama bisa tetap berjalan, walaupun bapak tidak memegang kendali.

Sepertinya ada hikmah, saat dua acara itu berlangsung di tempat yang berbeda, namun di waktu yang bersamaan. Mungkin saja kompensasi kesibukan bapak presiden di kapal yang lain dilunasi dengan tuntas oleh ustadz Yusuf Mansur untuk memberikan keberkahan dan kebaikan bagi kapal yang utama, walau mungkin cuma sehari dan tak lama.

Semoga Allah memberkahi negeri ini atas sebab memuliakan ayat-ayat suciNya.
amin.

Friday 29 March 2013

Ular Tangga Kehidupan

Ada yang masih ingat permainan ular tangga? sebuah permainan dadu yang dimainkan oleh 2 orang atau lebih di sebuah papan bergambar ular dan tangga. Permainan dimulai dari kotak nomor 1 bertuliskan kata 'start' hingga berakhir di kotak nomor 100 yang berarti finish atau selesai. Lalu gambar tangga dan ular fungsinya apa? tangga dan ular adalah simbol bagi si pemain untuk naik ataupun turun dari kotak yang ditempatinya berdasarkan undian dadu. Jika seorang pemain berhenti di kotak yang terdapat tangganya, berarti 'orang-orang'-an si pemain naik tangga hingga kota di atasnya, dan sebaliknya kalau berhenti di kotak yang terdapat ularnya, berarti dia turun hingga kotak di bawahnya.

Permainan ini praktis tidak membutuhkan skill yang mumpuni, karena untuk memenangkan permainan hingga finish di kotak nomor 100 hanya ditentukan oleh nomor dadu yang dilemparkan keluar dari gelas kecil. Semakin besar nomor dadu yang keluar, semakin banyak langkah 'orang-orang'-an si pemain menuju garis finish. Selain itu, faktor keberuntungan juga menjadi salah satu aspek yang berperan besar dalam permainan, semakin sering menaiki tangga di dalam papan, semakin cepat pula menuju kotak finish kemenangan nomor 100. Sebaliknya, kalau terlalu sering berhenti di kotak yang terdapat gambar ular, otomatis semakin jauh dari garis finish karena harus turun ke kotak nomor yang lebih rendah dibawahnya.

Sekedar mengisi waktu luang dan bersantai sejenak dengan bermain ular tangga bersama teman dan orang terdekat memang cukup menyenangkan. Setidaknya menguji sejauh mana keberuntungan dan strategi kita dalam mengocok dadu berbuah kemenangan dalam permainan. Jika kita cukup beruntung, kita akan dengan mudahnya mendapatkan nomor dadu yang besar hingga dapat melangkah lebih banyak, ditambah lagi jika kita berhenti di kotak tangga, tentunya akan semakin cepat bagi kita mencapai finish dan kemenangan.

Tapi yang namanya permainan, kita tak selalu berada di atas, kadangkala harus jatuh dan berakhir dengan kekalahan. Beberapa orang ada yang bertekad menyelesaikan hingga garis finish walau sudah pasti kalah karena berada di urutan paling buncit, paling terakhir mencapai finish. Dan beberapa orang lainnya justru berhenti ditengah jalan, menyerah dan memutuskan untuk tidak melanjutkan permainan.

Serupa dengan ular tangga, kehidupan tak jauh berbeda dengan permainan ini. Kadangkala nasib baik menghampiri kita hingga mengantarkan kita menuju tujuan dan cita-cita yang selama ini diimpikan, namun sebaliknya kadangkala nasib buruk itu datang dan membuat kita jatuh sejadi-jadinya, kalah sehina-hinanya. Ada orang-orang yang konsisten melangkah sampai titik finish walau dengan berdarah-darah penuh penderitaan, dan ada pula yang berhenti ditengah jalan dan mengaku kalah tak ingin melanjutkan kehidupan.

Begitulah memang ular tangga versi manusia, selalu ada kompetisi, dan selalu ada aturan yang mengekang. Akan sangat berbeda jika ular tangga diperankan sendirian oleh seseorang dan ia menjadi pemain tunggal di dalam permainan. Tentunya akan lebih leluasa dan tak ada aturan yang membatasi. Mau melangkah berapapun tak ada yang protes dan mau naik turun kotak sebanyak apapun tak jadi masalah, karena si orang menjadi pemain tunggal.

