Di kegelapan malam, Maman terbangun dari tidur sambil
menghela nafas panjang. Untuk kesekian kalinya, entah tiga kali atau mungkin
lebih, dalam seminggu ini ia bermimpi hal yang sama. Di sampingnya berbaring
seorang wanita gemuk paruh baya dengan polesan masker putih di wajah dan sebuah
jepitan rambut terpasang di kepala. Sosok itu nampak menikmati malam panjang
yang penuh dengkuran. Tapi Maman yakin bahwa ia terbangun bukan karena
dengkuran si Istri, tapi mimpi itu, mimpi yang sama beberapa hari ini yang
membuatnya terjaga.
Ia dengan segera beranjak dari ranjang kayunya, terdengar
bunyi reot yang menggema di keheningan malam. Ranjang ringkih ini, yang tak
pernah lelah membopong bobot tubuhnya dan sang istri, terlihat makin layak tuk
dipensiunkan. Ah tapi nantilah, urusan yang lain masih lebih penting dari
sekedar ranjang kasur, kalau istilah si istri
“jangan sok kaya, seenaknya gonta ganti barang, hidup kita
ini masih susah, nanti kalau sudah dapat kerjaan yang enak baru berpikir beli
yang baru”
Kalau sudah begini, ia pun hanya bisa meringis tanpa bisa
memprotes apapun. Keluh si istri sudah jadi santapan rutinnya tiap akhir bulan
yang akan semakin mereda seiring tanggal muda yang menjelang.
Di carinya buku itu yang didapatkannya dari penjual buku loak
di emperan jalan sekitaran pasar senen tadi siang.
“Bukunya bagus tuh mas, cara cepet kaya menurut primbon
jawa. Ada
tafsir mimpinya juga”
Matanya pun berbinar, ini jawaban dari mimpinya dua hari belakangan. Uang sepuluh ribu yang sedianya dibelikan rokok, direlakannya untuk
menyambut kesempatan menjadi kaya.
Dibukanya laci meja, lemari baju, tapi buku itu tak kunjung
ditemukan. Ia yakin, telah menyimpan buku itu baik-baik di antara tumpukan
baju-baju ini, tapi kenapa bisa lenyap begitu saja. Ah iapun ingat, buku itu
dipindahkannya ke lemari baju anaknya di kamar sebelah. Tentu saja sangat
riskan menyimpan buku itu di lemari baju yang mudah di temukan oleh si istri,
yang jika ditemukan akan memancing kembali protes pedas tentang apa yang
dilakukannya kini.
Ia pun mengendap berjalan memasuki kamar si anak yang hanya
dibatasi oleh sekat triplek dari sebuah kontrakan kecil di kawasan permukiman
pluit Jakarta
utara. Tempat tinggal yang sangat strategis, karena kemanapun kaki melangkah
semuanya serba dekat, dari kamar tidur ke kamar mandi dekat, dari kamar mandi
ke ruang tengah dekat. Tak terbayangkan tahun ini adalah tahun ke-limanya
menempati kontrakan petak ini, dari satu anak hingga kini tiga anak kecil
nampak tertidur pulas berhimpitan dalam ruang pengap ini. Dibukanya lemari baju
dari plastik dan mulai mencari buku itu. Nah, ini dia, tertera jelas sebuah kalimat di sampul
yang nampak menguning, sebuah tulisan yang tak dimengerti olehnya.
--
Pagi-pagi buta seperti biasanya, ia berangkat menuju gedung
perkantoran di daerah Sudirman. Bersama motor Honda butut yang dikendarai, ia
berangkat menembus dinginnya pagi, sembari berharap suatu saat dapat
mengistirahatkan si motor tua ini. Ah lagi-lagi ia teringat si istri dengan
berbagai omelannya, tapi tunggu dulu, hari ini akan berbeda, mimpi itu telah
datang tiga kali dan perasaannya mengatakan bahwa mimpi itu pertanda baik. Ia
pun berharap si Wahyu dapat menjelaskan apa arti mimpinya berdasarkan buku itu.
Di bawanya buku itu dalam tas kecil di punggungnya dan tak
sabar menanti perbincangan dengan salah seorang rekannya di Pantry kantor. Dengan
memakai seragam coklat yang mulai tampak lusuh, ia secara seksama menyiapkan
minuman dan membersihkan meja kerja karyawan di lantai 6. Setengah
jam berlalu dan tugasnya di pagi ini telah rampung, iapun mengisi waktu dengan
kembali melihat-lihat buku itu, gambar-gambarnya menarik dan beberapa halaman
nampak menguning dan lapuk dimakan usia.
“Yu, lu bisa bantuin gw gak? Tolong cari arti mimpi gw
semalem di buku ini.”
Wahyu yang baru saja datang dan belum sempat mengganti baju
nampak heran dengan kawannya yang satu ini.
“emang lu mimpi apaan?”
“Gw mimpi ketemu bapak-bapak tua, jenggot panjang sama
tongkat ditangannya. Tiga malem ini gw ketemu dia, kira-kira maksudnya apa tuh?”
