Wednesday 20 February 2013

Sambal Kehidupan

Pencinta sambal mungkin tahu persis bahwa kebanyakan mereka menikmati sambal karena sensasi pedasnya. Memberi warna berbeda pada makanan yang disajikan. Sehingga ada semacam greget yang menggelitik lidah dan terkadang jika kadarnya berlebihan memberi sensasi panas di mulut. Tapi anehnya meski panas dan membuat lidah tak nyaman, tetap saja kebanyakan orang tidak kapok menyantap sambal. Bahkan makin ketagihan untuk mencoba sambal yang lebih pedas.

Mungkin itu sebabnya ada istilah tobat sambal yang begitu populer. Saat seseorang mengaku kepedasan dan tak lagi-lagi mencoba sambal, tapi keesokannya malah kembali menyantapnya. Yang jika dianalogikan dengan kehidupan manusia, saat seseorang mengaku kapok berbuat sesuatu tapi malah melakukan lagi di hari berikutnya.

Sayapun berpikir adakah sebuah efek yang ditimbulkan oleh sambal sehingga walaupun pedas dan membuat lidah kepanasan, sambal tetap jadi pilihan dalam menemani santap makanan. Oh mungkin karena sambal menjadikan nafsu makan seseorang menjadi tinggi. Begitu lahap menyantap makanan agar sensasi pedas cepat hilang dengan cara menutupinya lewat makanan. Atau mungkin menjadikan sambal sebagai alternatif rasa untuk makanan-makanan yang terasa hambar. Daripada mubazir tak termakan maka dipakailah sambal untuk memberi rasa.

Mungkin sambal itu ibarat masalah dalam hidup. Yang terkadang membuat kita kapok tapi malah kembali datang menghampiri. Ada beberapa orang yang memang benar-benar kapok dan tak mau-mau lagi terbelit masalah, namun sebagian lagi menyikapi masalah layaknya pencinta sambal. Tak kapok-kapok menyantap masalah walau itu pedas dan bahkan ingin mencoba yang lebih perih menyengat. Karena ia yakin hidup itu akan menjadi lebih berwarna saat sensasi rasa pedas permasalahan membuat kehidupan tak lagi terasa hambar. Membuat semangatnya dalam menjalani kehidupan layaknya penggemar sambal yang memiliki nafsu makan yang besar.

Jadi memang sesekali tak apa jika sambal kehidupan menghampiri, karena ia tak sekedar masalah tapi lebih dari itu, ia pemberi rasa dalam menjalani hidup yang mungkin datar-datar saja.

No comments:

Post a Comment