Sama halnya dengan Allah Ta'ala, si pemain tunggal dalam kehidupan, tak ada lawan dan tiada banding. Jika Ia telah berkata 'jadi' maka jadilah. Jika Ia memutuskan sesuatu maka terwujudlah. Maka tak heran akan sangat menyenangkan jika kita menjadi pion dan 'orang-orang'-an yang dimainkan olehnya, jika Ia senang kepada kita, betapa hidup ini akan penuh keberkahan dan ketenangan, karena sudah pasti kemenangan akan kita raih.

Sekarang tinggal kita yang memutuskan, berupaya ikut kompetisi ular tangga kehidupan bersama manusia lain tanpa ada andil Allah di dalamnya, atau berserah diri pada aturanNya dan melerakan hidup tuk 'dimainkan' olehNya. 

Karena tak ada pemain dan aturan yang dapat membatasiNya.

Thursday 28 March 2013

Melindungi Perempuan

Semakin menuanya zaman membuat saya berpikir betapa kasihannya orang tua yang memiliki anak perempuan. Bukan masalah gender, bukan, tapi lebih karena sulitnya melindungi si belahan jiwa dari tangan-tangan nakal yang ingin mengganggunya. Bahkan mereka yang dianggap dapat melindungi para perempuan juga tak selalu bisa diharapkan.

Padahal secara jelas dan sistematis, perlindungan dan peng-agungan terhadap perempuan sudah begitu tinggi di negara ini dan negara-negara lain. Entah berapa banyak fasilitas yang dikhususkan untuk perempuan, dari kereta khusus perempuan, gerbong kereta khusus perempuan, dan lain sebagainya. Tapi entah mengapa kekerasan dan pelecehan masih terjadi pada perempuan.

Seperti saat Jyoti, perempuan muda berusia 23 tahun, menjadi korban pemerkosaan dari 5 orang pemabuk di sebuah distrik di India. Padahal saat itu malam belum terlalu larut dan Jyoti juga pergi bersama temannya. Namun tak disangka orang-orang itu tetap nekat melakukan aksinya. Nampaknya ancaman hukuman dan sanksi berat tak cukup mencegah mereka untuk bertindak biadab. Hingga nasib tragis mengakhiri hidup Jyoti, ia meninggal beberapa pekan setelah kejadian di sebuah rumah sakit di Singapura. Peristiwa ini menyadarkan mata dunia bahwa ancaman terhadap perempuan sewaktu-waktu dapat terjadi.

Maka perlindungan terhadap perempuan tak sekedar dengan cara yang terkesan pasif seperti menyediakan fasilitas yang dapat menjaga mereka. Tapi lebih dari itu, perlindungan itupun hendaknya dilakukan secara proaktif dengan melibatkan banyak pihak. Dari sisi hukum yang diatur dalam sebuah negara, sayapun sangat mengapresiasi presiden korea yang baru, Park Heu Gyeun yang mengambil langkah preventif dengan cara melarang tiap wanita di korea mengenakan rok mini di ruang publik.

Mungkin ada beberapa feminis yang berpendapat bahwa aturan ini mengekang kebebasan berekspresi seorang wanita, dan mungkin ada yang menganggap bahwa negara terlalu ikut campur terhadap privasi seseorang. Tapi memang kenyataannya dengan mengenakan rok mini, menurut saya pribadi, wanita tersebut secara tidak langsung mengobjekkan dirinya untuk dilihat dan berusaha menarik perhatian orang lain, terlebih bagi pria bejat tak bermoral yang sewaktu-waktu kehilangan akal dan berusaha melecehkan si wanita. Bila aturan pertama tadi kurang melindungi, Park Heu Gyeun mengambil langkah selanjutnya yang boleh jadi membuat para pria bejat itu berpikir ribuan kali untuk melecehkan perempuan, mengebiri mereka yang terbukti melakukan tindak pemerkosaan.