Wahyu pun tak bisa menjawab, ia hanya dapat membantu temannya
mencarikan arti mimpi sang teman di dalam buku yang berjudul. “Primbon jawa
biar cepet Kaya”
“dalam buku ini gak ditulis apa arti persisnya, tapi
dibilang kalau lu ketemu orang tua kayak gitu, kemungkinan itu jin atau sejenisnya yang
bisa lu tanya apa aja”
“oh gitu, jadi gw bisa nanya nomor togel donk?”
Tawa lepas Wahyu terdengar dari ruang pantry.
“jadi lu masih sering masang togel, gila lu, udah ah gw mau
kerja, beres-beres ruang supporting dulu”
Dan Wahyu pun berlalu dari hadapan Maman. Nanti malem gw harus Tanya nomor togel sama si
orang tua itu.
--
Di malam harinya, ia bertekad untuk bertanya pada si orang
tua dalam mimpi. Ia pulang lebih awal untuk mempersiapkan semuanya. Si istri
yang menunggu si suami pulang yang berharap sedikit canda rayu di atas ranjang, terpaksa merengut kesal karena si suami telah tertidur pulas. Tak ada pilihan,
si istripun ikut menyusul si suami ke pulau kapuk.
Beberapa lama setelah 3 jam tertidur lelap, Maman pun
terbangun. Ia belum bertemu dengan si kakek tua. Ia pun berusaha kembali, namun
tak kunjung berhasil. Ah kenapa ini. Kenapa
orang tua itu tak datang juga. Maman kembali mencoba dan dengan sedikit doa
sebelum tidur, ia pun terlelap kembali.
Ia berada dalam ruang kosong berwarna putih, dari kejauhan
nampak datang dan semakin dekat sesosok kakek tua yang dinantinya. Nah itu orangnya, itu si kakek tua.
“kek, kira-kira nomor togel hari ini yang muncul apa ya?”
Si kakek hanya tersenyum, dan membalas pertanyaan itu dengan
berubah wujud menjadi 3 kucing kecil di dalam sebuah rumah, lambat laun, perlahan rumah
itupun menghilang dan seolah hangus berbentuk debu.. Maman terbangun dari mimpi
dan merasa bahwa 3 kucing kecil itu berarti angka 3 untuk nomor togel. Ia pun
berteriak girang yang sempat membangunkan istri dan tiga anaknya.
“kita bakal kaya, kita bakal kaya..”
Si istri nampak terganggu dan kembali mengeluarkan kata-kata
pedas yang tidak dihiraukan oleh Maman.
--
“Pak, sakelar listrik kita ini udah dari kemarin bermasalah,
mungkin karena air hujan yang merembes ke dalamnya, tolong dibetulin pak
gentengnya, takut nanti ada konsleting.”
“Hm..”
Maman hanya bergumam, ia tak memperhatikan apa yang
dikatakan si istri. Ia sibuk dengan kertas togel di tangannya. Nomor tiga, pasti keluar nomor tiga. Berulang-ulang
kata-kata itu berputar dalam benaknya, ia yakin kini saatnya ia menjadi kaya.
“Bapak ini, togel terus yang diurusin, rumah kita dulu di
urusin, baru togel, itu sakelar listrik kapan dibetulin”
“gak usah protes bu, kali ini pasti tembus, aku pergi dulu
ke tempat Bandar, doakan semoga tembus”
Dan si istri pun hanya melihat dari kejauhan ketika si suami
beranjak pergi dari rumah kontrakan mereka. Kapan
kowe sadar pak.
--
“cihuyy.. gw menangg.. gw menang..”
Maman bagai orang kesetanan. seratus juta di tangan dan
segera terbayang kasur baru, motor baru dan pastinya rumah baru untuk ketiga
anaknya yang tidak perlu tinggal di kamar pengap mereka lagi.
Suara halilintar sejenak menyadarkannya, hujan deras turun
membasahi daerah pluit. Jadi begini rasanya jadi orang kaya. Si
Midah harus tahu, dia kini menjadi suami dari juragan sembako. Terbayang berbagai
impian yang kan
ia wujudkan nanti bersama sang istri. Ingin segera ia mengabarkan pada anak dan
istrinya, tapi hujan deras masih mengguyur pluit dan ia terjebak di rumah Bandar
itu.
Hujan pun reda dan ia segera berlari keluar sembari membawa
sekoper penuh uang dari si Bandar. Beberapa orang nampak bersungut dan tak
menerima kegembiraan Maman. Maman tak ambil pusing, iapun tak peduli pada
orang-orang yang mungkin saja merampoknya nanti di jalan. Siapa berani macem-macem, golok gw udah siap melayang.
Di tengah keriangannya, terdengar sayup suara blangwir
pemadam kebakaran yang searah dengan jalan pulangnya. Rumah siapa yang kebakaran. Ia pun bergegas mempercepat langkahnya
menuju kontrakan. Api membesar, dari kejauhan terlihat daerah permukiman padat
pluit hangus terbakar api. Ya Allah,
Midah, anak-anak. Dari ujung jalan, terlihat berlari seorang wanita gemuk
dengan baju dasternya. “anak kita pak, anak kita terjebak di dalam rumah.”
Midah hanya menangis dan Maman pun teringat mimpinya semalam.
Ternyata itu arti sebenarnya..
No comments:
Post a Comment