Wednesday 6 March 2013

Antara Tahta dan Popularitas

Ada pepatah Arab kuno yang mengatakan bahwa, jika kalian ingin terkenal, kencingi sumur zam-zam, niscaya kalian akan masyhur seantero Jazirah Arab. Bukan saja populer di tanah Arab, anda bahkan dikenal oleh orang-orang di penjuru dunia, dimana ternyata ada orang yang berani mengencingi sumur zam-zam yang disucikan umat muslim, sesuatu yang tak lazim, nekat, dan pastinya baru pertama kali terjadi.

Itu kalau berbicara mengenai ke-terkenal-an semata, sesuatu yang memang mudah dilakukan asal memiliki nyali yang besar. Tapi tentunya bukan terkenal seperti itu yang anda inginkan. Karena menjadi populer dengan cara seperti itu tak lain cuma memberikan anda kesengsaraan walau mungkin nama dan wajah anda terpampang manis di media massa.

Maka cara aman, lazim dan umum (seperti menjadi artis, memiliki prestasi dll) untuk menjadi terkenal adalah satu-satunya jalan jika anda ingin menikmati berbagai keuntungan atas kepopuleran anda. Wajah yang kerap menghiasi laman surat kabar dan citra yang terus disorot lewat layar kaca. Sesuatu yang dilakukan bukan dengan cara ekstrim yang bertentangan dengan aturan dan norma yang berlaku.

Selanjutnya saat anda telah  menjadi populer dengan cara aman maka kini tergantung anda mengarahkannya. Jika sekedar mengisi rubrik di dalam surat kabar itu biasa dan sangat mudah. Tapi cobalah untuk berfokus pada 3 hal yang memang dituju manusia di dunia, harta, tahta, dan cinta. Karena tiga hal itu yang mayoritas dikejar oleh para tokoh-tokoh terkenal yang sukses.

Biasanya seorang yang terkenal dengan jalur menjadi artis atau dengan sebuah prestasi yang diraih akan secara tidak langsung mendapatkan dua hal yang menjadi tujuan manusia. Harta dan cinta. Mereka mudah menggaet wanita dan harta kan mengalir dengan sendirinya ke pundi-pundi tabungan mereka. Saat mereka diikat kontrak tuk berperan dalam sebuah film atau sekedar mendapat bayaran dari sebuah prestasi yang mereka miliki. Karena siapa yang bisa menolak berdekatan dengan seseorang yang populer dan memiliki banyak simpanan harta, nyaris tak ada dan itulah mengapa tiap orang berharap tuk menjadi terkenal.

Kini saat dua hal itu, harta dan cinta telah di dapat, mayoritas kaum populis kan beranjak ke tujuan selanjutnya, tahta yang akan melengkapi kesempurnaan mereka. Harta ada, cintapun dimiliki, maka tak heran tahta yang menjadi sasaran berikutnya. Jadi sangatlah relevan jika sekarang ini kita lihat kaum-kaum populer semacam artis, olahragawan, tokoh-tokoh masyarakat berbondong-bondong menceburkan diri ke jalur politik. Entah dengan menjadi calon anggota legislatif atau sekedar mencoba peruntungan sebagai calon kepala/wakil kepala daerah. Semua hal yang dapat dilakukan agar tujuan selanjutnya tercapai, menggapai tahta tuk meggenapi dua hal lainnya.

Mungkin itulah mengapa saat ini orang-orang terkenal bersaing mendapatkan tahta, sehingga jangan kaget jika kelak pemangku kekuasaan dan tahta dipegang oleh orang-orang populer. Yang mungkin sekedar memenuhi hasratnya dalam melengkapi kesempurnaan yang telah ia dapatkan sebelumnya, harta dan cinta. Padahal tahta tak hanya perkara obsesi buta yang hendak dicapai, tapi lebih dari itu, ia adalah sebuah amanah yang membutuhkan kompetensi dan profesionalitas tuk mengelolanya. Agar tatanan masyarakat yang dipangku dan diperintah olehnya menjadi lebih baik dan sejahtera.

Semoga kelak para kaum populer itu menyadari bahwa keberhasilan mereka nantinya meraih tahta tak serta merta membuat mereka layak, karena memimpin dan mengelola tahta butuh otak dan skill yang tidak sekedar mengandalkan ke-terkenal-an belaka.

No comments:

Post a Comment