Langkah berani yang dilakukan Gyeun membuat saya berpikir bahwa sebenarnya syariat Islam telah jauh-jauh hari mengenal aturan-aturan itu. Dari urusan menjaga dan menutup aurat, hingga hukuman rajam bagi para pezina. Tapi entah mengapa giliran Islam yang menyuarakan, berbagai tudingan dan sentimen negatif serentak muncul tuk menentang. duh.

Memang benar yang dikatakan Rasul kita tercinta, barang siapa seorang ayah dapat mendidik dan menjaga putrinya dengan baik hingga ia dewasa, niscaya jaminannya surga. Karena memang tak mudah mendidik, melindungi, dan menjaga perempuan di zaman yang makin menua ini.

Wednesday 27 March 2013

Populer di Mata Penghuni Langit

"Kau lihat Abdullah ? Sedekahnya di sore itu menjadi buah bibir diantara kita. Saat ia menyisihkan setengah gajinya untuk saudara-saudaranya di Rohingya dan Palestina. Padahal aku tahu persis bahwa saat itu ia butuh uang untuk mengobati ibunya yang sakit. ah..Semoga keberkahan selalu tercurah padanya."

"oh ya? kurasa beberapa hari ini Abdullah juga berhasil meraih simpatiNya saat ia sujud bersimpuh di gelapnya malam. Kau lihat betapa tangisannya menarik hatiku tuk menemani, semoga segala hajatnya terpenuhi."

Percakapan dua orang malaikat itupun di dengar oleh malaikat yang lain. Ia penasaran, siapa sebenarnya si Abdullah ini? Iapun turun ke langit dunia berusaha mencari sosok Abdullah yang kini menjadi trending topic diantara penghuni langit. Beberapa saat ia mencari dan akhirnya ia pun menemukan sosok itu. Seseorang yang terlihat mengayuh sepeda di pagi buta menuju tempatnya bekerja.

Nama Abdullah kini begitu populer dikalangan malaikat. Seorang cleaning service di sebuah perusahaan swasta di Jakarta yang tiap hari berjalan menembus dinginnya pagi. Secercah harapan selalu tersemat di hatinya, semoga usahanya di pagi itu berbuah ridho dan keberkahan dariNya. Berharap nafkah terbaik dan halal untuk keluarganya.

Pekerjaannya boleh saja kurang bergengsi, status bisa jadi tak sementereng manajer di perusahaan tempatnya bekerja, dan mungkin di mata manusia, sosoknya hanya dipandang sebelah mata. Tapi tak disangka lelaki paruh baya ini begitu menarik hati seorang malaikat untuk mengenalnya lebih jauh. 

"Assalamualaikum pak, boleh saya bantu?"
"oh ya, silahkan nak"
Tak sengaja, Abdullah berpapasan dengan seorang bapak tua yang membawa sekarung bahan belanjaan dari pasar tuk dijual kembali. Ia pun membantu bapak tua itu dengan senyuman dan wajah bersahabat. Dan tak berapa lama, berita tentang kebaikan Abdullah ini melesat cepat menuju langit. Malaikat ini pun tersenyum. Masya Allah, tak heran, jika ia begitu populer di langit. Assalamualaika ya Abdullah.

--

Boleh jadi tak seorangpun yang memandang kita, dan mungkin saja nama kita tak setenar selebritas yang muncul di televisi. Namun apalah artinya itu semua, popularitas di mata manusia, jika dibandingkan nama kita yang selalu disebut diantara penghuni langit dan menjadi buah bibir diantara para malaikat.

Karena ketenaran di dunia cuma sementara.

Tuesday 26 March 2013

Anti Mubazir Makanan

Kalau anda penggemar masakan padang seperti saya tentu tak asing lagi dengan fenomena unik yang ada di restoran nasi padang. Fenomena itu terkait dengan porsi nasi yang diberikan oleh si penjual. Jika anda makan di tempat, biasanya anda hanya akan diberikan satu centong nasi dari si uda penjual nasi padang, dan bila anda merasa kurang anda bisa meminta satu centong tambahan lagi kepada si pelayan. Berbeda saat anda membawa pulang nasi padang. Porsi nasinya lebih banyak dibandingkan anda memakan di tempat. Kenapa ya?

