Wednesday 16 September 2015

Mengakrabi Kematian

No one wants to die. Even people who want to go to heaven don't want to die to get there. And yet death is the destination we all share. No one has ever escaped it. And that is as it should be, because Death is very likely the single best invention of Life. It is Life's change agent. It clears out the old to make way for the new.

Mengutip perkataan Mbah Jobs di atas, sesungguhnya tak ada yang menginginkan kematian datang padanya. Bahkan orang yang katanya ingin masuk surga sekalipun, berpikir seribu kali jika ditanya mau mati sekarang atau tidak..? kecuali memang orang yang ingin sekali masuk surga dan sudah mempersiapkan diri untuk bekal sesudah mati yang mudah-mudahan mau dan ingin mati saat ini.

Siap mati bisa jadi baru satu masalah yang selesai dalam hidup seseorang. Permasalahan selanjutnya adalah keluarga dari anak, istri, orang tua, kakak, adik yang ditinggalkan. Bagaimana kehidupan mereka saat ditinggalkan nanti..? Nabi Ya'qub Alahissalam, menjelang sakaratul maut, memanggil seluruh anak-anaknya untuk berkumpul. Ada satu hal yang ingin ia wasiatkan kepada anak-anaknya.  Ya’qub AS bersabda:”Wahai anak-anakku, siapakah yang kau sembah setelahku? Maka anak-anak Ya’qub AS berkata: “Kami menembah Tuhanmu, Tuhan bapak-bapakmu (Ibrahim, Ismail dan Ishaq) yaitu Tuhan yang satu"

Perkataan nabi Ya'qub ini menyiratkan bahwa sesungguhnya bekal paling pokok yang idealnya ditinggalkan oleh seorang muslim pada kerabatnya adalah Tauhid, atau dengan kata lain keberserahan diri pada sang Robbul Alamin, tuhan semesta alam. Yang mudah-mudahan walaupun saat ditinggalkan oleh Si fulan, keluarganya dalam kondisi melarat, serba kekurangan, ataupun sebatang kara, insyaAllah Allah akan bantu untuk menggantikan peran si fulan.

Mengakrabkan diri Pada Kematian

Mengatakan bahwa "tenang saja, Allah akan menggantikan" memang lebih mudah diucapkan dibanding saat kita mengalami sendiri. Karena dulu sepertinya saya pernah mengatakan hal itu, entah cuma terbersit dalam hati atau sudah terucap. Tiga kali melihat kematian orang-orang yang Saya cintai membuat saya yakin perkataan di atas lebih sulit jika dialami secara nyata.

Desember 2014, pertama kalinya saya mengalami kematian orang yang saya cintai (baca:13 minggu itu ). Calon bayi di kandungan yang berusia masih 3 bulan, gugur karena jantungnya lemah. Maret 2015, keguguran kedua. Kali ini janin hampir tidak terlihat, karena ukurannya yang kecil. 3 bulan juga usianya, sama seperti kakaknya.

Ketiga kalinya bulan ini, 13 September 2015, adik kandung saya, Era Perkasa Lanomi, wafat di Jakarta, tepatnya di RS Pusat Otak Nasional Cawang, setelah 11 hari berjuang pasca operasi darurat pemasangan selang untuk mengeluarkan cairan di otak yang tersumbat akibat tumor yang membesar. Sebelumnya, almarhum sudah siap untuk operasi pengangkatan tumor, dan tinggal menunggu jadwal operasi, tapi Allah berkehendak lain, ia belum sempat melakukan operasi tersebut dan terlebih dulu dipanggil olehNya.

Ketiga kematian tersebut memiliki kesan dan rasa sakit yang berbeda, masing-masing memiliki porsi yang besar dalam menguras rasa penyesalan dan ketidakberdayaan. Sehingga ujung-ujungnya, memang harus dikembalikan pada Allah, innalillahi wa inna ilaihi rojiun, jika tidak..? mungkin saja frustasi, kesedihan berkepanjangan, depresi yang akhirnya menganggu ritme hidup.

Padahal jika kita akhirnya akan kembali padaNya, pasti tiap apa-apa yang diambilnya entah seorang hamba, harta, atau yang lain, akan ditempatkan dan dikumpulkan sesuai dengan fitrahnya. Harta yang halal, insyaAllah akan kembali pada si empunya, jika tidak di dunia, mudah2an di akhirat. Orang-orang baik, insyaAllah akan dikumpulkan dengan orang baik, jika tidak di dunia, mudah-mudahan di akhirat kelak.

Pada akhirnya tiga kali mengakrabkan diri pada kematian memberikan saya keyakinan bahwa jika memang tidak berjodoh dengan adik, dan calon anak saya di dunia ini, mudah-mudahan, insyaAllah, Allah robbul alamin memberikan saya kesempatan untuk bercerita dan bercengkrama lagi dengan mereka kelak di akhirat. Karena sesungguhnya dunia ini sepertinya makin tua, dan tidak lama lagi umurnya, karena sesungguhnya makin lama, tiap hari, ujung-ujungnya kita akan semakin dekat dengan kematian yang juga akan mendatangi kita.


Selamat jalan Adikku, Era Perkasa Lanomi. Kelak kita akan banyak bercerita di tempat yang tak ada lagi kesedihan dan kesakitan, InsyaAllah, mudah-mudahan jika Allah memberkati di surgaNya kelak. aamiin.