
Debit kredit dalam pandanganNya berlangsung tiap saat. Kala manusia melakukan kesalahan di debet satu kebaikan, dan di kredit satu keburukan atau dengan kata lain, berkurang satu pahala, dan bertambah satu dosa. Tapi menariknya, begitu manusia melakukan kebaikan, justru di kredit dengan 10-100 kebaikan dan di debet semua keburukan. Unik, dan Cuma terjadi dalam hitung-hitungan sang Khaliq.
Maka jangan heran, lingkup keadilannya menguntungkan tiap orang, bahkan untuk seorang yang paling dibenci sekalipun. Seandainya memang keburukan si orang itu sangatlah besar, dan seolah tak ada lagi ruang kebaikan pada dirinya, ia pun masih punya kesempatan tuk mendapatkan kebaikan atau di kreditnya pahala ke dalam tabungan amalnya.
Hal yang mungkin saja terjadi setiap hari, tiap saat. Kala manusia, membicarakan keburukan seseorang dan perlahan kebaikan si manusia berpindah kepada orang itu. Kebaikan yang di debit dari si manusia dan di kredit kepada si orang yang dibenci. Maka terkadang saya berpikir, sungguh beruntung mereka yang dibenci, dan merugilah mereka yang terlalu membenci hingga lisan tak mampu lagi menahan omongan dan berkuranglah tabungan masa depan.
Fenomena unik dan menarik sebagai bentuk kompensasi dan kebaikan sang khaliq pada makhlukNya yang dibenci oleh makhlukNya yang lain. Sehingga mungkin saja suatu saat, ketika kebaikannya terus bertambah dikarenakan banyaknya kebaikan yang dikredit lebih besar dari yang didebet, maka saat itulah mungkin hidayah telah masuk. Dan begitu pula sebaliknya, ketika seseorang yang baik terus di debit kebaikannya hingga suatu titik dimana keburukannya lah yang dikredit, maka saat itulah mungkin hidayah telah pergi darinya. Na’udzubillah.
No comments:
Post a Comment