Ada beberapa pendapat tentang fenomena ini, ada yang bilang karena menghemat ongkos cuci piring. Jadi tak perlu repot-repot lagi mencuci piring dan menghabiskan jatah sabun. Tapi pendapat ini sepertinya terlalu berlebihan, selain karena proses mencuci piring yang tergolong simple dan nggak ribet, harga sabun cuci piringpun tak semahal itu hingga perlu dihemat-hemat sedemikian rupa. Kesannya orang padang pelit banget. hehe. Sayapun lebih setuju dengan pendapat selanjutnya ini, karena takut makanannya bersisa.

Jadi memang orang-orang kita ini adalah orang-orang yang cenderung sering menyisakan lauk dan nasi di piringnya, padahal nasi dan lauk itu masih layak untuk dimakan. Alasannya bisa berbagai macam, dan yang paling sering adalah karena sudah kenyang, karena nasi dan lauknya kebanyakan. Maka dari itu, untuk menghindari praktek-praktek menyisakan makanan dari para costumer-nya, si uda penjual nasi padang pun mengambil kebijakan untuk memberikan porsi yang sedikit saja ke piring yang disajikan hingga kemungkinan makanan yang bersisa menjadi kecil, toh harganya tetap sama jika menambah nasi ataupun tidak.

Sayapun melihat bahwa budaya yang ditanamkan kepada saya di dalam keluarga juga tak jauh beda dengan si uda penjual nasi padang. Bahwa makanan sekecil dan sesedikit apapun harus dihabiskan, karena salah-salah masuk kategori mubazir, karena mubazir temannya setan. Penekanan nilai yang sampai kini tertanam di benak saya dan adik-adik.

Mubazir tak sekedar ancamannya saja yang keras, tapi mubazir juga mengindikasikan tingkat kesyukuran seseorang terhadap nikmat yang diperolehnya, dalam hal ini makanan. Kalau ia selalu menghabiskan makanan yang disajikan setidaknya ia orang yang mampu mengungkapkan nikmat dengan cara sepatutnya. Sedangkan yang kerap menyisakan dan menyianyiakan makanan bisa jadi kurang bersyukur dengan nikmat makanan yang diperolehnya. Bersyukurlah, niscaya nikmat dariNya akan ditambahkan kepada mereka yang bersyukur.

Tapi memang menyisakan makanan bagi orang-orang kita masih terkesan biasa saja. Padahal jika dikumpulkan makanan sisa itu dari piring-piring mereka, niscaya akan terkumpul satu piring penuh nasi dan lauk, yang sangat berharga bagi mereka yang membutuhkan. Saudara-saudara kita yang kurang beruntung. Ditambah lagi kita-kita ini kurang menyadari bahwa yang namanya keberkahan makanan tak ada satupun yang tahu dimana letaknya, apakah di awal kita menyantap makanan, ataukah di butir terakhir nasi yang ada di piring kita. Sehingga nantinya makanan yang berkah berbuah manfaat bagi kita, energi dan nutrisi yang bertambah dan tak berakibat buruk bagi kita seperti tekanan darah tinggi, kolesterol, jantung, dan berbagai penyakit lainnya.


Monday 25 March 2013

Rasyad dan Riana - 2


"Yahoo Messenger Online"
"chacha accept your friend request"

Ia yang sedang menghabiskan waktu santai di dalam kamar dibuat penasaran oleh sebuah pesan yang masuk di pesan YM nya. chacha?sejak kapan aku menambahkan orang ini dalam kontakku?. 

"Halo, salam kenal riana"
chacha, ia menyapa Riana. Sesaat lalu baru saja ia masuk dalam daftar kontak Riana, dan kini ia telah membuka percakapan. Tak ada salahnya, Riana pun membalas salam dari chacha.

