Wednesday, 6 February 2013

Dukun dan Wartawan

Bukan cuma sekali, bahkan tiap kali saya membaca dan menonton media massa, yang ada isinya hanya pelintiran sana-sini. Entah itu kata-kata narasumbernya yang diolah menjadi tendensius atau data yang diambil terlalu prematur untuk ditayangkan. Mungkin karena kebutuhan, atau mungkin gagah-gagahan hingga tiap sajian berita yang disuguhkan hanya mengejar kecepatan publikasi tanpa mengindahkan keakuratan. Sehingga terkesan penuh prasangka dan keraguan.

Padahal menurut hemat saya, pemirsa yang membaca dan menonton tayangan berita memiliki hak untuk mendapatkan informasi akurat yang tidak sekedar heboh dan membangkitkan minat tuk disimak. Karena seringkali mindset yang kini terbentuk dalam masyarakat, yang namanya berita dan berlabel berita menyajikan informasi yang netral, bebas dari prasangka dan tak terikat dengan kepentingan apapun. Hingga nantinya diharapkan berita tersebut dapat menjadi rujukan bagi pemirsa dalam mengambil sebuah sikap, entah melakukan sesuatu, atau sekedar diam saja sambil menyimpan baik-baik tiap detil informasi yang sewaktu-waktu dapat digunakan tuk bertindak.

Tapi kini yang berkembang justru sebaliknya, pelintiran isi berita yang disebabkan oleh kurang akuratnya informasi yang didapatkan menjadikan berita tak ubahnya ajang kreatifitas para wartawannya. Saat informasi yang didapatkan sedikit, dan deadline penayangan berita semakin dekat membuat wartawan membumbui informasi seadanya dengan sejumput asumsi-asumsi umum, dan setetes ambiguitas penulisan. Hingga berita itu kini menjelma utuh menjadi seikat informasi yang penuh prasangka.

Saya kembali teringat dengan sebuah hadit dari Rasulullah yang kurang lebih bunyinya seperti ini.
Dari Aisyah radiyallahuanha, beliau bertanya pada Rasulullah tentang berita yang disampaikan oleh para dukun;
"Ya Rasulullah.. tapi kadang-kadang para dukun itu menyampaikan berita yang benar"
Rasulullah Sholallahu Alaiyhi wa Sallam menjawab;
"Benar, berita itu memang dicuri oleh jin (dari langit) dan dia menyampaikannya kepada para dukun dengan benar! Hanya saja dukun itu menambahkan berita itu dengan seratus kebohongan" (H.R. Muslim)

Dalam hadits itu Rasulullah memberitahukan bahwa jin memang memberitakan dan menyampaikan sesuatu dengan benar atas apa yang mereka dengar dari langit , tapi karena mungkin informasi yang diberikan sedikit dan nantinya malah tak berguna sama sekali, maka para dukun itu tak segan menambahkan bumbu-bumbu kebohongan di dalam berita yang mereka dapatkan. Mirip-mirip memang dengan wartawan bedanya kalau wartawan membungkusnya dengan elegan dan mungkin tanpa kebohongan, hanya sekedar asumsi dan tendesi penulisan. Sedangkan dukun jelas-jelas membungkus berita dengan kebohongan. Walau mungkin tetap saja keduanya mirip-mirip.

Memang tidak semua wartawan seperti itu, masih banyak wartawan baik yang menjunjung tinggi nilai-nilai jurnalisme. Yang teguh memegang erat asas objektif, akurat dan seimbang. Namun memang tidak dapat dipungkiri trend yang kini berkembang tengah menyertai wartawan-wartawan yang mirip dukun itu hingga suatu saat ada media massa yang sudi memfasilitasi wartawan jujur dan baik itu.

*karena jurnalisme adalah corong kebenaran.

foto : http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2012/02/13287696551388440093.jpg

No comments:

Post a Comment