Tuesday, 26 February 2013

Tempo dan PKS

Mereka ditempa dalam tekanan yang sama. Tumbuh dan berkembang di dalam pusaran hebat konstelasi represi orde baru. Tak banyak yang mengira bahwa kehidupan yang keras justru membawa mereka pada sebuah peran yang dimainkan apik, sejak dulu bahkan hingga kini.Yang satu melalui jalur pergerakan berbasis ideologi keagamaan, dan satunya lagi identik dengan kritik mencerahkan bagi para pencari kebenaran.

Tempo dan PKS, dua institusi yang lahir dari rahim yang sama bernama reformasi. Perbedaan patron dan perspektif dalam berjuang menjadikan mereka silih berganti memainkan porsi perannya masing-masing. Membuat mereka menjadi simbol atas tercapainya cita-cita demokrasi negeri ini. Idealnya, sebuah keyakinan kerap mengemuka, bahwa tak lain mereka datang dari sebuah momen yang sama dan hendaknya masing-masing saling memaklumi bahwa tak ada yang luput dari kesalahan.

Tapi yang ada kini sungguh mengecewakan, satu sama lain bagai berlomba saling menjatuhkan. Tak penting siapa yang lebih dulu memulai, tapi yang jelas sungguh menyedihkan melihat anak kandung reformasi melupakan hakikat perjuangan yang dulu mereka dengungkan. Entah mencari ketenaraan semata atau sekedar mencari sensasi sesaat tapi yang jelas perseteruan keduanya membawa kembali kenyataan pahit bahwa uang berada dibalik ini semua.

Ada yang bilang Tempo dalam hal ini media cetaknya, makin tergerus oleh pesaing yang kian beragam. Baik dari sesama media cetak ataupun media internet yang mampu menawarkan pemberitaan faktual terkini. Tempo pun diberitakan mengalami kerugian yang cukup signifikan di tahun 2012 lalu. Yang lambat laun mimpi buruk kebangkrutan kian tergambar layaknya media-media raksasa di eropa dan amerika sana yang telah gulung tikar terlebih dulu.

Tempo berusaha memutar otak, dan akhirnya ditemukan satu jawaban, mengkritik habis-habisan sebuah organisasi yang lahir dari sebuah perubahan yang selama ini dicitrakan pro pembaharuan oleh mereka yang terkenal dengan pemberitaan tajam dan membuka wawasan baru. Maka diputuskanlah, membawa PKS sebagai tumbalnya.

Hasilnya pun lumayan, sedikit banyak orang-orang kembali tertarik membeli majalah itu dan oplah pun perlahan meningkat. Counter balance dari orang-orang pro PKS pun menambah rasa yang makin menegaskan bahwa isu yang diusung Tempo memang selalu menarik apabila membawa-bawa saudara reformasinya dalam pemberitaan.

Maka dsinilah semuanya bermuara, bisnis yang perlahan menggerus cita-cita yang digaungkan sejak lama. Tapi ya, itulah realita yang ada, tinggal kini bagaimana kita menyikapinya. Apakah turut terjun dalam polemik yang ada, atau membiarkannya berlalu sampai kebenaran yang akhirnya berbicara.

15 comments:

  1. Ah yang nulis kader PKS nih.

    ReplyDelete
  2. Mau nonton porno kek.
    Mau korupsi sapi kek.
    Mau korupsi BJB kek.
    Klo itu PKS maka yang salah adalah konspirasi wahyudi dan rhemason..

    ReplyDelete
    Replies
    1. klo istilah psikologi, orang kayak gini bisa dibilang sedang memasuki tahap delusi.. sabar pak/bu, segera hubungi psikolog terdekat.

      Delete
  3. ha..ha.....konspirasi Wahyudi dan rhemason itu dalam hal pijat-memijat......0_o...

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha.. betul sekali bang. boleh lah ane dipijit sekali-kali

      Delete
  4. to Anonym,
    Intinya kalo ga ada bukti dr kasus2 itu diam aja dulu, mingkem. kalu mulut susah mingkem makan aja permen lolipop.
    jangan cuma komen pake anonim.
    eh, ane jg yah hueheheh

    ReplyDelete
  5. walaupun dijawab pake ini pasti tetep aja akan menemukan pembenaran lainnya

    http://hermansaksono.com/wp-content/uploads/2011/04/Arifinto-PKS-memilih-porno.jpg

    Ini yang sudah jelas terbukti.
    yang lain masih menunggu proses.
    Tapi tetap nanti akan ada pembenaran lainnya.