"Halo chacha, salam kenal juga, ngomong-ngomong saya yang ngeadd kamu ya?"
bodoh, pertanyaan yang tidak masuk akal. Tentu saja Riana menyadari bahwa ialah yang menambahkan orang itu dalam daftar kontaknya, perkara kapan dan bagaimana ia menambahkan chacha di dalam pertemanan YM-nya, itulah yang harus ia cari tahu.

"haha. ya iya lah, aku kan hanya meng-approve saja. Jadi riana, kamu penggemar sheila juga?"
Pertanyaan chacha mengurungkan keinginan Riana yang penasaran tentang proses dirinya menambahkan orang itu dalam pertemanan, si orang ini tahu bahwa ia penggemar Sheila on 7.

"tahu darimana saya penggemar sheila?"

"simple, status YM kamu menceritakan semuanya. Siapa yang kamu tunggu di jakarta? kamu lagi di luar kota?"
Riana pun menyadari, status YM nya mengambil lirik lagu sheila. Tunggulah aku di jakartamu, tempat labuhan semua mimpiku.

"bukan siapa-siapa, orang yang nggak penting."
Riana pun kembali mengingat saat-saat itu, tatkala harapannya hanya tinggal angan kosong belaka. Orang itu menjauh pergi dan berjalan bersama yang lain. Status YM ini ternyata sudah sangat lama. Telah dua bulan berjalan dan chacha, orang ini membuatnya kembali mengenang cerita kelam yang ingin ia pendam selamanya.

"Saya lagi di jakarta, itu status sudah lama nggak diganti. btw, kamu ini cowok apa cewek sih? dari gaya nulisnya sih sepertinya cowok ya, "

"hoo,, itu status lama toh, hm.. kira-kira gimana? pantesnya cowok apa cewek?"

"lah.. terserah sih, tapi zaman sekarang, lagi trend cowok ke cewek-cewek an gitu loh. haha"

"haha..dasar.. iya, aku cowok"

"oh cowok toh, tapi kok namanya imut-imut gitu ya, chacha.. haha"

"ah seperti biasa, satu dari beberapa hal yang membuat saya malas memakai akun YM ini, maklum lah, nama asli saya bila dibikin imut dan manja ya bisa dibaca chacha, dan mari kita cukupkan pembahasan nama akun ini. seperti kata shakespeare, apalah arti sebuah nama akun YM. haha"

"yee. ngarang aja, shakespeare zaman kapan tuh.."

"Shakespeare zaman Facebook, shakespeare gaul.."

dan selanjutnya, Riana dan chacha larut dalam obrolan yang menyenangkan, sungguh menyenangkan.

--

"chacha is offline"

Beberapa minggu ini, sejak malam itu, chacha tak sekalipun muncul di daftar online kontaknya. Padahal Riana berharap, chacha dapat menemaninya bercerita setelah penatnya bekerja. Ia rindu, ada rasa yang kian tumbuh yang berharap lebih dari sekedar bercakap lewat dunia maya. Namun entah mengapa, chacha menghilang beberapa minggu ini. Riana pun berdiri dan mengambil sebuah buku dari dalam tasnya, buku tebal karya Chairil Anwar yang baru saja diberikan Pak Rasyad kepadanya. Sebuah perhatian dari pak Rasyad yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. ah seandainya kau ada cha, akan banyak cerita dariku tentang sikap pak Rasyad yang banyak berubah sejak aku meminjamkannya album-album sheila.

"chacha is online"
ah dia online. Tergambar jelas raut wajah sumringah dari gadis cantik berjilbab ini.

--

Dari kejauhan, janur kuning nampak melengkung di depan gedung pertemuan di daerah gatot subroto Jakarta Pusat. semoga ini yang terbaik untukmu ri. Perlahan mobil Rasyad memasuki pelataran depan gedung bidakara dan lambat laun menuju halaman parkir di belakang gedung.

Dengan setelan jas rapih, Sosok tegap nan gagah itupun memasuki gedung dengan perasaan yang campur aduk. Entah bagaimana caranya, iapun tak habis pikir dapat sepengecut ini. ah sudahlah, percuma semuanya sudah terjadi. Setelah menuliskan namanya di buku tamu ia pun menerima suvenir berupa gelas kecil yang bertuliskan dua inisial nama dari sang mempelai. "C dan R"

Tak tertahankan, iapun berbalik keluar, semoga kalian bahagia..Chacha dan Riana.

