Sunday, 24 March 2013
Rasyad dan Riana - 1
"sign in"
"rianazahira is online"
Di tatapnya lekat monitor laptop yang ada di hadapannya. Akhirnya ia kembali. Senyum di wajahnya mengembang kala Riana menyapanya.
"Hai Cha, saran kamu kemarin benar-benar membantu, terima kasih yaa, dan aku heran, kenapa kamu tahu bahwa si bapak itu menyukai lagu-lagu sheila on 7? aku benar-benar tak habis pikir, kukira orang sekiller dia takkan tersentuh lagu-lagu romantis semacam sheila, ternyata ada sisi lain yang unik darinya"
"no problem ri, aku senang kamu bisa mengambil hati bosmu itu, lagipula tak terlalu sulit memperkirakan hal itu. Everybody love sheila, siapa yang tidak kenal sheila? apalagi kelahiran tahun 80-an dengan background kehidupan remaja yang sheila banget. so pasti, setidaknya dia bakal kenal lagu-lagu sheila, kecuali dia memang kuper yang sama sekali gak tau lagu-lagu sheila. haha"
Rasyad memandangi kembali album-album sheila yang ada di pojok ruangannya. Seorang gadis muda cantik nan energik meminjamkan album-album itu padanya. Terekam jelas saat gadis dengan sepotong kain panjang yang menutupi rambut dan kepalanya menyerahkan sekotak album dengan gugupnya. ah Riana, kapankah tiba saatnya.
"oh iya Cha, kira-kira Pak Rasyad masih marah denganku gak ya?"
Jeda yang cukup lama membuat Riana berpikir bahwa tak masuk akal menanyakan hal tersebut pada chacha, teman online yang baru dikenalnya 3 bulan ini. Ia sadar bahwa jawaban dari chacha pun nantinya sekedar bentuk afirmasi formalitas dari seorang teman chating, tapi entah mengapa, ia merasa nyaman saat bersama chacha. Ada kehangatan, kegembiraan, dan hal-hal unik yang dibicarakan saat bersamanya.
"Tenang ri, bosmu itu pasti cukup terkesan dengan usahamu meminjamkan sekotak album sheila itu. kurasa lambat laun insiden kopi pagi akan terlupa saat ia menikmati untaian lagu-lagu romantis dari sheila."
Rasyad pun tersenyum saat membayangkan kembali peristiwa pagi itu. Ia yang terburu-buru memasuki ruang kerja berpapasan dengan Riana yang sedang membawa seduhan kopi dari pantry. Sontak kecelakaan itupun tak terhindarkan. Baju putih Rasyad tak karuan hitamnya, ditambah dengan panasnya kopi di cangkir itu membuat emosi Rasyad tak tertahan.
"duh maaf pak maaf saya tidak sengaja, sini mari saya bersihkan"
"ah sudah-sudah, meeting saya jadi berantakan kalau begini.."
Dengan kemeja yang penuh dengan noda kopi ia pun coba mengingat gadis yang baru saja menabraknya. "tunggu, kamu anak baru itu kan?"
"eh iya pak, tapi sebenarnya saya sudah sebulan bekerja"
"kenapa saya baru melihat kamu sekarang? nanti temui saya di ruangan sehabis meeting makan siang. jam 2."
Terbayang sudah masa-masa kelam yang akan menantinya di perusahaan ini, duh habislah sudah.
Rasyad terbangun dari lamunannya, terdengar suara pesan masuk dari Riana.
"semoga cha, aku tak tahu, kurasa sampai akhir bulan ini saja aku menjadi karyawan di perusahaan itu. Kurasa aku tak cocok bekerja disana."
"eh tunggu, kurasa kaulihat dulu reaksi Pak Rasyad esok hari, kurasa ia sangat senang menerima pinjaman album-album sheila darimu"
Kekhawatiran mulai muncul, ia tak ingin Riana pergi begitu cepat. Setidaknya sampai saatnya tiba nanti.
"bukan cha, bukan karena Pak Rasyad saja, ada banyak hal, dan satu lagi, kenapa kau yakin bahwa Pak Rasyad yang kaku itu akan dengan senang hati menerima hadiahku?"
"eh, ya kurasa pemberianmu itu cukup signifikan mengubah penilaiannya padamu"
Rasyad semakin gugup, ia tak sanggup berpikir jernih, emosi dan rasa yang mulai merekah mulai mengacaukan degup jantungnya.
"sudah malam, aku off dulu ya. Assalamualaikum"
"oh iya, baiklah, waalaikumsalam"
"rianazahira is offline"
dan Rasyad pun kembali terpekur dalam penyesalan panjangnya. kenapa, kenapa aku begitu pengecut. Selama ini chacha kadung mengisi relung hati Riana, dan sebelum tatap muka yang diharapkan terjadi, Rasyad terlanjur muncul dan memberikan kesan tersendiri.
malampun makin larut dan terasa sangat panjang bagi Rasyad.
--
Rasyid dan Riana - 2
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment