Sunday 20 January 2013

Antara yang Memimpin dan yang Dipimpin

"karena saat itu Abu Bakar, Umar dan Utsman memimpin orang-orang seperti aku, sedangkan saat ini aku memimpin orang-orang seperti kalian" Ali bin Abi Thalib, saat ditanya mengapa kondisi begitu mengenaskan di masa kepemimpinannya.

Sesuatu yang dipilih hakikatnya memiliki kesamaan dengan yang memilih atau paling tidak, ada sebuah preferensi, hal menarik yang membuat ia dipilih oleh yang memilih. Contohnya ketika kita memilih obat batuk dengan merek A. Kita meminum obat batuk A karena cocok dengan batuk yang kita alami, sesederhana itu. Contoh lainnya ketika kita memilih shampoo dengan merek B. Kita memakai shampoo B karena sesuai dengan jenis rambut kita yang berminyak dan mudah rontok, maka kita pun memilih shampoo B. Maka semua hal dipilih karena sesuai dengan yang memilih. Biasanya seperti itu.

Sama halnya saat kita memilih pemimpin. Kalau yang menjadi pemimpin, orang yang dipilih menjadi pemimpin adalah seorang yang gemar menipu, pintar memanipulasi, egois dan tidak peka, mungkin saja yang memilih pun tidak jauh berbeda dengan yang dipilih. Jadi bagi saya tidak perlu lah kita terlalu mengkritik, menghujat dan menghina para wakil rakyat yang belum sesuai dengan harapan kita, yang masih saja akrab dengan manipulasi, korupsi, dan hipokrisme. Karena bisa jadi kita tak jauh berbeda dengan mereka.

Tapi bagaimanapun saya paham dengan kondisi rakyat saat ini Tak lagi mempan dengan nasihat dan petuah seperti apa yang saya tuliskan di atas. Kesulitan dan kerasnya hidup membuat kata-kata manis tak lagi mampu meredam kemarahan mereka kepada para pemimpinnya. Namun, apa lagi yang dapat kita lakukan? selalu menghujat dengan kata-kata kasar dan mengeluh atas perilaku para wakil rakyat? apa hal itu dapat mengubah keadaan? panggil saya jika cara itu berhasil memperbaiki kondisi, saya akan mendukung anda sepenuhnya, tapi kenyataannya belum bukan?

Mengapa kita memilih sistem demokrasi dalam memilih pemimpin? karena kita dapat memilih secara transparan, adil, dan terbuka orang-orang terbaik yang ada di tengah-tengah kita sebagai seorang pemimpin. Kalau yang terpilih justru orang-orang yang buruk? ada dua kemungkinan, kita yang belum bijak dalam memilih pemimpin, atau kitalah yang memang buruk sehingga tak heran pemimpin yang terpilihpun buruk.

"Normatif, pasti akhirnya menyuruh rakyat untuk memperbaiki dirinya terlebih dulu, basi bro..." Ya ya, apapun itu, bagaimanapun reaksi kita, meluapkan kemarahan atau sekedar berkeluh kesah, keadaannya akan tetap sama, rakyat dengan kesengsaraannya, dan wakil rakyat dengan perilakunya. Tapi setidaknya, bergerak terus dalam memperbaiki diri, lebih baik dan bermanfaat dibandingkan diam membisu dan pasrah menerima takdir. 

Nobody can give you freedom. Nobody can give you equality or justice or anything. If you're a man, you take it. - Malcolm X

foto : http://mimadrasahmerdeka.files.wordpress.com/2009/10/pemimpin-untuk-rakyat.jpg

No comments:

Post a Comment