--

Rasyad dan Riana - 1

Sunday 24 March 2013

Rasyad dan Riana - 1


"sign in"
"rianazahira is online"

Di tatapnya lekat monitor laptop yang ada di hadapannya. Akhirnya ia kembali. Senyum di wajahnya mengembang kala Riana menyapanya.

"Hai Cha, saran kamu kemarin benar-benar membantu, terima kasih yaa, dan aku heran, kenapa kamu tahu bahwa si bapak itu menyukai lagu-lagu sheila on 7? aku benar-benar tak habis pikir, kukira orang sekiller dia takkan tersentuh lagu-lagu romantis semacam sheila, ternyata ada sisi lain yang unik darinya"

"no problem ri, aku senang kamu bisa mengambil hati bosmu itu, lagipula tak terlalu sulit memperkirakan hal itu. Everybody love sheila, siapa yang tidak kenal sheila? apalagi kelahiran tahun 80-an dengan background kehidupan remaja yang sheila banget. so pasti, setidaknya dia bakal kenal lagu-lagu sheila, kecuali dia memang kuper yang sama sekali gak tau lagu-lagu sheila. haha"

Rasyad memandangi kembali album-album sheila yang ada di pojok ruangannya. Seorang gadis muda cantik nan energik meminjamkan album-album itu padanya. Terekam jelas saat gadis dengan sepotong kain panjang yang menutupi rambut dan kepalanya menyerahkan sekotak album dengan gugupnya. ah Riana, kapankah tiba saatnya.

"oh iya Cha, kira-kira Pak Rasyad masih marah denganku gak ya?"
Jeda yang cukup lama membuat Riana berpikir bahwa tak masuk akal menanyakan hal tersebut pada chacha, teman online yang baru dikenalnya 3 bulan ini. Ia sadar bahwa jawaban dari chacha pun nantinya sekedar bentuk afirmasi formalitas dari seorang teman chating, tapi entah mengapa, ia merasa nyaman saat bersama chacha. Ada kehangatan, kegembiraan, dan hal-hal unik yang dibicarakan saat bersamanya.

"Tenang ri, bosmu itu pasti cukup terkesan dengan usahamu meminjamkan sekotak album sheila itu. kurasa lambat laun insiden kopi pagi akan terlupa saat ia menikmati untaian lagu-lagu romantis dari sheila."
Rasyad pun tersenyum saat membayangkan kembali peristiwa pagi itu. Ia yang terburu-buru memasuki ruang kerja berpapasan dengan Riana yang sedang membawa seduhan kopi dari pantry. Sontak kecelakaan itupun tak terhindarkan. Baju putih Rasyad tak karuan hitamnya, ditambah dengan panasnya kopi di cangkir itu membuat emosi Rasyad tak tertahan.

"duh maaf pak maaf saya tidak sengaja, sini mari saya bersihkan"
"ah sudah-sudah, meeting saya jadi berantakan kalau begini.."
Dengan kemeja yang penuh dengan noda kopi ia pun coba mengingat gadis yang baru saja menabraknya. "tunggu, kamu anak baru itu kan?"
"eh iya pak, tapi sebenarnya saya sudah sebulan bekerja"
"kenapa saya baru melihat kamu sekarang? nanti temui saya di ruangan sehabis meeting makan siang. jam 2."
 Terbayang sudah masa-masa kelam yang akan menantinya di perusahaan ini, duh habislah sudah. 

Rasyad terbangun dari lamunannya, terdengar suara pesan masuk dari Riana.
"semoga cha, aku tak tahu, kurasa sampai akhir bulan ini saja aku menjadi karyawan di perusahaan itu. Kurasa aku tak cocok bekerja disana."
"eh tunggu, kurasa kaulihat dulu reaksi Pak Rasyad esok hari, kurasa ia sangat senang menerima pinjaman album-album sheila darimu"
Kekhawatiran mulai muncul, ia tak ingin Riana pergi begitu cepat. Setidaknya sampai saatnya tiba nanti.
"bukan cha, bukan karena Pak Rasyad saja, ada banyak hal, dan satu lagi, kenapa kau yakin bahwa Pak Rasyad yang kaku itu akan dengan senang hati menerima hadiahku?"
"eh, ya kurasa pemberianmu itu cukup signifikan mengubah penilaiannya padamu"
Rasyad semakin gugup, ia tak sanggup berpikir jernih, emosi dan rasa yang mulai merekah mulai mengacaukan degup jantungnya.

