Friday, 15 February 2013

Togel dan Mimpi


Di kegelapan malam, Maman terbangun dari tidur sambil menghela nafas panjang. Untuk kesekian kalinya, entah tiga kali atau mungkin lebih, dalam seminggu ini ia bermimpi hal yang sama. Di sampingnya berbaring seorang wanita gemuk paruh baya dengan polesan masker putih di wajah dan sebuah jepitan rambut terpasang di kepala. Sosok itu nampak menikmati malam panjang yang penuh dengkuran. Tapi Maman yakin bahwa ia terbangun bukan karena dengkuran si Istri, tapi mimpi itu, mimpi yang sama beberapa hari ini yang membuatnya terjaga.

Ia dengan segera beranjak dari ranjang kayunya, terdengar bunyi reot yang menggema di keheningan malam. Ranjang ringkih ini, yang tak pernah lelah membopong bobot tubuhnya dan sang istri, terlihat makin layak tuk dipensiunkan. Ah tapi nantilah, urusan yang lain masih lebih penting dari sekedar ranjang kasur, kalau istilah si istri
“jangan sok kaya, seenaknya gonta ganti barang, hidup kita ini masih susah, nanti kalau sudah dapat kerjaan yang enak baru berpikir beli yang baru”
Kalau sudah begini, ia pun hanya bisa meringis tanpa bisa memprotes apapun. Keluh si istri sudah jadi santapan rutinnya tiap akhir bulan yang akan semakin mereda seiring tanggal muda yang menjelang.

Di carinya buku itu yang didapatkannya dari penjual buku loak di emperan jalan sekitaran pasar senen tadi siang.
“Bukunya bagus tuh mas, cara cepet kaya menurut primbon jawa. Ada tafsir mimpinya juga” 
Matanya pun berbinar, ini jawaban dari mimpinya dua hari belakangan. Uang sepuluh ribu yang sedianya dibelikan rokok, direlakannya untuk menyambut kesempatan menjadi kaya.

Dibukanya laci meja, lemari baju, tapi buku itu tak kunjung ditemukan. Ia yakin, telah menyimpan buku itu baik-baik di antara tumpukan baju-baju ini, tapi kenapa bisa lenyap begitu saja. Ah iapun ingat, buku itu dipindahkannya ke lemari baju anaknya di kamar sebelah. Tentu saja sangat riskan menyimpan buku itu di lemari baju yang mudah di temukan oleh si istri, yang jika ditemukan akan memancing kembali protes pedas tentang apa yang dilakukannya kini.

Ia pun mengendap berjalan memasuki kamar si anak yang hanya dibatasi oleh sekat triplek dari sebuah kontrakan kecil di kawasan permukiman pluit Jakarta utara. Tempat tinggal yang sangat strategis, karena kemanapun kaki melangkah semuanya serba dekat, dari kamar tidur ke kamar mandi dekat, dari kamar mandi ke ruang tengah dekat. Tak terbayangkan tahun ini adalah tahun ke-limanya menempati kontrakan petak ini, dari satu anak hingga kini tiga anak kecil nampak tertidur pulas berhimpitan dalam ruang pengap ini. Dibukanya lemari baju dari plastik dan mulai mencari buku itu. Nah, ini dia, tertera jelas sebuah kalimat di sampul yang nampak menguning, sebuah tulisan yang tak dimengerti olehnya.

--

Pagi-pagi buta seperti biasanya, ia berangkat menuju gedung perkantoran di daerah Sudirman. Bersama motor Honda butut yang dikendarai, ia berangkat menembus dinginnya pagi, sembari berharap suatu saat dapat mengistirahatkan si motor tua ini. Ah lagi-lagi ia teringat si istri dengan berbagai omelannya, tapi tunggu dulu, hari ini akan berbeda, mimpi itu telah datang tiga kali dan perasaannya mengatakan bahwa mimpi itu pertanda baik. Ia pun berharap si Wahyu dapat menjelaskan apa arti mimpinya berdasarkan buku itu.

Di bawanya buku itu dalam tas kecil di punggungnya dan tak sabar menanti perbincangan dengan salah seorang rekannya di Pantry kantor. Dengan memakai seragam coklat yang mulai tampak lusuh, ia secara seksama menyiapkan minuman dan membersihkan meja kerja karyawan di lantai 6. Setengah jam berlalu dan tugasnya di pagi ini telah rampung, iapun mengisi waktu dengan kembali melihat-lihat buku itu, gambar-gambarnya menarik dan beberapa halaman nampak menguning dan lapuk dimakan usia.

“Yu, lu bisa bantuin gw gak? Tolong cari arti mimpi gw semalem di buku ini.”

Wahyu yang baru saja datang dan belum sempat mengganti baju nampak heran dengan kawannya yang satu ini.

“emang lu mimpi apaan?”

“Gw mimpi ketemu bapak-bapak tua, jenggot panjang sama tongkat ditangannya. Tiga malem ini gw ketemu dia, kira-kira maksudnya apa tuh?”