    ReplyDelete
  6. Woi Anonim dua di atas dari sini.
    Ada masalah dengan Anonim??
    Itu kan pilihan klo tidak punya ID yang menjadi pilihan di box select profile di bawah.
    lagipula ngetik itu kan pake jari. Sebaiknya emang sambil mingkem biar ga dimasukin laler.

    Kembali ke topik.
    Anonim paling atas bilang ini ditulis oleh kader PKS.
    Maka objektivitasnya patut dipertanyakan.
    Membela yang benar atau hanya membela PKS.

    Jujur ane sendiri pernah menjadi bagian dari PKS tapiketika partai ini menjadi yang termasuk mendukung Undang-undang Badan Hukum Pendidikan ane melihat partai ini tidak istimewa lagi. Sama saja seperti yang lainnya.
    Ditambah lagi dengan argumen anonim diatas mengenai kasus saudara Arifinto.

    Kasus-kasus yang baru hadir belakangan mungkin benar mungkin tidak.
    Tapi apakah karena ini melibatkan PKS lalu menjadi hal yang mustahil?

    Ketika tempo menampilkan cover celengan babi jenderal polisi kita semua sontak mendukung berita tersebut.

    Ketika yang menjadi cover adalah suatu hal yang kita menjadi bagian di dialamnya kita pun sontak membantahnya.

    ReplyDelete
  7. Baca dulu yang ini Gan....: http://chirpstory.com/li/59874

    ReplyDelete
  8. To anonim yg terakhir,

    Apa salah dengan anonim? Banyak kok pilihannya biar ngga anonim, minimal nama & URL, tapi emang dasar malas bertanggung jawab kayak ane, jadinya anonim *mending kayak ane ngaku.

    Hoahm, bosan, di sini di mana2 liat komen org "dulu bagian dari PKS tapi karena.." kita ngga bakal puas kalo ngarepin semua semua sesuai keinginan kita. Tergantung point of view & prosedurnya pengambilan keputusannya. Contoh ente Badan Hukum Pendidikan, ane ga tau ntu PKS dukung UU BHP apa nggak, yg jelas UU BHP jelas ada yg dukung ada yg nolak. Yg menolak diantaranya karena khawatir kampus jadi komersil, mahal, yg dukung diantaranya karena melihat pendidikan yg berkualitas juga didukung kesejahteraan stafnya. Jujur ane ga tau PKS masuk yg mana.

    Arifinto, sama kaya orang lain, bisa aja terperosok. Terus kenapa? cari organisasi yg ga bisa terperosok, ga bakal nemu dengan mudah. Jangankan yang 'enak'2an di kursi empuk, yang lagi di arena perang/genting aja ada yg sempat2nya berzina. Tapi sudahlah, yang bersangkutan kemudian minta dirajam. Coba cari sendiri ya organisasi mana yg ane maksud. Bersalah itu bisa ada di organisasi mana2.. Yang penting sistemnya jalan, kalo anggota organisasi ketahuan bersalah ada hukumannya ga? Udah tau belum hukuman beliau?

    tentang kenapa giliran sekarang pada sontak membantah berita dari media ini dan itu? ane setuju dengan pertanyaan itu. tapi tanggapan ane, salah sendiri kenapa dulu mau aja dibohongi? ane mah dari kemarin sore juga udah ga gampang percaya sama media tertentu. kejadian ini semoga bisa menyegarkan kembali, menyentil teman2 biar selalu waspada. jadi ga ada lagi 'pilih kasih' kepercayaan.

    ReplyDelete
  9. *masih pake anonym

    tambahan lagi ya, ane komen begini bukan karena ane kader PKS. Demi Allah ane bukan kader PKS, jadi komen gini murni dari hanura, eh, hati nurani. Karena ane punya keyakinan, memang benar di akhirat nanti kita ga bakal ditanya partai kita apa.. tapi kita bakal diminta pertanggungjawaban, kita udah ngapain aja selama di dunia. Ada sekelompok orang (bukan malaikat) mau berbuat baik, pernah ga kita ada niatan pengen bantu meski sekadar nulis komeng. meski sekadar bantu mengingatkan untuk melindungi kehormatan seseorang yg belum terbukti jelas kesalahannya.

    ReplyDelete