"sudah malam, aku off dulu ya. Assalamualaikum"
"oh iya, baiklah, waalaikumsalam"

"rianazahira is offline"

dan Rasyad pun kembali terpekur dalam penyesalan panjangnya. kenapa, kenapa aku begitu pengecut. Selama ini chacha kadung mengisi relung hati Riana, dan sebelum tatap muka yang diharapkan terjadi, Rasyad terlanjur muncul dan memberikan kesan tersendiri.


malampun makin larut dan terasa sangat panjang bagi Rasyad.
--

Rasyid dan Riana - 2

Saturday 23 March 2013

The Interview



Kalau saja di zaman mereka ada semacam talk show dari hati ke hati seperti Kick Andy, Just Alvin, atau Mata Najwa, tentunya tak ada rasa penasaran dan tanda tanya tentang hidup mereka. Tapi sayangnya zaman dulu tak ada interview mendalam semacam itu, hingga sayapun bertanya-tanya tentang mereka.

Seperti para pemuda Ashabul Kahfi. Bagaimana kiranya perasaan mereka saat lari dari kaumnya? Padahal mereka cuma sekelompok pemuda yang ingin menyelamatkan akidahnya. Bagaimana caranya mereguk keyakinan hingga bertekad untuk lari dan bersembunyi dalam gua? Disaat para pemuda zaman sekarang makin jauh dari semangat keislaman. Ah saya penasaran.

Lalu bagaimana dengan Nabi Khidir, benarkah beliau berumur ratusan tahun dan masih hidup hingga kini? Apa kiranya yang membuat beliau diberi anugerah berupa usia yang sangat panjang, lalu apa tanggapan beliau melihat kondisi umat ini jika beliau masih hidup sampai sekarang. Kira-kira apa perasaan beliau saat membunuh anak kecil yang disinyalir akan mengajak orang tuanya kepada kekafiran seperti yang diceritakan di surat Al Kahfi? Apakah beliau tak merasakan sesuatu saat membunuh anak itu? Ah saya penasaran.

Seperti Iskandar Zulkarnain, benarkah Alexander Agung itu adalah beliau dalam versi romawi? Lalu bagaimana caranya membuat tembok besar dari logam untuk mencegah Ya’juj dan Ma’juj keluar? Benarkah beliau memiliki tanduk di kepalanya? Karena zulkarnain berarti yang memiliki dua tanduk. Lalu bila dibandingkan dengan Nabi Sulaiman, seper berapanya kah kekayaan beliau dibandingkan sang nabi? Hehe. Benar-benar membuat saya penasaran.

Dan yang paling penting, tentang mereka yang telah pergi ratusan tahun lalu, apa sebenarnya motif Muawiyah saat berperang melawan Ali. Benarkah Cuma sekedar ingin menuntut balas pelaku pembunuhan Utsman? Padahal jelas-jelas setelah beliau menjadi khalifah, anak keturunannya yang meneruskan kekhalifahan. Ah sungguh tak sampai pikiran saya, padahal mereka yang berperang antara Ali dan Muawiyah adalah kaum muslimin, kenapa sampai berperang? Bagaimana kiranya perasaan rasul melihat para sahabatnya saling berperang pasca wafatnya beliau.

Mungkin jawabannya hanya ada di sana, sembari duduk bertelekan permadani di tepi telaga Al Kautsar, meminum airnya yang sangat nikmat. Berbincang hangat bersama beliau-beliau para pendahulu. Bertanya kepada Rasul, para sahabat, dan orang-orang shalih itu, semoga ada kesempatan. Semoga Allah merahmati saya dan kaum muslimin untuk menggapai tempat itu.