Friday 1 February 2013

Politik itu Kotor (katanya)



Ada adagium yang mengatakan Politik itu kotor, jadi Agama yang bersih dan suci tak usahlah ikut-ikutan berpolitik, nanti malah merusak citra dan mencoreng nilai-nilai Agama itu sendiri. Maka tak heran di barat sana, dimana kesucian simbol-simbol keagamaan dijunjung tinggi, mengharamkan Agama ikut campur dalam urusan Negara. Ia terpisah dan jadi urusan pribadi masing-masing individu, biarkan Agama tetap steril dan biarkan kaum sekuler yang berkubang dalam kotornya perpolitikan.

Dalam taraf tertentu, mindset sekulerisme nampak diterima dengan baik di sebagian Negara muslim, tak terkecuali di Indonesia. Oke, saya tahu Indonesia bukan Negara sekuler karena jelas terlihat, nilai-nilai relijiusitas tidak sekedar menjadi urusan masing-masing individu, tapi telah menjadi bagian dari kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dimana tokoh-tokoh agama merupakan tonggak berdirinya Negara ini dan mewarnai sendi kehidupannya. Walau mungkin tetap harus diakui, Negara ini mau tidak mau berlandaskan pancasila yang tidak secara tegas menjadikan agama sebagai landasan bernegara meski di sila pertama pancasila tertulis jelas kata-kata Tuhan di sana.

Maka tidak heran dengan ambigunya nilai-nilai yang dituliskan dalam pancasila membuat aplikasi kongkret ideologi ini merupakan tafsiran masing-masing kelompok, entah kelompok agamis, kelompok banci ataupun kelompok sekuler. Yang agamis mengatakan bahwa berpolitik dan bernegara juga merupakan bagian dari beragama, ada tanggung jawab kemanusiaan dan amanah tuhan disana, sehingga ikut andil di dalamnya merupakan sebuah bentuk keharusan.

Yang banci mengatakan ada hal-hal yang secara alami tak dapat dicampuri agama hingga tak selamanya berpolitik itu cocok dengan konsep keagamaan, jadi tak usahlah meributkan cara agama dalam bernegara karena memang tak selamanya agama itu cocok dengan kehidupan (?).

 Sedangkan yang terakhir, yang sekuler mengatakan bahwa politik itu nature nya memang kotor, menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, jadi takkan pernah cocok dengan agama yang secara jelas menyatakan bahwa kebaikan dan keburukan selamanya takkan bersatu. Jadi biarkan sekulerisme bekerja dan silahkan para tokoh agama duduk manis menjalankan nilai-nilai rohani.

--

Dan kini nampak jelas terlihat, politik memang dimaknai kotor oleh sebagian masyarakat negeri ini. Termakan isu yang memang secara sistematis menempatkan politik tak jauh dari pemakluman akan sebuah kebusukan. Tak apalah kotor dan bau-bau sedikit, toh wajar saja bukan kalau politik itu memang tengik? Jadi tak usah heran jika melihat ada politikus yang terjerat kasus hukum karena memang itu sudah nature nya. Ya dihujat sedikit dan dicela sesekali tak apalah, toh rakyat cepat lupa lagipula kami bukan dari kelompok agama, jadi wajarlah melakukan salah, kami bukan manusia suci.

Standar politik yang terlampau rendah jadi sesuatu yang lumrah. Sampai-sampai jika ada yang keluar dari mainstream yang ada seolah dipaksa untuk turun bersama dalam kubangan yang sama. Maka tak sepatutnya jika ada kelompok agamis berpolitik yang bersih, partai yang profesional, kader yang peduli dan perilaku yang membangun, karena itu semua bukan sesuatu yang wajar untuk sebuah laku yang bernama politik di negeri ini. Politik harus tetap pada maqomnya, sesuatu yang kotor dan busuk,  dan jika ada yang membelot, selayaknya tuk ditempatkan kembali sesuai dengan posisi sebenarnya meski itu dari kelompok agamis sekalipun.

Maka tak heran, apapun dilakukan demi menempatkan kembali sebuah organ politik yang bersih pada posisi yang selayaknya bersama para kubangers, entah dengan pembunuhan karakter ataupun opini yang menyudutkan. Syaratnya mudah, cari saja satu cela dari mereka dan ungkapkanlah seramai mungkin, hingga seolah tak tersisa lagi kebaikan yang ada pada mereka.

Sakit, kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi masyarakat negeri ini sekarang. Ketika klaim bersih dan jargon professional takkan pernah tersandang untuk sebuah institusi politik meski ia berasal dari kelompok agama. Karena sekali saja mengaku bersih, ketika itu pula puluhan, ribuan bahkan jutaan orang akan berbondong-bondong mencari tahu kesalahan anda dan dengan bangga mengatakan.. “tuh kan, gw bilang juga apa, make ngaku-ngaku bersih dan anti korupsi sih, make bawa-bawa agama sih, sekarang baru ketauan kan??”

Ah negeriku..

Foto : http://fc06.deviantart.net/fs70/f/2011/330/2/e/sejuk_by_karman87-d4hbq2l.jpg

2 comments:

  1. nice post banget bro.. gw kok jd mikir 'agak' iseng ya, jgn2 'kawan2' kita yg mau soleh sendiri dan ga mau ikut andil dlm perbaikan negara ini bisa termasuk yang sekuler juga dong ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Allahu'alam, hanya Allah yang tahu hati manusia. tapi melihat tingkah mereka, bisa saja dianggap begitu

      Delete