Wahyu pun tak bisa menjawab, ia hanya dapat membantu temannya mencarikan arti mimpi sang teman di dalam buku yang berjudul. “Primbon jawa biar cepet Kaya”

“dalam buku ini gak ditulis apa arti persisnya, tapi dibilang kalau lu ketemu orang tua kayak gitu, kemungkinan itu jin atau sejenisnya yang bisa lu tanya apa aja”

“oh gitu, jadi gw bisa nanya nomor togel donk?”

Tawa lepas Wahyu terdengar dari ruang pantry.

“jadi lu masih sering masang togel, gila lu, udah ah gw mau kerja, beres-beres ruang supporting dulu”

Dan Wahyu pun berlalu dari hadapan Maman. Nanti malem gw harus Tanya nomor togel sama si orang tua itu.

--

Di malam harinya, ia bertekad untuk bertanya pada si orang tua dalam mimpi. Ia pulang lebih awal untuk mempersiapkan semuanya. Si istri yang menunggu si suami pulang yang berharap sedikit canda rayu di atas ranjang, terpaksa merengut kesal karena si suami telah tertidur pulas. Tak ada pilihan, si istripun ikut menyusul si suami ke pulau kapuk.

Beberapa lama setelah 3 jam tertidur lelap, Maman pun terbangun. Ia belum bertemu dengan si kakek tua. Ia pun berusaha kembali, namun tak kunjung berhasil. Ah kenapa ini. Kenapa orang tua itu tak datang juga. Maman kembali mencoba dan dengan sedikit doa sebelum tidur, ia pun terlelap kembali.

Ia berada dalam ruang kosong berwarna putih, dari kejauhan nampak datang dan semakin dekat sesosok kakek tua yang dinantinya. Nah itu orangnya, itu si kakek tua.

“kek, kira-kira nomor togel hari ini yang muncul apa ya?”

Si kakek hanya tersenyum, dan membalas pertanyaan itu dengan berubah wujud menjadi 3 kucing kecil di dalam sebuah rumah, lambat laun, perlahan rumah itupun menghilang dan seolah hangus berbentuk debu.. Maman terbangun dari mimpi dan merasa bahwa 3 kucing kecil itu berarti angka 3 untuk nomor togel. Ia pun berteriak girang yang sempat membangunkan istri dan tiga anaknya.

“kita bakal kaya, kita bakal kaya..”

Si istri nampak terganggu dan kembali mengeluarkan kata-kata pedas yang tidak dihiraukan oleh Maman.

--

“Pak, sakelar listrik kita ini udah dari kemarin bermasalah, mungkin karena air hujan yang merembes ke dalamnya, tolong dibetulin pak gentengnya, takut nanti ada konsleting.”

“Hm..”

Maman hanya bergumam, ia tak memperhatikan apa yang dikatakan si istri. Ia sibuk dengan kertas togel di tangannya. Nomor tiga, pasti keluar nomor tiga. Berulang-ulang kata-kata itu berputar dalam benaknya, ia yakin kini saatnya ia menjadi kaya.

“Bapak ini, togel terus yang diurusin, rumah kita dulu di urusin, baru togel, itu sakelar listrik kapan dibetulin”

“gak usah protes bu, kali ini pasti tembus, aku pergi dulu ke tempat Bandar, doakan semoga tembus”

Dan si istri pun hanya melihat dari kejauhan ketika si suami beranjak pergi dari rumah kontrakan mereka. Kapan kowe sadar pak.

--
“cihuyy.. gw menangg.. gw menang..”

Maman bagai orang kesetanan. seratus juta di tangan dan segera terbayang kasur baru, motor baru dan pastinya rumah baru untuk ketiga anaknya yang tidak perlu tinggal di kamar pengap mereka lagi.

Suara halilintar sejenak menyadarkannya, hujan deras turun membasahi daerah pluit.  Jadi begini rasanya jadi orang kaya. Si Midah harus tahu, dia kini menjadi suami dari juragan sembako. Terbayang berbagai impian yang kan ia wujudkan nanti bersama sang istri. Ingin segera ia mengabarkan pada anak dan istrinya, tapi hujan deras masih mengguyur pluit dan ia terjebak di rumah Bandar itu.

Hujan pun reda dan ia segera berlari keluar sembari membawa sekoper penuh uang dari si Bandar. Beberapa orang nampak bersungut dan tak menerima kegembiraan Maman. Maman tak ambil pusing, iapun tak peduli pada orang-orang yang mungkin saja merampoknya nanti di jalan. Siapa berani macem-macem, golok gw udah siap melayang.

Di tengah keriangannya, terdengar sayup suara blangwir pemadam kebakaran yang searah dengan jalan pulangnya. Rumah siapa yang kebakaran. Ia pun bergegas mempercepat langkahnya menuju kontrakan. Api membesar, dari kejauhan terlihat daerah permukiman padat pluit hangus terbakar api. Ya Allah, Midah, anak-anak. Dari ujung jalan, terlihat berlari seorang wanita gemuk dengan baju dasternya. “anak kita pak, anak kita terjebak di dalam rumah.” Midah hanya menangis dan Maman pun teringat mimpinya semalam.
Ternyata itu arti sebenarnya..


No comments:

Post a Comment