Tuesday, 19 March 2013

Berebut Suara diantara Partai Islam

Butuh waktu lama bagi saya untuk mencerna sikap yang ditampakkan oleh PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) dan PPP (Partai Persatuan Pembangunan). Menolak keikutsertaan PBB (Partai Bulan Bintang) dalam pemilu. Sikap yang muncul seiring pengajuan banding petinggi PBB terhadap keputusan KPU yang tidak meloloskan mereka sebagai peserta Pemilu 2014. Apa karena bermaksud mendukung kerja KPU dengan menjalankan saja hasil verifikasi kelayakan partai tanpa sibuk dan repot-repot mengurus partai yang mengajukan banding, atau karena suara loyalis partai islam yang makin tergerus membuat PKB dan PPP ketakutan 'jatah' suara mereka menjadi berkurang.

Tapi apapun itu, kekhawatiran terpecahnya suara loyalis partai berbasis keislaman nampak jelas terlihat. Trend yang ada memang menunjukkan bahwa suara partai islam tak pernah beranjak dari dulu, selalu saja dibawah bayang-bayang partai nasionalis macam Demokrat, Golkar, dan PDIP. Ditambah beberapa kasus yang melibatkan petinggi partai Islam membuat kepercayaan publik kembali menurun. Padahal jika dipikir-pikir partai nasionalis pun bisa dikatakan lebih parah dalam urusan kasus korupsi.

Namun publik tak mau susah-susah berpikir kritis untuk hal semacam itu, yang mereka tahu, lebih baik sekalian saja memilih partai nasionalis yang tidak membawa embel-embel agama, daripada memilih partai Islam yang ketahuan cacatnya. Karena wajar saja jika partai nasionalis melakukan kesalahan karena mereka kumpulan manusia yang tak sempurna, tapi tidak dengan partai yang membawa-bawa agama, mereka seharusnya lurus dan tak boleh ada cela, jadi sekali saja berbuat salah, selamanya akan sulit dimaafkan. Duh.. logika yang aneh.

Belajar dari kemenangan partai berbasis keislaman di Mesir dan Turki, idealnya suara yang dibidik tak lagi terpusat pada loyalis partai islam (pemuda, masyarakat muslim konservatif, dan semacamnya) yang mau tidak mau, pasti memilih partai Islam, apapun itu. Karena ternyata peluang suara yang lebih besar terletak di luar kelompok itu, yang seharusnya memilih partai islam karena sebagian besar mereka adalah muslim. Tapi kenyataannya, entah karena kadung tak menyukai partai yang membawa-bawa agama atau karena mereka memiliki pandangan lain terkait fenomena partai islam, suara mereka justru sebagian besar diambil oleh partai-partai nasionalis.

Nampaknya paradigma yang melekat di benak petinggi PKB dan PPP masih sama, meraih dan berebut suara loyalis partai islam tanpa punya keinginan tuk merebut suara mayoritas muslim bahkan non-muslim yang berada diluar sana. Entah karena malas untuk berusaha lebih profesional dan amanah, atau karena sudah merasa nyaman dengan basis masa yang fanatik, membuat mereka cenderung berfokus dalam pencitraan partai tanpa usaha nyata tuk menjadikan partai islam terlihat lebih keren dimata para pemilih. Hingga ketakutan itupun berujung pada penolakan mereka terhadap keikutsertaan PBB, saudara mereka sendiri, dalam pemilu kali ini.

Tapi untungnya PTUN berpendapat lain, PBB dinyatakan lolos verfikasi dan KPU pun menerima putusan tersebut tanpa melakukan banding lagi. Jadi, Selamat kepada PBB, semoga keikutsertaan anda menambah gairah kompetisi, fastabiqul khoirot diantara partai-partai Islam. Dan kepada PKB dan PPP, terima sajalah keputusan PTUN, toh sepertinya keikutsertaan PBB tak sesignifikan itu mempengaruhi suara anda, karena memang suara anda segitu-gitu saja.

No comments:

Post a Comment