Monday, 4 February 2013

#Nyinyir

Nyinyir, sayapun tak tahu persis apa kosa kata ini telah terdaftar secara resmi di KBBI atau belum. Tapi unik juga sih kalau mendengar kata ini, agak-agak lucu jika diucapkan, semacam ada rasa pedas bermakna keluhan bila mengaitkan kata ini untuk sebuah peristiwa atau kejadian yang menyebalkan.
"nih orang nyinyir aja, udah sono kerja.."
"nyinyir mulu lu, mendingan bantuin gw sini.."
"sial nih orang, bisanya nyinyir doank.."

Setelah saya cek di internet, ternyata nyinyir itu berarti mengulang-ulang perintah, atau dengan kata lain, cerewet. Sering kali kata ini saya dapatkan di internet, terutama twitter, kala seseorang dilihat cuma bisa ngomong doank, padahal kerja pun belum tentu bisa, kontribusi pun belum tentu ada. Dan mungkin fenomonena nyinyir sedang nge-trend sekarang ini, saat beberapa isu nasional sedang asyik tuk di-nyinyir-in.

Semua hal di-nyinyir-in. Jabat tangan menteri komunikasi dengan ibu negara Amerika Serikat, nyinyir. Pedagang stasiun yang bersusah payah membela hak-haknya, nyinyir. Perda larangan berboncengan dengan duduk mengangkang, nyinyir. FPI yang menegakkan nahi mungkar, nyinyir. Bahkan berprasangka baik terhadap partai yang terkena kasus korupsi pun di-nyinyir-in, Gila.. sekedar berprasangka baik saja di-nyinyir-in. duh.

Nyinyir itu asyik, puas rasanya saat mengomentari seseorang yang terkenal bersih dan alim ternyata tersangkut kasus korupsi. Nyinyir itu sarana melampiaskan emosi, saat suatu hal berjalan tidak sesuai dengan kehendak kita. Nyinyir itu mudah, cuma sekedar duduk santai mengeluh dan mengkritik segala hal yang tidak sesuai dengan pendapat kita, dimana disaat yang bersamaan orang-orang lain sibuk bekerja dan bertindak nyata.

Nyinyir itu budaya, karena sejak dulu leluhur kita memang terkenal sebagai seorang pujangga yang jago bersilat lidah. Sehingga banyak yang beralasan bahwa nyinyir adalah faktor keturunan. Benar juga sih, tapi saat nyinyir hanya bisa berdampak negatif, membuat orang emosi, dan memancing permusuhan, nyinyir tidak lebih dari aktivitas yang penuh kesia-siaan. Apalagi nyinyir-nya sudah sampai tingkatan ghibah, wah itu sudah masuk zona merah..

Meski begitu, kita patut berterima kasih karena nyinyir pula yang membuat Indonesia menduduki peringkat 5 pengguna twitter terbanyak di dunia, saat apapun dikicaukan. Sehingga setidaknya ada yang bisa dibanggakan dari negeri ini walau sekedar nyinyir lewat twitter-an.

*tidak lebih baik dari orang-orang yang nyinyir
*otokritik untuk pribadi penulis.

foto : http://soeloehmelajoe.files.wordpress.com/2012/06/cerewet.jpg?w=600

1 comment: