"eh hujan nya udah berhenti nih, tisunya buat kamu aja.. aku lagi buru-buru, senang ngobrol sama kamu, kali lain ketemu lagi ya"
"tu.. tunggu.."
Ia pun berlalu sebelum sempat ku bertanya siapa namanya. Kini ku hanya bisa menatap bis kuning yang membawanya pergi. Di halte ini terkenang diskusi kami beberapa menit yang lalu, apalagi kalau bukan tentang ospek. Berbagai pengalaman heboh di hari pertama meluncur deras darinya, dengan ekspresif ia bercerita tentang mahasiswa baru yang dihukum karena telat datang, kakak2 senior yang galak, berbagai atraksi lembaga kemahasiswaan, dan berbagai kemeriahan hari ini. Mendengarkan ia bercerita membuatku tergelak dan tersenyum, tak kusangka ada perempuan seceria ini sebelumnya. Ia pun sempat bercerita tentang keinginannya bergabung dengan sebuah organisasi rohis di kampus ini.
"aku ingin bergabung dengan Salam UI, aku ingin menjadi lebih baik, setidaknya
lebih baik dibandingkan di SMA" terlihat kesungguhan di wajahnya. Terselip senyum getir di wajahku mendengar penuturannya. Berbeda dengannya, aku ingin menghiasi kehidupan kampus dengan lebih berwarna.
Telah cukup bagiku pendidikan agama 6 tahun lamanya. Pesantren membuatku jengah. SPMB Juli lalu memberikan jalan keluar bagiku. Tak sia sia usahaku meyakinkan kedua orang tua agar mengizinkan ku melanjutkan studi di luar ilmu agama. Ibuku sempat ragu dengan keputusanku ini, akupun membujuk ayah untuk meyakinkan ibu bahwa semuanya akan baik-baik saja. Usahaku kembali berhasil, kepercayaan ayah meluluhkan hati ibu. Sangat terpaksa nampaknya, mereka membolehkanku meninggalkan fokus studiku di ilmu agama. Dan akhirnya tibalah hari yang kutunggu-tunggu,Agustus 2005, pengumuman SPMB ku sambut dengan wajah berseri, kuberikan koran hari itu pada mereka berdua, dimana namaku tercantum sebagai calon mahasiswa di salah satu kampus terbaik di negeri ini.
Segera terbayang kehidupan kampus yang lebih meriah.
Berbeda dengan ku, ia begitu antusias mendalami ilmu agama, menjadi lebih baik menurutnya. Kesungguhannya membuatku sedikit malu, aku yang ingin menjauhkan diri dari ilmu agama dihadapkan dengan sesosok wanita muslimah yang menggebu mendalami ilmu Agama. Ditambah, wanita itu berbeda dengan sosok wanita yang selama ini kupahami. Ia meletup-letup, semangat, dan penuh keceriaan, setiap tutur katanya adalah refleksi kebahagiaan. Sangat jauh dari apa yang selama ini kubayangkan tentang sosok wanita kebanyakan.Di halte ini ku berjumpa dengannya diiringi deras hujan dan aroma tanah yang menyejukkan. Tanpa tahu nama, fakultas, dan siapa gerangan dirinya, Ia bagai angin semilir, datang dan pergi tanpa jejak namun menyisakan nyaman di hati. Entah kapan kami dapat bertemu kembali, sulit bagiku menemukannya diantara beratus mahasiswa di kampus ini. Perasaan kecewa sempat hinggap, namun seketika sirna ketika kulihat sebungkus tisu di tanganku. Tuhan telah memainkan perannya, tak ada satupun yang luput dari skenarionya, dan kuyakin pertemuanku dengannya hari ini adalah satu dari sekian banyak skenario indah dariNya. Di halte ini aku akan menunggu.
**
"Hei.. Assalamualaikum.. lama tak bersua, betah amat di halte, dari dulu di sini aja??.. hehe.."
"waalaikumsalam.. kayaknya halte lebih enak dari kost-kostan saya.. akses serba cepat, kemana-mana gampang.. hehe.."
Aku membalas ledekannya yang tiba-tiba datang di hadapanku. Halte yang ramai dan gaduh berubah singkat menjadi alunan merdu di telingaku. Berbalut jilbab putih dan pakaian berwarna krem ia datang membawa beberapa buku dan tas ransel yang tersandang di punggungnya.
"Ngeliat bawaan kamu bikin saya pegel.. banyak amat bukunya.."
" iya nih, dosen saya gak bersahabat dengan mahasiswa baru, belum 3 minggu, udah banyak tugas aja.. huh.."
Lirih ucapannya menyadarkan ku bahwa tidak terasa sudah 3 minggu aku kuliah di kampus ini. Dan telah 3 minggu pula tiap harinya ku menyempatkan diri datang ke halte ini, sekedar mengundi keberuntungan untuk bertemu dengannya. Padahal fakultas ku jauh dari halte ini. Berkali-kali mencoba, ternyata nihil, ia tak kujumpai lagi. Dan baru hari ini, keberuntungan serasa di pihakku. Aneh, tak pernah sebelumnya ku jadi seperti ini, ada yang berubah dariku
"eh bis ku udah dateng tuh, kamu mau disini dulu? aku duluan ya, kapan2 kita ketemu lagi.. kita ketemu di halte ini aja, oke? wassalamualaikum.. "
"waalaikumsalam.." jawabku lirih. Belum sempat ku bertanya namanya, ia kembali pergi. Tapi setidaknya, aku tahu, penantian ku esok hari tidak akan sia-sia. Ia akan kembali ke halte ini.
***bersambung
Saturday, 19 December 2009
Friday, 18 December 2009
Sebungkus tisu itu..
"nih..ambil aja, kamu lagi nyari-nyari ini kan??"
Suaranya datar, tanpa ekspresi dan senyuman, Dari tangannya terulur sebungkus tisu yang di tanggapi diam olehku. Hening sesaat sebelum akhirnya ku tersadar bahwa tisu adalah yang paling kubutuhkan saat ini.
"ter.. terima kasih.." jawabku sembari menggigil dan mengelap wajah. Semenit yang lalu, ku berlari dari arah stasiun dan berteduh di halte ini. Badanku basah kuyup, dan ku sibuk mencari-cari sapu tangan yang biasanya tersimpan rapi di tas. Ah.. tak ada, ku cari lagi di kantong celana juga sama, hm.. tak biasanya ku meninggalkan benda yang satu itu. berkali kali ku mencari sampai si gadis itu memecah keheningan dengan sebungkus tisunya.
Halte itu sesak oleh orang-orang yang berebut untuk berteduh, suara deras hujan mengiringi untaian nada keberkahan. Akupun duduk diam mengeringkan diri dengan sebungkus tisu. Ia kini duduk di sampingku, memegang erat tas yang sedari tadi berada dipangkuannya. Dari sosoknya, terlihat bahwa ia sama sepertiku, mahasiswa baru yang sesaat lalu selesai menjalani orientasi kampus hari pertama. Pakaiannya putih hitam, rok hitam, kemeja putih, dibalut dengan jilbab biru.
"Capek ya, hari pertama, besok ada lagi.. " Suaranya memecah keheningan diantara kami,Wajahnya menatap lurus ke depan. ia seperti membaca pikiranku, dan akupun berusaha menanggapinya setenang mungkin "eh..eh ya, namanya juga mahasiswa baru, ikutin aja dulu alur yang ada.. " usahaku gagal, ada nada kegugupan dari jawabanku. Degap jantung ini entah kenapa terasa makin kencang.
"Hujan.. Aku suka wanginya, aroma tanah yang disirami air langit..ada rasa kehidupan di dalamnya..terkadang aku merasa puas hanya dengan menikmati saat2 ini.." Ia pun memejamkan mata dan menarik nafas dalam-dalam. Terdiam sesaat menahan nafas, sebelum akhirnya ia menghembuskan nafas kembali yang diiringi dengan senyuman. Aku mencuri pandang, Semesta pun ikut terpaku bersamaku, terlihat sosok bidadari turun dari langit.
*** Bersambung..
Suaranya datar, tanpa ekspresi dan senyuman, Dari tangannya terulur sebungkus tisu yang di tanggapi diam olehku. Hening sesaat sebelum akhirnya ku tersadar bahwa tisu adalah yang paling kubutuhkan saat ini.
"ter.. terima kasih.." jawabku sembari menggigil dan mengelap wajah. Semenit yang lalu, ku berlari dari arah stasiun dan berteduh di halte ini. Badanku basah kuyup, dan ku sibuk mencari-cari sapu tangan yang biasanya tersimpan rapi di tas. Ah.. tak ada, ku cari lagi di kantong celana juga sama, hm.. tak biasanya ku meninggalkan benda yang satu itu. berkali kali ku mencari sampai si gadis itu memecah keheningan dengan sebungkus tisunya.
Halte itu sesak oleh orang-orang yang berebut untuk berteduh, suara deras hujan mengiringi untaian nada keberkahan. Akupun duduk diam mengeringkan diri dengan sebungkus tisu. Ia kini duduk di sampingku, memegang erat tas yang sedari tadi berada dipangkuannya. Dari sosoknya, terlihat bahwa ia sama sepertiku, mahasiswa baru yang sesaat lalu selesai menjalani orientasi kampus hari pertama. Pakaiannya putih hitam, rok hitam, kemeja putih, dibalut dengan jilbab biru.
"Capek ya, hari pertama, besok ada lagi.. " Suaranya memecah keheningan diantara kami,Wajahnya menatap lurus ke depan. ia seperti membaca pikiranku, dan akupun berusaha menanggapinya setenang mungkin "eh..eh ya, namanya juga mahasiswa baru, ikutin aja dulu alur yang ada.. " usahaku gagal, ada nada kegugupan dari jawabanku. Degap jantung ini entah kenapa terasa makin kencang.
"Hujan.. Aku suka wanginya, aroma tanah yang disirami air langit..ada rasa kehidupan di dalamnya..terkadang aku merasa puas hanya dengan menikmati saat2 ini.." Ia pun memejamkan mata dan menarik nafas dalam-dalam. Terdiam sesaat menahan nafas, sebelum akhirnya ia menghembuskan nafas kembali yang diiringi dengan senyuman. Aku mencuri pandang, Semesta pun ikut terpaku bersamaku, terlihat sosok bidadari turun dari langit.
*** Bersambung..
Monday, 14 December 2009
Realita seorang Ikhwan Eksmud..
Untuk ukuran pria, ia bisa dibilang di atas rata-rata dalam hal karir, penampilan, dan juga Agama. di karir, posisinya termasuk level top manager. Tandatangannya bisa mempengaruhi nasib seorang karyawan di masa depan. Hingga kerap kali senyuman yang ia dapatkan dari karyawan adalah sebuah topeng keramahan atas sebuah usaha dari seorang penjilat. Penampilannya pun selalu terjaga, wajahnya dihiasi berbagai produk perawatan kulit yang siap menjaganya dari berbagai kondisi lingkungan yang tak bersahabat, dan juga rambut yang selalu tersisir rapih karena minyak rambut dari sebuah merk ternama.
Untuk urusan agama, ia tak usah diragukan lagi. Track recordnya di kampus sebagai seorang aktivis dakwah menjawab keraguan atas penampilannya yang tak biasa dari ikhwan kebanyakan. Ia stylish, funky, namun kerap kali terlihat dari saku kemejanya yang berdasi, sebuah quran kecil. Yup, apapun kondisinya, quran adalah sebaik-baik teman baginya. Sekilas, ia sempurna. Tak sedikit (mungkin) orang yang ingin berada di posisinya sekarang. Namun, ada satu hal yang kurang, dan itupun dirasakan olehnya dan orang sekelilingnya. Di usianya yang genap 32 tahun, Ia belum menikah.
Bagi komunitas eksmud metropolitan khususnya di kota Jakarta, seorang pria yang belum menikah hingga usia 30 tahun mungkin menjadi sebuah pemandangan yang biasa. Karir yang memukau mata terkadang sinarnya sangat menyilaukan hingga membuat sebagian eksmud tersebut terlena dan mengabaikan kehidupan berumah tangga yang idealnya telah mereka bangun. Tapi bagi si ikhwan ini, ia tak termasuk dalam jajaran eksmud-eksmud itu. Status lajangnya kini bukan karena disengaja untuk mengejar karir, namun ada sebab lain, dan terkadang ia menyesali dirinya yang terlalu idealis.
Dalam kognisinya telah terbentuk frame dan konsep tentang apa yang disebut sebagai rumah tangga dan istri yang ideal. Sebuah hasil pengalaman, pembelajaran, dan interaksi selama ia berada di kampus dengan segala aktivitas di dalamnya. Baginya rumah tangga dan seorang istri di dalamnya tidak sekedar sebagai sebuah tempat penyambung keturunan dan pelipur lara hati. Baginya Rumah tangga adalah sebuah madrasah pencetak generasi unggul dengan seorang istri sbagai partner, guru bagi keturunannya kelak. Dan itu sangat terpatri dalam sanubarinya yang terdalam.
Malang baginya, aksesnya untuk meminang sang Istri terhambat semenjak ia meninggalkan jamaah yang dulu, ketika di kampus, selalu ia banggakan. Ia termasuk orang yang sulit dan alergi dengan politik serta intrik intrik di dalamnya. Baginya, perjuangan lewat jamaah ini adalah perjuangan membangun peradaban Islam, dan itu tidak selamanya lewat jalur politik. Hingga setiap kali ia di ajak berpolitik dalam jamaah itu, ia mundur dan mencari kelompok lain dari jamaah yang sama yang tidak mengajaknya berpolitik. Namun sayang, saat itu di zaman itu, setiap kelompok dari jamaah ini masih ngotot untuk berpolitik. Dan akhirnya dengan berat hati, ia mundur, hingga saat ini. Dan itu berarti merelakan sang calon Istri dipinang orang lain, Karena sang calon istri bagian dari jamaah ini.
Ia pun terus mencoba, meminang sang calon istri lainnya dari jamaah ini. Namun sayang, selalu terbentur pada sebuah label dan status, bagian dari jamaah atau tidakkah anda. Karena seringkali, sang calon istri lebih suka berkonsultasi dengan gurunya dalam jamaah itu, dan menjadikan 'fatwa' dari sang guru sebagai sebuah "dalil hukum" yang sering kali membuahkan jawaban mengecewakan bagi si Ikhwan. Ironis.. padahal syariat saja tak pernah membatasi kategori baik buruknya calon suami hanya pada status dan label jamaah.
Ia pun menyadari, bahwa sangatlah sulit untuk meminang calon pujaan hati dari jamaah itu. Namun apa daya, sejauh ini, Calon istri yang ideal baginya, selalu dari jamaah itu. Ia pun berusaha sebisa mungkin mengubah mind set yang sudah terlampau menghujam kuat dalam kognisinya. Bahwa masih banyak calon istri yang ideal diluar sana, yang tidak terikat pada jamaah itu. Tapi sayang, belum berhasil hingga saat ini.
Itulah sekeping realita dari seorang pria yang mungkin hanya mewakili satu bagian dari berbagai cerita dan pengelaman serupa. Bahwasanya terkadang menjadi baik, mapan, dan menarik tidak cukup. Anda harus menjadi bagian dari kelompok.
Untuk urusan agama, ia tak usah diragukan lagi. Track recordnya di kampus sebagai seorang aktivis dakwah menjawab keraguan atas penampilannya yang tak biasa dari ikhwan kebanyakan. Ia stylish, funky, namun kerap kali terlihat dari saku kemejanya yang berdasi, sebuah quran kecil. Yup, apapun kondisinya, quran adalah sebaik-baik teman baginya. Sekilas, ia sempurna. Tak sedikit (mungkin) orang yang ingin berada di posisinya sekarang. Namun, ada satu hal yang kurang, dan itupun dirasakan olehnya dan orang sekelilingnya. Di usianya yang genap 32 tahun, Ia belum menikah.
Bagi komunitas eksmud metropolitan khususnya di kota Jakarta, seorang pria yang belum menikah hingga usia 30 tahun mungkin menjadi sebuah pemandangan yang biasa. Karir yang memukau mata terkadang sinarnya sangat menyilaukan hingga membuat sebagian eksmud tersebut terlena dan mengabaikan kehidupan berumah tangga yang idealnya telah mereka bangun. Tapi bagi si ikhwan ini, ia tak termasuk dalam jajaran eksmud-eksmud itu. Status lajangnya kini bukan karena disengaja untuk mengejar karir, namun ada sebab lain, dan terkadang ia menyesali dirinya yang terlalu idealis.
Dalam kognisinya telah terbentuk frame dan konsep tentang apa yang disebut sebagai rumah tangga dan istri yang ideal. Sebuah hasil pengalaman, pembelajaran, dan interaksi selama ia berada di kampus dengan segala aktivitas di dalamnya. Baginya rumah tangga dan seorang istri di dalamnya tidak sekedar sebagai sebuah tempat penyambung keturunan dan pelipur lara hati. Baginya Rumah tangga adalah sebuah madrasah pencetak generasi unggul dengan seorang istri sbagai partner, guru bagi keturunannya kelak. Dan itu sangat terpatri dalam sanubarinya yang terdalam.
Malang baginya, aksesnya untuk meminang sang Istri terhambat semenjak ia meninggalkan jamaah yang dulu, ketika di kampus, selalu ia banggakan. Ia termasuk orang yang sulit dan alergi dengan politik serta intrik intrik di dalamnya. Baginya, perjuangan lewat jamaah ini adalah perjuangan membangun peradaban Islam, dan itu tidak selamanya lewat jalur politik. Hingga setiap kali ia di ajak berpolitik dalam jamaah itu, ia mundur dan mencari kelompok lain dari jamaah yang sama yang tidak mengajaknya berpolitik. Namun sayang, saat itu di zaman itu, setiap kelompok dari jamaah ini masih ngotot untuk berpolitik. Dan akhirnya dengan berat hati, ia mundur, hingga saat ini. Dan itu berarti merelakan sang calon Istri dipinang orang lain, Karena sang calon istri bagian dari jamaah ini.
Ia pun terus mencoba, meminang sang calon istri lainnya dari jamaah ini. Namun sayang, selalu terbentur pada sebuah label dan status, bagian dari jamaah atau tidakkah anda. Karena seringkali, sang calon istri lebih suka berkonsultasi dengan gurunya dalam jamaah itu, dan menjadikan 'fatwa' dari sang guru sebagai sebuah "dalil hukum" yang sering kali membuahkan jawaban mengecewakan bagi si Ikhwan. Ironis.. padahal syariat saja tak pernah membatasi kategori baik buruknya calon suami hanya pada status dan label jamaah.
Ia pun menyadari, bahwa sangatlah sulit untuk meminang calon pujaan hati dari jamaah itu. Namun apa daya, sejauh ini, Calon istri yang ideal baginya, selalu dari jamaah itu. Ia pun berusaha sebisa mungkin mengubah mind set yang sudah terlampau menghujam kuat dalam kognisinya. Bahwa masih banyak calon istri yang ideal diluar sana, yang tidak terikat pada jamaah itu. Tapi sayang, belum berhasil hingga saat ini.
Itulah sekeping realita dari seorang pria yang mungkin hanya mewakili satu bagian dari berbagai cerita dan pengelaman serupa. Bahwasanya terkadang menjadi baik, mapan, dan menarik tidak cukup. Anda harus menjadi bagian dari kelompok.
Sunday, 6 December 2009
Pak Agus : Hidup itu Harus Terus Berjalan Gar..!
Pria paruh baya itu menyisir rambutnya yang membelah ke samping, dengan sisir kecilnya ia merapihkan rambut yang terkena air sehabis mengambil air wudhu. Terlihat kilauan cahaya dari tetes air yang jatuh demi satu dari rambutnya yang tersisir. Ia tersenyum padaku sembari memberikan jabat tangan hangat. ".. ayo silahkan, saya yang qomat" belum sempat berkata sepatah pun, ia langsung mengumandangkan iqomah. Dan akupun mau tak mau menjadi imam di penghujung hari.
Sehabis mengucapkan salam yang kedua, ia pun menjabat tanganku kembali untuk kedua kalinya. ba'da dzikir dan doa, akupun melirik jam tanganku, ah ternyata sudah jam 8.00 malam, tak terasa waktu berlalu. Akupun mengalihkan pandang kembali kepada sosok pria paruh baya yang sholat bersamaku ini. Dari raut wajahnya, umurnya mungkin sekitar 40-50 tahun-an. Dan dari penampilannya, kemungkinan ia pegawai baru, sama sepertiku yang belum mendapatkan seragam, tapi mungkin berbeda divisi, sepertinya ia dari desk training (red.divisi=desk). Ia pun memecah keheningan dari lamunanku.
"assalamualaikum, saya agus, mas di BSM juga ya?? " aku jawab " iya pak saya di bsm juga, nama saya tegar, bapak juga di bsm kan?" ia hanya menganggukan kepala. "sudah lama di bsm pak?", " sama lah kayak mas ini, sama2 pegawai baru, kita kan sama-sama belum dapat seragam..haha..saya jadi pelaksana di bagian operasional training" wow..ia sepertinya dapat membaca pikiranku, suasana pun seketika menjadi cair dengan riuh rendah tawanya. Dan sejak itu percakapan panjang penuh hikmah pun dimulai.
Ternyata ia tinggal di bekasi, walaupun sedikit lebih dekat ke jakarta timur, ia tinggal di jatibening. Ia bercerita bahwa ia mengenal beberapa orang di divisi human capital, dan ia pun menyebutkan beberapa nama. Sepanjang lorong menuju lift ia terus bercerita dengan sesekali menerima sapaan dan salam dari beberapa orang yang berpapasan bersama kami. Aku sedikit bingung, nampaknya setiap orang kenal dengannya, padahal statusnya sama2 pegawai baru seperti ku.
"dulu saya pernah mengerjakan proyek training dengan beberapa orang BSM, waktu itu bapak hanawijaya dan pak yuslam masih jadi kabag.. haha.. gak nyangka sekarang mereka udah jadi direktur.. waktu itu saya masih di tazkia, saya sama-sama mendirikan tazkia bersama pak antonio (panggilan untuk syafii antonio pakar ekonomi islam), tapi sayang sekarang udah dijual" hm.. beberapa penjelasannya ini nampak memberikan jawaban mengapa ia cukup dikenal di BSM, dan nampaknya ia bukan orang sembarangan.
Pintu lift terbuka, dan kamipun keluar menuju tempat absensi elektronik. di sepanjang perjalanan ia bercerita tentang kondisi bangsa ini yang sudah semakin semrawut, dan penuh dengan kebusukan. "ah.. omong kosong itu kalau PPATK tidak tau kemana aliran dana century mengalir. Mereka takut kena getahnya, saya yakin banyak pejabat terlibat dalam aliran dana itu.." dengan mata berapi-api ia bercerita, sembari sesekali melirik ke arahku seolah berkata "hei, negeri ini nanti menjadi tanggung jawabmu, masa depannya tergantung bagaimana kamu berjuang saat ini".. aku pun berpaling dari pandangannya, fiuh.. iya pak, saya sadari itu, tapi beban ini terasa berat sekali.
Setelah absen, kami masih sesekali berpapasan dengan beberapa orang. Kali ini tak sekedar berpapasan, salah seorang yang menyapa pak agus seolah menunjukkan wajah keheranan dan berucap " loh?? pak Agus sekarang di BSM toh??" dengan tersenyum ia hanya menjawab. aku pun semakin penasaran dengan sosok pak agus ini.
Sepanjang jalan thamrin mulai sepi, hanya beberapa pengendara saja yang masih berlalu lalang, tak sampai lima menit, kendaraan yang kami tunggu pun datang, kebetulan pak agus satu jurusan kendaraan denganku, hingga akhirnya ia bisa kembali bercerita. "tadi itu namanya pak fauzi, salah satu kadiv di BSM, hehe.. gak nyangka dia masih kenal dengan saya, padahal udah bertahun-tahun lalu saya ketemu dia, dulu waktu dia masih jadi dirut bank ifi" akupun termenung, mencoba menebak siapa sebenarnya pak agus dulu. Sepertinya ia menangkap wajah keherananku dan kembali berucap "saya mencoba sedapat mungkin menghindar dari orang-orang di sini (baca: bsm), bukannya malu atau minder, tapi terkadang beberapa orang tidak dapat menerima kondisi saya sekarang ini yang jadi pegawai biasa. padahal bagi saya, apapun pekerjaannya sama saja, tapi yang penting bagaimana ininya " sembari menunjukkan jarinya ke arah dada.
"hidup itu harus terus berjalan gar, dan terkadang kita berada di atas dan kadang kita berada di bawah. Dulunya saya gak menyangka kalau beberapa rumah, mobil, dan harta yang saya peroleh ini bisa hilang begitu saja. Semuanya habis untuk biaya rumah sakit sejak saya kecelakaan 5 tahun lalu. Saya sempat koma 3 hari, kaki saya, dan tangan patah. butuh pemulihan 3 tahun untuk saya kembali normal berjalan" sembari tersenyum ia bercerita seolah semuanya hanya kejadian biasa saja. "dulu saya dirut di salah satu bank, saya gak usah nyebut lah bank nya apa.. hehe.. tapi yang jelas saya bekerja bukan untuk kebanggaan dan pandangan orang. Semuanya untuk keluarga dan tanggung jawab kepada Tuhan yang masih memberi saya hidup."
Dan sepanjang perjalanan, akupun terdiam.
*terima kasih pak agus atas kesempatan berharganya, saya tidak akan pernah lupa pertemuan itu..
Sehabis mengucapkan salam yang kedua, ia pun menjabat tanganku kembali untuk kedua kalinya. ba'da dzikir dan doa, akupun melirik jam tanganku, ah ternyata sudah jam 8.00 malam, tak terasa waktu berlalu. Akupun mengalihkan pandang kembali kepada sosok pria paruh baya yang sholat bersamaku ini. Dari raut wajahnya, umurnya mungkin sekitar 40-50 tahun-an. Dan dari penampilannya, kemungkinan ia pegawai baru, sama sepertiku yang belum mendapatkan seragam, tapi mungkin berbeda divisi, sepertinya ia dari desk training (red.divisi=desk). Ia pun memecah keheningan dari lamunanku.
"assalamualaikum, saya agus, mas di BSM juga ya?? " aku jawab " iya pak saya di bsm juga, nama saya tegar, bapak juga di bsm kan?" ia hanya menganggukan kepala. "sudah lama di bsm pak?", " sama lah kayak mas ini, sama2 pegawai baru, kita kan sama-sama belum dapat seragam..haha..saya jadi pelaksana di bagian operasional training" wow..ia sepertinya dapat membaca pikiranku, suasana pun seketika menjadi cair dengan riuh rendah tawanya. Dan sejak itu percakapan panjang penuh hikmah pun dimulai.
Ternyata ia tinggal di bekasi, walaupun sedikit lebih dekat ke jakarta timur, ia tinggal di jatibening. Ia bercerita bahwa ia mengenal beberapa orang di divisi human capital, dan ia pun menyebutkan beberapa nama. Sepanjang lorong menuju lift ia terus bercerita dengan sesekali menerima sapaan dan salam dari beberapa orang yang berpapasan bersama kami. Aku sedikit bingung, nampaknya setiap orang kenal dengannya, padahal statusnya sama2 pegawai baru seperti ku.
"dulu saya pernah mengerjakan proyek training dengan beberapa orang BSM, waktu itu bapak hanawijaya dan pak yuslam masih jadi kabag.. haha.. gak nyangka sekarang mereka udah jadi direktur.. waktu itu saya masih di tazkia, saya sama-sama mendirikan tazkia bersama pak antonio (panggilan untuk syafii antonio pakar ekonomi islam), tapi sayang sekarang udah dijual" hm.. beberapa penjelasannya ini nampak memberikan jawaban mengapa ia cukup dikenal di BSM, dan nampaknya ia bukan orang sembarangan.
Pintu lift terbuka, dan kamipun keluar menuju tempat absensi elektronik. di sepanjang perjalanan ia bercerita tentang kondisi bangsa ini yang sudah semakin semrawut, dan penuh dengan kebusukan. "ah.. omong kosong itu kalau PPATK tidak tau kemana aliran dana century mengalir. Mereka takut kena getahnya, saya yakin banyak pejabat terlibat dalam aliran dana itu.." dengan mata berapi-api ia bercerita, sembari sesekali melirik ke arahku seolah berkata "hei, negeri ini nanti menjadi tanggung jawabmu, masa depannya tergantung bagaimana kamu berjuang saat ini".. aku pun berpaling dari pandangannya, fiuh.. iya pak, saya sadari itu, tapi beban ini terasa berat sekali.
Setelah absen, kami masih sesekali berpapasan dengan beberapa orang. Kali ini tak sekedar berpapasan, salah seorang yang menyapa pak agus seolah menunjukkan wajah keheranan dan berucap " loh?? pak Agus sekarang di BSM toh??" dengan tersenyum ia hanya menjawab. aku pun semakin penasaran dengan sosok pak agus ini.
Sepanjang jalan thamrin mulai sepi, hanya beberapa pengendara saja yang masih berlalu lalang, tak sampai lima menit, kendaraan yang kami tunggu pun datang, kebetulan pak agus satu jurusan kendaraan denganku, hingga akhirnya ia bisa kembali bercerita. "tadi itu namanya pak fauzi, salah satu kadiv di BSM, hehe.. gak nyangka dia masih kenal dengan saya, padahal udah bertahun-tahun lalu saya ketemu dia, dulu waktu dia masih jadi dirut bank ifi" akupun termenung, mencoba menebak siapa sebenarnya pak agus dulu. Sepertinya ia menangkap wajah keherananku dan kembali berucap "saya mencoba sedapat mungkin menghindar dari orang-orang di sini (baca: bsm), bukannya malu atau minder, tapi terkadang beberapa orang tidak dapat menerima kondisi saya sekarang ini yang jadi pegawai biasa. padahal bagi saya, apapun pekerjaannya sama saja, tapi yang penting bagaimana ininya " sembari menunjukkan jarinya ke arah dada.
"hidup itu harus terus berjalan gar, dan terkadang kita berada di atas dan kadang kita berada di bawah. Dulunya saya gak menyangka kalau beberapa rumah, mobil, dan harta yang saya peroleh ini bisa hilang begitu saja. Semuanya habis untuk biaya rumah sakit sejak saya kecelakaan 5 tahun lalu. Saya sempat koma 3 hari, kaki saya, dan tangan patah. butuh pemulihan 3 tahun untuk saya kembali normal berjalan" sembari tersenyum ia bercerita seolah semuanya hanya kejadian biasa saja. "dulu saya dirut di salah satu bank, saya gak usah nyebut lah bank nya apa.. hehe.. tapi yang jelas saya bekerja bukan untuk kebanggaan dan pandangan orang. Semuanya untuk keluarga dan tanggung jawab kepada Tuhan yang masih memberi saya hidup."
Dan sepanjang perjalanan, akupun terdiam.
*terima kasih pak agus atas kesempatan berharganya, saya tidak akan pernah lupa pertemuan itu..
Sunday, 29 November 2009
Catatan Sebuah Tugu
Medio 2008
Aku sangat mengapresiasi inisiatif dari Pemda (pemerintah daerah) yang akan mendirikan sebuah tugu di perempatan Rawapanjang Bekasi. Posisinya sangat strategis, terletak di sebuah lahan petak kecil berbentuk segitiga sembarang, tak lebih dari 10 m2 yang menjadi perlintasan kendaraan dari Bekasi menuju Jakarta. Aku baru saja beranjak dari rumah menuju kampus dengan sepeda motor, ketika itu pertama kalinya aku melihat para pekerja bangunan mendirikan dasar-dasar pondasi dari bata dan semen. Mungkin nantinya digunakan untuk menyangga tugu tersebut. Disekeliling tugu telah disiapkan berbagai macam rerumputan dan tanaman hias serta tak lupa patok-patok pagar untuk melindungi tugu dari ulah para vandalist. Sembari mengenderai sepeda motor, pikiranku pun melayang, membayangkan kira-kira tugu apa yang akan dibangun dilahan itu.
Di Jakarta ada berbagai macam tugu untuk memperingati peristiwa-peristiwa penting di negeri ini. Ada tugu proklamasi yang mengingatkan kita akan peristiwa pembacaan teks proklamasi oleh dua orang proklamator. Lalu ada tugu selamat datang (patung selamat datang bunderan HI-red-) yang membawa kita pada sebuah momen di awal tahun 60-an ketika Indonesia membangun tugu tersebut untuk menyambut para tamu dari negara asia peserta Asian Games.
Itu tugu-tugu yang kutahu berada di Indonesia, sedangkan di luar Indonesia ada beberapa tugu yang cukup masyhur. Tugu Liberty (patung Liberty) lambang kebebasan dan Hak asasi di Amerika Serikat (ingat..! hanya di Amerika serikat loh). Lalu tugu Arc de Triomphe (Bahasa Indonesia:Gapura Kemenangan) tugu di Paris yang berdiri di tengah Place de l'Étoile, di ujung barat Champs-Élysées yang dibangun atas perintah Napoleon Bonaparte dengan tujuan untuk menghormati tentara kebesarannya. Tugu Eiffel (haha.. agak maksa sebenernya, tapi tak apalah), dan tugu-tugu lainnya.
Teeet..! Sebuah klakson mobil membuyarkan lamunanku. Langsung kubanting stang menghindari laju mobil dari arah berlawanan, sempat kesal karena mobil itu hampir menabrakku, seenaknya saja dia mengambil jalurku. namun segera kusadari ternyata motorku yang mengambil jalurnya. hehe.. nampaknya keasyikan melamun membuatku kehilangan konsentrasi. Tak penting juga sebenarnya berpikir tugu apa yang akan didirikan disana, karena kini sebuah tugu seringkali hanya dijadikan sebuah simbol beku tanpa makna. Seringkali dingin tanpa sebuah nilai dan makna yang dapat diresapi kehangatannya, padahal disitu substansinya. halah.. sok berfilosofi, sudahlah kendarai saja motor ini dan segera sampai di kampus tepat waktu dan segera kupercepat laju kendaraan.
---
Akhir-akhir 2009
Yap, Untuk kesekian kalinya, aku keluar kantor menjelang maghrib. Disini aku harus memilih, apakah menunggu waktu maghrib yang berarti itu masih sekitar 20 menit lagi, atau langsung menuju halte bus menunggu kendaraanku datang yang itu berarti aku harus singgah dulu nantinya untuk sejenak mencari mushola dan menunaikan sholat Maghrib. Setelah menimbang, mengingat, menimbang, mengingat akhirnya aku memutuskan untuk menunggu waktu maghrib dulu. Agak malas sebenarnya untuk singgah dulu ke tempat lain untuk menunaikan sholat maghrib, selain karena rumitnya turun naik kendaraan, waktu maghrib yang singkat terkadang tak bersahabat dengan para komuter yang akrab dengan kemacetan dan waktu yang ngaret, bisa-bisa malah waktu maghrib terlewat. baiklah,kuputuskan maghrib dulu, baru berangkat.
Kutunaikan sholat maghrib, yang ternyata lebih memberikan ketenangan ketika kini akan berangkat, meskipun saat sholat tadi hatiku seringkali tak tenang, ada saja yang teringat, ya kerjaan itulah, urusan si inilah, dan sebagainya. Aneh, padahal seharusnya ketika sholat hati kita menjadi tenang bukan justru saat selesai sholat. karena ketenangan saat selesai sholat patut dipertanyakan, tenang karena lega telah menunaikan kewajiban, atau tenang karena mendapatkan kekhusyukan?. Ya begitulah, problem yang harus terus kubenahi dari diri.
Akupun berangkat dan menunggu bus di halte depan kantor. Selang beberapa lama akhirnya bus itu muncul juga. Ku berlari lari kecil karena bus itu tak berhenti lama. Didalam bus penuh dengan penumpang yang sejenis denganku, yup siapa lagi selain komuter, kualihkan pandang ke sekeliling bus dan kusadari tak ada bangku yang tersisa. Kusibakkan tanganku mencoba meraih besi pegangan di langit-langit bus. dan kuputuskan untuk menikmati suasana ini sebisa mungkin (baca:tidur), argh..! cukup sulit ternyata untuk nyaman dengan kondisi seperti ini.
Bus ku berlari dan melesat secepat kilat, wussh..
ups.. ternyata itu hanya dalam angan (sebuah usaha untuk menghibur diri). Karena sebenarnya kemacetan menjadi teman yang menemani.. argh.. cukup lama ku berdiri di dalam bus sebelum akhirnya aku mendapat kursi untuk duduk setelah bus ini sampai di gerbang tol bekasi barat dan beberapa penumpang turun. ah.. leganya, akhirnya bisa meregangkan tangan dan kaki.
Ba'da penumpang yang turun di Tol bekasi barat, suasana perjalanan menjadi lancar tak sepadat di daerah semanggi dan cawang. Bus ku pun melaju kencang hingga perempatan lampu merah Rawa panjang. Di sana aku teringat kejadian kira2 setahun yang lalu, saat ku membayangkan sebuah tugu yang baru akan di buat diperempatan ini. kini proyek pembangunan itu sudah selesai dilaksanakan, dan telah berdiri tegak sebuah tugu di tempat itu.
Sebenarnya aku sedikit kecewa dengan bentuk dan struktur bangunannya. Ekspektasiku terlalu tinggi terhadap bangunan yang akan dibangun itu. Ternyata tak ada sebuah maksud dan tujuan luar biasa dari proyek pembangunan itu. Tak ada nilai, makna dan maksud sejarah yang akan disampaikan. Sederhana, sekedar mendirikan bangunan yang digunakan oleh sebuah produk minyak goreng untuk memasarkan produknya. sebuah botol minyak goreng raksasa yang bertuliskan "sunco".
ah..Padahal tempat itu sangat cocok untuk menjadi sebuah simbol yang dapat mengantarkan siapapun yang melihatnya pada sebuah momen, peristiwa, nilai, ataupun sejarah dari leluhur bangsa ini, atau setidaknya perjuangan rakyat Bekasi. Karena kuyakin, bangsa ini masih sangat butuh diingatkan, karena bangsa ini seringkali lupa. Lupa kalau dulu pernah dikekekang dalam tirani Orde baru tapi kini dengan mudahnya memaafkan dan merelakan kesalahan mereka, lupa kalau masih ada koruptor yang bebas tertawa dan lebih suka menonton lakon Cicak vs Buaya. Dan akupun lupa bahwa aku baru saja melewati daerah setia kawan yang berarti sudah terlalu jauh dari tempatku seharusnya turun.. argh.. kebanyakan melamun, beginilah jadinya.
Aku sangat mengapresiasi inisiatif dari Pemda (pemerintah daerah) yang akan mendirikan sebuah tugu di perempatan Rawapanjang Bekasi. Posisinya sangat strategis, terletak di sebuah lahan petak kecil berbentuk segitiga sembarang, tak lebih dari 10 m2 yang menjadi perlintasan kendaraan dari Bekasi menuju Jakarta. Aku baru saja beranjak dari rumah menuju kampus dengan sepeda motor, ketika itu pertama kalinya aku melihat para pekerja bangunan mendirikan dasar-dasar pondasi dari bata dan semen. Mungkin nantinya digunakan untuk menyangga tugu tersebut. Disekeliling tugu telah disiapkan berbagai macam rerumputan dan tanaman hias serta tak lupa patok-patok pagar untuk melindungi tugu dari ulah para vandalist. Sembari mengenderai sepeda motor, pikiranku pun melayang, membayangkan kira-kira tugu apa yang akan dibangun dilahan itu.
Di Jakarta ada berbagai macam tugu untuk memperingati peristiwa-peristiwa penting di negeri ini. Ada tugu proklamasi yang mengingatkan kita akan peristiwa pembacaan teks proklamasi oleh dua orang proklamator. Lalu ada tugu selamat datang (patung selamat datang bunderan HI-red-) yang membawa kita pada sebuah momen di awal tahun 60-an ketika Indonesia membangun tugu tersebut untuk menyambut para tamu dari negara asia peserta Asian Games.
Itu tugu-tugu yang kutahu berada di Indonesia, sedangkan di luar Indonesia ada beberapa tugu yang cukup masyhur. Tugu Liberty (patung Liberty) lambang kebebasan dan Hak asasi di Amerika Serikat (ingat..! hanya di Amerika serikat loh). Lalu tugu Arc de Triomphe (Bahasa Indonesia:Gapura Kemenangan) tugu di Paris yang berdiri di tengah Place de l'Étoile, di ujung barat Champs-Élysées yang dibangun atas perintah Napoleon Bonaparte dengan tujuan untuk menghormati tentara kebesarannya. Tugu Eiffel (haha.. agak maksa sebenernya, tapi tak apalah), dan tugu-tugu lainnya.
Teeet..! Sebuah klakson mobil membuyarkan lamunanku. Langsung kubanting stang menghindari laju mobil dari arah berlawanan, sempat kesal karena mobil itu hampir menabrakku, seenaknya saja dia mengambil jalurku. namun segera kusadari ternyata motorku yang mengambil jalurnya. hehe.. nampaknya keasyikan melamun membuatku kehilangan konsentrasi. Tak penting juga sebenarnya berpikir tugu apa yang akan didirikan disana, karena kini sebuah tugu seringkali hanya dijadikan sebuah simbol beku tanpa makna. Seringkali dingin tanpa sebuah nilai dan makna yang dapat diresapi kehangatannya, padahal disitu substansinya. halah.. sok berfilosofi, sudahlah kendarai saja motor ini dan segera sampai di kampus tepat waktu dan segera kupercepat laju kendaraan.
---
Akhir-akhir 2009
Yap, Untuk kesekian kalinya, aku keluar kantor menjelang maghrib. Disini aku harus memilih, apakah menunggu waktu maghrib yang berarti itu masih sekitar 20 menit lagi, atau langsung menuju halte bus menunggu kendaraanku datang yang itu berarti aku harus singgah dulu nantinya untuk sejenak mencari mushola dan menunaikan sholat Maghrib. Setelah menimbang, mengingat, menimbang, mengingat akhirnya aku memutuskan untuk menunggu waktu maghrib dulu. Agak malas sebenarnya untuk singgah dulu ke tempat lain untuk menunaikan sholat maghrib, selain karena rumitnya turun naik kendaraan, waktu maghrib yang singkat terkadang tak bersahabat dengan para komuter yang akrab dengan kemacetan dan waktu yang ngaret, bisa-bisa malah waktu maghrib terlewat. baiklah,kuputuskan maghrib dulu, baru berangkat.
Kutunaikan sholat maghrib, yang ternyata lebih memberikan ketenangan ketika kini akan berangkat, meskipun saat sholat tadi hatiku seringkali tak tenang, ada saja yang teringat, ya kerjaan itulah, urusan si inilah, dan sebagainya. Aneh, padahal seharusnya ketika sholat hati kita menjadi tenang bukan justru saat selesai sholat. karena ketenangan saat selesai sholat patut dipertanyakan, tenang karena lega telah menunaikan kewajiban, atau tenang karena mendapatkan kekhusyukan?. Ya begitulah, problem yang harus terus kubenahi dari diri.
Akupun berangkat dan menunggu bus di halte depan kantor. Selang beberapa lama akhirnya bus itu muncul juga. Ku berlari lari kecil karena bus itu tak berhenti lama. Didalam bus penuh dengan penumpang yang sejenis denganku, yup siapa lagi selain komuter, kualihkan pandang ke sekeliling bus dan kusadari tak ada bangku yang tersisa. Kusibakkan tanganku mencoba meraih besi pegangan di langit-langit bus. dan kuputuskan untuk menikmati suasana ini sebisa mungkin (baca:tidur), argh..! cukup sulit ternyata untuk nyaman dengan kondisi seperti ini.
Bus ku berlari dan melesat secepat kilat, wussh..
ups.. ternyata itu hanya dalam angan (sebuah usaha untuk menghibur diri). Karena sebenarnya kemacetan menjadi teman yang menemani.. argh.. cukup lama ku berdiri di dalam bus sebelum akhirnya aku mendapat kursi untuk duduk setelah bus ini sampai di gerbang tol bekasi barat dan beberapa penumpang turun. ah.. leganya, akhirnya bisa meregangkan tangan dan kaki.
Ba'da penumpang yang turun di Tol bekasi barat, suasana perjalanan menjadi lancar tak sepadat di daerah semanggi dan cawang. Bus ku pun melaju kencang hingga perempatan lampu merah Rawa panjang. Di sana aku teringat kejadian kira2 setahun yang lalu, saat ku membayangkan sebuah tugu yang baru akan di buat diperempatan ini. kini proyek pembangunan itu sudah selesai dilaksanakan, dan telah berdiri tegak sebuah tugu di tempat itu.
Sebenarnya aku sedikit kecewa dengan bentuk dan struktur bangunannya. Ekspektasiku terlalu tinggi terhadap bangunan yang akan dibangun itu. Ternyata tak ada sebuah maksud dan tujuan luar biasa dari proyek pembangunan itu. Tak ada nilai, makna dan maksud sejarah yang akan disampaikan. Sederhana, sekedar mendirikan bangunan yang digunakan oleh sebuah produk minyak goreng untuk memasarkan produknya. sebuah botol minyak goreng raksasa yang bertuliskan "sunco".
ah..Padahal tempat itu sangat cocok untuk menjadi sebuah simbol yang dapat mengantarkan siapapun yang melihatnya pada sebuah momen, peristiwa, nilai, ataupun sejarah dari leluhur bangsa ini, atau setidaknya perjuangan rakyat Bekasi. Karena kuyakin, bangsa ini masih sangat butuh diingatkan, karena bangsa ini seringkali lupa. Lupa kalau dulu pernah dikekekang dalam tirani Orde baru tapi kini dengan mudahnya memaafkan dan merelakan kesalahan mereka, lupa kalau masih ada koruptor yang bebas tertawa dan lebih suka menonton lakon Cicak vs Buaya. Dan akupun lupa bahwa aku baru saja melewati daerah setia kawan yang berarti sudah terlalu jauh dari tempatku seharusnya turun.. argh.. kebanyakan melamun, beginilah jadinya.
11 Dzulhijjah, ditulis dengan memori-memori yang tersisa
Friday, 27 November 2009
Warna warni Ironi Ibukota
Ya ya, hari-hari ku kini adalah hari-hari komuter. Pria angkatan 66 kalau dulu temanku menyebutnya. Berangkat jam 6 (pagi) pulang jam 6 (sore) (walau kerap kali kurang dari jam 6 pagi untuk berangkat, dan pulang lebih dari jam 6 sore). Sesuatu yang berat untuk dibayangkan, terlebih ketika dilakukan. Setiap hari diawali dengan gumaman ketidakpuasan tidur semalam, "ah kenapa sudah pagi lagi, ah kenapa sudah mau berangkat lagi" dan gumaman yang lain.
Tapi setidaknya tidurku yang tak terpuaskan bisa dilampiaskan ketika berada di angkutan umum menuju kantor. Jadi untuk masalah tidur tak terlalu masalah, karena bisa dikompensasi tidur di angkutan umum. Tapi tidak untuk pulang kantornya, karena seringkali banyak hal yang menjadi perhatianku dan itu sewaktu-waktu menyiksa hati.
Rata-rata tiap harinya aku menghabiskan 4 jam yang dialokasikan untuk berangkat dan pulang kantor. Kantorku terletak di daerah thamrin, daerah yang dikelilingi oleh gedung-gedung pencakar langit nan megah. 2 jam perjalanan pergi tak terlalu menyimpan banyak arti bagiku, karena seperti yang kutulis di atas, saat berangkat kantor adalah saatnya melampiaskan waktu tidur yang tidak cukup. tapi 2 jam perjalanan pulang menyimpan banyak hikmah.
Aku keluar kantor pukul 6.30 malam. Menunggu beberapa saat ketika bus yang biasa kunaiki muncul dari kerumunan kendaraan. Sembari melambaikan tangan, aku berlari mengejar bus yang tak berhenti lama. lamat-lamat kuhelakan nafas, nampaknya aku harus biasakan untuk berolahraga lagi, lari sedikit saja nafasku sudah tersengal-sengal. Dan akupun duduk sembari mengatur nafas.
Kala itu gedung-gedung memancarkan sinarnya, kerlap kerlip nya menyita banyak perhatian orang yang berlalu lalang di sepanjang jalan Thamrin, si miskin, si kaya semuanya tanpa terkecuali. Tak berapa lama, lampu lalu lintas di daerah bunderan HI memberi tanda merah. Semua kendaraan berhenti, sesekali beberapa pengendara motor melirik ke kanan kirinya, memastikan kehadiran aparat disekelilingnya, wah ternyata ada, niatan untuk menerobos lampu merah diurungkan. hal yang dilakukan untuk sekedar menghindari sanksi dari polisi yang berdiri tegak ditengah jalan.
Mobil-mobil mewah pun tanpa terkecuali turut berhenti. Yang tadi berlalu lalang kencang mengangkut segelintir orang berpakaian indah dengan segala gadget yang mereka miliki, yang kutatap mereka dibalik jendela usang Bus patas yang kunaiki. Disaat bersamaan, kulihat seorang peminta-minta menengadahkan tangannya meminta sejumput rizki dipinggir jalan, tepat disamping mobil mewah itu. Tak ada perhatian dari si empunya mobil, mereka tetap asik dengan segala gadget dan kegirangan perjalanan mereka. Perjalananku pun berlanjut meninggalkan si peminta dengan segala bayang-bayang kelaparan.
Ingin segera kupejamkan mata tapi apa daya, mataku tak sependapat dengan tuannya. Ia tanpa lelah mengedarkan pandangnya ke lingkungan sekelilingnya, seolah tak puas hanya disajikan sedikit pemandangan ironi di lampu lalu lintas tadi. waktu menunjukkan pukul 7 malam, bus yang kunaiki kini sedang melintasi jalan sudirman. Di sepanjang trotoar kulihat beberapa warung makan instan masih beroperasi, kadang ada kadang tidak, tergantung jadwal penertiban dari satpol PP. dan sesekali kulihat penjaja minuman hangat dengan sepedanya mengayuh sepanjang trotoar. Kucoba melihat raut wajah mereka yang ternyata memancarkan kegembiraan, terlihat dari kayuhan sepeda mereka yang semangat layaknya seorang anak kecil yang baru bisa mengendarai sepeda. Walaupun terkadang wajah gembira itu tak memberi apa-apa bagi perut mereka.
Bus ku sedikit terhambat diperlintasan semanggi. Bus yang berjalan lambat segera dimanfaatkan seorang pengamen jalanan untuk naik menyajikan sedikit hiburan bagi khalayak penumpang. Ia terlihat merapihkan diri, dan mengaitkan seutas tali yang mengikat gitar dibahunya. Suara senar-senar gitar berbunyi, belum ada nada indah yang terdengar, nampaknya si pengamen masih sibuk dengan stem-an gitarnya. Dan kini nampaknya ia telah siap, ia segera memulai aksinya dengan kata-kata pembuka khas pengamen jalanan. Jreeng dan ia pun mulai bernyanyi. Wow.. Tak disangka suaranya sungguh indah. Perawakannya mirip dengan Aris si juara Indonesian idol walau ia sedikit tinggi. dengan jaket kulit serta jeans yang sudah agak lusuh ia bernyanyi. Ya, suaranya sedikit memberikan kenyamanan bagiku, hingga akupun terlelap.
Tak disadari, akupun telah sampai di pintu gerbang Tol Bekasi Barat. Mataku masih sedikit terpejam menyimpan rasa kantuk yang masih tersisa. kurenggangkan tubuhku yang berderak berbunyi. ah.. sedikit kurasakan kesegaran di tubuhku. dan akupun memandang ke sekeliling bus, dari kursi paling belakang, kulihat hanya tersisa beberapa penumpang. Tanganku merogoh tas ransel kesayanganku, mencari-cari air mineral yang selalu kubawa. ah.. kembali kesegaran menjalari tubuhku.
Bus ku berjalan melintas cepat hingga perempatan Rawapanjang, Bus ku berhenti disana, tertahan oleh lampu lalu lintas. kupandangkan mata keluar jendela dan kulihat masih banyak orang yang berlalu lalang, beberapa komuter sepertiku dan beberapa lagi pengamen jalanan. Diantara mereka kulihat anak-anak kecil berusia sekitar 7-8 tahun. mereka terlihat membawa sebuah gitar dan ada yang membawa botol minuman mineral yang diisi beras sebagai instrumen musik. Mereka berlari lari kecil berkejaran di tengah lampu merah. tak terlihat raut kesedihan di wajah mereka, wajah mereka layaknya anak-anak kecil seumur mereka yang penuh keriangan masa kecil. Tak menjadi masalah bagi mereka hidup dalam kondisi yang berbeda dengan anak seumurannya, yang masih disuapi orang tua, diajak bermain disekolah, dan diberi mainan mewah. Bagi mereka mungkin ini hidup yang wajar, mereka telah terbiasa hidup di tengah kerasnya jalanan. ah.. seandainya mereka tau bahwa negara mereka menjamin setiap jengkal hidup mereka, anak2 terlantar dan orang miskin ditanggun negara. Tapi apakah itu berarti banyak ketika mereka tau bahwa pejabat2 negara ini menjamin mereka? entahlah, aku tak yakin itu, mengurusi diri sendiri saja sulit, apalagi mengurus anak2 terlantar. aku masih sangsi dengan para pejabat negeri ini, mereka belum selesai dengan diri mereka.
Dan akupun sampai di tempatku turun dari bus patas yang membawaku. Berulang kali, tiap malam hari selepas pulang dari kantor, pemandangan-pemandangan itu yang tersaji. kadang mengundang hikmah, dan kadang mengundang kekesalan. Tapi kuharus terbiasa dengan itu, toh tak ada yang bisa kulakukan, selain menahan amarah dan bersabar melihat realita ironi ibukota. Ya, memang, ku harus terbiasa.
- Bekasi, 10 Dzulhijjah-
Tapi setidaknya tidurku yang tak terpuaskan bisa dilampiaskan ketika berada di angkutan umum menuju kantor. Jadi untuk masalah tidur tak terlalu masalah, karena bisa dikompensasi tidur di angkutan umum. Tapi tidak untuk pulang kantornya, karena seringkali banyak hal yang menjadi perhatianku dan itu sewaktu-waktu menyiksa hati.
Rata-rata tiap harinya aku menghabiskan 4 jam yang dialokasikan untuk berangkat dan pulang kantor. Kantorku terletak di daerah thamrin, daerah yang dikelilingi oleh gedung-gedung pencakar langit nan megah. 2 jam perjalanan pergi tak terlalu menyimpan banyak arti bagiku, karena seperti yang kutulis di atas, saat berangkat kantor adalah saatnya melampiaskan waktu tidur yang tidak cukup. tapi 2 jam perjalanan pulang menyimpan banyak hikmah.
Aku keluar kantor pukul 6.30 malam. Menunggu beberapa saat ketika bus yang biasa kunaiki muncul dari kerumunan kendaraan. Sembari melambaikan tangan, aku berlari mengejar bus yang tak berhenti lama. lamat-lamat kuhelakan nafas, nampaknya aku harus biasakan untuk berolahraga lagi, lari sedikit saja nafasku sudah tersengal-sengal. Dan akupun duduk sembari mengatur nafas.
Kala itu gedung-gedung memancarkan sinarnya, kerlap kerlip nya menyita banyak perhatian orang yang berlalu lalang di sepanjang jalan Thamrin, si miskin, si kaya semuanya tanpa terkecuali. Tak berapa lama, lampu lalu lintas di daerah bunderan HI memberi tanda merah. Semua kendaraan berhenti, sesekali beberapa pengendara motor melirik ke kanan kirinya, memastikan kehadiran aparat disekelilingnya, wah ternyata ada, niatan untuk menerobos lampu merah diurungkan. hal yang dilakukan untuk sekedar menghindari sanksi dari polisi yang berdiri tegak ditengah jalan.
Mobil-mobil mewah pun tanpa terkecuali turut berhenti. Yang tadi berlalu lalang kencang mengangkut segelintir orang berpakaian indah dengan segala gadget yang mereka miliki, yang kutatap mereka dibalik jendela usang Bus patas yang kunaiki. Disaat bersamaan, kulihat seorang peminta-minta menengadahkan tangannya meminta sejumput rizki dipinggir jalan, tepat disamping mobil mewah itu. Tak ada perhatian dari si empunya mobil, mereka tetap asik dengan segala gadget dan kegirangan perjalanan mereka. Perjalananku pun berlanjut meninggalkan si peminta dengan segala bayang-bayang kelaparan.
Ingin segera kupejamkan mata tapi apa daya, mataku tak sependapat dengan tuannya. Ia tanpa lelah mengedarkan pandangnya ke lingkungan sekelilingnya, seolah tak puas hanya disajikan sedikit pemandangan ironi di lampu lalu lintas tadi. waktu menunjukkan pukul 7 malam, bus yang kunaiki kini sedang melintasi jalan sudirman. Di sepanjang trotoar kulihat beberapa warung makan instan masih beroperasi, kadang ada kadang tidak, tergantung jadwal penertiban dari satpol PP. dan sesekali kulihat penjaja minuman hangat dengan sepedanya mengayuh sepanjang trotoar. Kucoba melihat raut wajah mereka yang ternyata memancarkan kegembiraan, terlihat dari kayuhan sepeda mereka yang semangat layaknya seorang anak kecil yang baru bisa mengendarai sepeda. Walaupun terkadang wajah gembira itu tak memberi apa-apa bagi perut mereka.
Bus ku sedikit terhambat diperlintasan semanggi. Bus yang berjalan lambat segera dimanfaatkan seorang pengamen jalanan untuk naik menyajikan sedikit hiburan bagi khalayak penumpang. Ia terlihat merapihkan diri, dan mengaitkan seutas tali yang mengikat gitar dibahunya. Suara senar-senar gitar berbunyi, belum ada nada indah yang terdengar, nampaknya si pengamen masih sibuk dengan stem-an gitarnya. Dan kini nampaknya ia telah siap, ia segera memulai aksinya dengan kata-kata pembuka khas pengamen jalanan. Jreeng dan ia pun mulai bernyanyi. Wow.. Tak disangka suaranya sungguh indah. Perawakannya mirip dengan Aris si juara Indonesian idol walau ia sedikit tinggi. dengan jaket kulit serta jeans yang sudah agak lusuh ia bernyanyi. Ya, suaranya sedikit memberikan kenyamanan bagiku, hingga akupun terlelap.
Tak disadari, akupun telah sampai di pintu gerbang Tol Bekasi Barat. Mataku masih sedikit terpejam menyimpan rasa kantuk yang masih tersisa. kurenggangkan tubuhku yang berderak berbunyi. ah.. sedikit kurasakan kesegaran di tubuhku. dan akupun memandang ke sekeliling bus, dari kursi paling belakang, kulihat hanya tersisa beberapa penumpang. Tanganku merogoh tas ransel kesayanganku, mencari-cari air mineral yang selalu kubawa. ah.. kembali kesegaran menjalari tubuhku.
Bus ku berjalan melintas cepat hingga perempatan Rawapanjang, Bus ku berhenti disana, tertahan oleh lampu lalu lintas. kupandangkan mata keluar jendela dan kulihat masih banyak orang yang berlalu lalang, beberapa komuter sepertiku dan beberapa lagi pengamen jalanan. Diantara mereka kulihat anak-anak kecil berusia sekitar 7-8 tahun. mereka terlihat membawa sebuah gitar dan ada yang membawa botol minuman mineral yang diisi beras sebagai instrumen musik. Mereka berlari lari kecil berkejaran di tengah lampu merah. tak terlihat raut kesedihan di wajah mereka, wajah mereka layaknya anak-anak kecil seumur mereka yang penuh keriangan masa kecil. Tak menjadi masalah bagi mereka hidup dalam kondisi yang berbeda dengan anak seumurannya, yang masih disuapi orang tua, diajak bermain disekolah, dan diberi mainan mewah. Bagi mereka mungkin ini hidup yang wajar, mereka telah terbiasa hidup di tengah kerasnya jalanan. ah.. seandainya mereka tau bahwa negara mereka menjamin setiap jengkal hidup mereka, anak2 terlantar dan orang miskin ditanggun negara. Tapi apakah itu berarti banyak ketika mereka tau bahwa pejabat2 negara ini menjamin mereka? entahlah, aku tak yakin itu, mengurusi diri sendiri saja sulit, apalagi mengurus anak2 terlantar. aku masih sangsi dengan para pejabat negeri ini, mereka belum selesai dengan diri mereka.
Dan akupun sampai di tempatku turun dari bus patas yang membawaku. Berulang kali, tiap malam hari selepas pulang dari kantor, pemandangan-pemandangan itu yang tersaji. kadang mengundang hikmah, dan kadang mengundang kekesalan. Tapi kuharus terbiasa dengan itu, toh tak ada yang bisa kulakukan, selain menahan amarah dan bersabar melihat realita ironi ibukota. Ya, memang, ku harus terbiasa.
- Bekasi, 10 Dzulhijjah-
Saturday, 17 October 2009
Aku Ingin Bahagia..
dimana letak kebahagiaan? dimanakah tepatnya ia bersemayam dan meletup-letup kala kita merasakannya?? di bagian tertentu dari neuron2 otak? ataukah berada direlung-relung hati terdalam?? kalau saja kita tahu keberadaannya, bukan tak mungkin, kebahagian bisa dipelajari layaknya pelajaran-pelajaran di sekolah. tapi sayang, kebahagiaan adalah hal yang subjektif, tak dapat digeneralisasi hingga tak cukup layak di kuantifikasi. karena tiap kita punya versi berbeda akan arti kebahagiaan.
Baiklah, saya akan mencontohkannya. Ada dua orang yang saya datangi dan tanyakan tentang arti kebahagiaan. orang pertama diberi kenikmatan fisik yang utuh, panca inderanya tak satupun yang bermasalah terlebih cacat. sedangkan seorang lagi, diberi sarana beribadah tuk bersabar olehNya. Ia seorang tuna netra sejak lahir.
kira-kira menurut anda mana yang lebih bahagia? tentunya jika kita memakai logika berpikir yang umum, tentunya si orang pertama lah yang lebih bahagia ketimbang yang kedua. yang pertama memiliki panca indera yang utuh, ia dengan leluasa menikmati anugerah tuhan berupa keindahan dunia. sedangkan yang kedua, salah satu kenikmatan tuhan berupa keindahan dunia tak mampu ia rasakan. karena bagi saya menikmati suatu hal adalah indikator kebahagiaan, jika ia tak mampu menikmati sebuah hal berarti ia tidak bahagia, karena kebahagiaan itu nikmat. Itu pendapat yang mungkin berlaku umum tapi untuk kasus ini, tidak.
Ternyata, orang yang pertama merasakan hal yang biasa-biasa saja dari hidupnya, bahkan cenderung membosankan. Panca Indera yang lengkap tak membuatnya merasakan sebuah hal yang berbeda hingga ia benar2 bahagia menikmati sesuatu. lalu, bagaimana dengan orang yang kedua? keterbatasan fisik tak membuatnya putus asa dan memilih untuk tidak bahagia. baginya kebahagiaan itu pilihan, dan untuk itu dia memilih untuk bahagia dengan keadaannya saat ini.
"saya bahagia, karena tuhan telah merancang skenario yang indah untuk saya. dan mungkin itulah mengapa Ia menakdirkan saya buta. mata saya mungkin tak dapat melihat. tapi saya dapat melihat dengan sentuhan dan belaian. dan tiap kali anak saya akan berangkat sekolah, pulang sekolah, tidur, belajar, bermain dan setiap saat. saya mengenalnya lewat sentuhan dan belaian. tak satupun dari wajahnya, rambutnya, hidungnya, dan pipinya yang tak saya sentuh. dan betapa saya menikmati saat-saat menyentuhnya. tak ada kan seorang ayah yang seperti saya?? saya mencintainya dan saya melihatnya lewat sentuhan. Saya bahagia.."
Penuturan yang jujur, lugu, dan mungkin naif. tapi itulah kebahagiaan, ia tak dapat ditakar dengan logika.. dan oleh karenanya, kebahagiaan itu milik siapa saja yang memang ingin bahagia..
*sebuah kisah nyata dan penuturan yang jujur dari seorang yang benar-benar nyata..
Baiklah, saya akan mencontohkannya. Ada dua orang yang saya datangi dan tanyakan tentang arti kebahagiaan. orang pertama diberi kenikmatan fisik yang utuh, panca inderanya tak satupun yang bermasalah terlebih cacat. sedangkan seorang lagi, diberi sarana beribadah tuk bersabar olehNya. Ia seorang tuna netra sejak lahir.
kira-kira menurut anda mana yang lebih bahagia? tentunya jika kita memakai logika berpikir yang umum, tentunya si orang pertama lah yang lebih bahagia ketimbang yang kedua. yang pertama memiliki panca indera yang utuh, ia dengan leluasa menikmati anugerah tuhan berupa keindahan dunia. sedangkan yang kedua, salah satu kenikmatan tuhan berupa keindahan dunia tak mampu ia rasakan. karena bagi saya menikmati suatu hal adalah indikator kebahagiaan, jika ia tak mampu menikmati sebuah hal berarti ia tidak bahagia, karena kebahagiaan itu nikmat. Itu pendapat yang mungkin berlaku umum tapi untuk kasus ini, tidak.
Ternyata, orang yang pertama merasakan hal yang biasa-biasa saja dari hidupnya, bahkan cenderung membosankan. Panca Indera yang lengkap tak membuatnya merasakan sebuah hal yang berbeda hingga ia benar2 bahagia menikmati sesuatu. lalu, bagaimana dengan orang yang kedua? keterbatasan fisik tak membuatnya putus asa dan memilih untuk tidak bahagia. baginya kebahagiaan itu pilihan, dan untuk itu dia memilih untuk bahagia dengan keadaannya saat ini.
"saya bahagia, karena tuhan telah merancang skenario yang indah untuk saya. dan mungkin itulah mengapa Ia menakdirkan saya buta. mata saya mungkin tak dapat melihat. tapi saya dapat melihat dengan sentuhan dan belaian. dan tiap kali anak saya akan berangkat sekolah, pulang sekolah, tidur, belajar, bermain dan setiap saat. saya mengenalnya lewat sentuhan dan belaian. tak satupun dari wajahnya, rambutnya, hidungnya, dan pipinya yang tak saya sentuh. dan betapa saya menikmati saat-saat menyentuhnya. tak ada kan seorang ayah yang seperti saya?? saya mencintainya dan saya melihatnya lewat sentuhan. Saya bahagia.."
Penuturan yang jujur, lugu, dan mungkin naif. tapi itulah kebahagiaan, ia tak dapat ditakar dengan logika.. dan oleh karenanya, kebahagiaan itu milik siapa saja yang memang ingin bahagia..
*sebuah kisah nyata dan penuturan yang jujur dari seorang yang benar-benar nyata..
Sunday, 11 October 2009
Tentang harapan..
Mereka mungkin tahu, ya mereka, yang dengan senang hati dan gembira mengeluarkan pulsa dan ikut layanan sms premium itu. Tahu bahwa apa yang dikatakan oleh layanan sms itu cuma bohong2an ataupun iseng2 belaka. Yang mengatakan bahwa "si dia sangat cocok dengan kamu", "si dia gak pernah mau bohongin kamu", "kamu bakal jadi orang kaya" dan lain sebagainya. Mungkin tak selalu apa yang dikirimkan oleh layanan itu yang bagus2 saja, tak sedikit yang justru memberikan rasa pesimis, tetapi ada sebuah kesamaan dari semua itu. Setiap mereka ingin harapannya di afirmasi, ingin harapannya diperkuat dan mungkin di dengarkan oleh orang lain.
Mereka dan mungkin kita pun tahu bahwa asa atau harapan memang sulit diraih bila kita hanya duduk berdiam diri tanpa melakukan sesuatu. Apalagi cuma berangan-angan setiap hari. Beruntunglah orang2 yang memiliki kekuatan untuk bekerja, berusaha mewujudkan harapannya itu. Sehingga lambat laun harapannya pun terwujud. Tapi tidak sedikit orang2 yang telah putus harapan bahkan setelah dia selesai memikirkan harapannya.
Dan mungkin, orang2 yang mengirimkan sms premium ini adalah jenis yang kedua. Karena mereka tak punya kekuatan tuk mewujudkan harapan, maka mereka meminta afirmasi atas harapan mereka dari orang lain. Memang tidak sepenuhnya salah, meminta penguatan, meminta afirmasi dari orang lain ataupun dari layanan sms ini. tapi seringkali mereka hanya berhenti pada titik ini, meminta afirmasi. hingga merekapun banyak yang berhenti berusaha, hanya berdiam diri dan berangan-angan saja dengan cukup mengeluarkan pulsa mereka untuk sms premium. Dan mereka pun disuapi dengan berbagai kata-kata indah yang membuai hingga akhirnya mereka pun bergantung pada layanan itu,menunggu takdir pembuktian atas afirmasi yang mereka dapatkan.
Sedangkan untuk orang yang pertama, sekali lagi, beruntunglah mereka yang terus bekerja mewujudkan harapannya. Setidaknya aktivitas mengejar harapan yang mereka lakukan lebih memberikan kelegaan dan kepastian. Karena diri mereka sendiri yang memegang kendali atas harapan mereka dan tidak seperti orang kedua yang dengan senang hati menyerahkan dan menggantungkan harapannya pada orang lain.
"karena harapan itu vitamin penggerak"
Mereka dan mungkin kita pun tahu bahwa asa atau harapan memang sulit diraih bila kita hanya duduk berdiam diri tanpa melakukan sesuatu. Apalagi cuma berangan-angan setiap hari. Beruntunglah orang2 yang memiliki kekuatan untuk bekerja, berusaha mewujudkan harapannya itu. Sehingga lambat laun harapannya pun terwujud. Tapi tidak sedikit orang2 yang telah putus harapan bahkan setelah dia selesai memikirkan harapannya.
Dan mungkin, orang2 yang mengirimkan sms premium ini adalah jenis yang kedua. Karena mereka tak punya kekuatan tuk mewujudkan harapan, maka mereka meminta afirmasi atas harapan mereka dari orang lain. Memang tidak sepenuhnya salah, meminta penguatan, meminta afirmasi dari orang lain ataupun dari layanan sms ini. tapi seringkali mereka hanya berhenti pada titik ini, meminta afirmasi. hingga merekapun banyak yang berhenti berusaha, hanya berdiam diri dan berangan-angan saja dengan cukup mengeluarkan pulsa mereka untuk sms premium. Dan mereka pun disuapi dengan berbagai kata-kata indah yang membuai hingga akhirnya mereka pun bergantung pada layanan itu,menunggu takdir pembuktian atas afirmasi yang mereka dapatkan.
Sedangkan untuk orang yang pertama, sekali lagi, beruntunglah mereka yang terus bekerja mewujudkan harapannya. Setidaknya aktivitas mengejar harapan yang mereka lakukan lebih memberikan kelegaan dan kepastian. Karena diri mereka sendiri yang memegang kendali atas harapan mereka dan tidak seperti orang kedua yang dengan senang hati menyerahkan dan menggantungkan harapannya pada orang lain.
"karena harapan itu vitamin penggerak"
Saturday, 10 October 2009
Surat dari si penggoda
Ingat..! usia kami lebih tua dari kalian, berbagai tipe zaman dan manusia sudah kami rasakan. hingga kamipun tau pola dan jenis kenikmatan yang akan kalian sukai pastinya. Beberapa diantara kami memang tak selamanya di dunia, berbeda dengan pemimpin kami yang telah ditangguhkan olehNya, tapi setidaknya 400-300 tahun cukup bagi kami membuat program jangka panjang yang bisa kalian lihat sendiri hasilnya saat ini.
dunia tak lain adalah lahan kami bekerja. dari kanan, kiri, depan, belakang kami akan selalu mengepung kalian. kecuali dari atas, kami tak berani melakukannya, Ia selalu baik pada kalian, selalu memberikan hidayahnya setiap saat walaupun kalian sendiri seringkali menyangkalnya.
fiuh.. akhirnya, bulan itupun telah lewat. pegal rasanya badan ini terkungkung dirantai oleh para malaikatNya. terpaksa kami dengan tanpa daya apapun tunduk padaNya, karena di bulan ini tak ada kompromi dariNya, bila bulan ini datang, seketika kamipun tak dapat lagi menggoda kalian. betapa sayangnya Ia pada kalian. haha.. tapi untunglah, kami sempat mengkader jenis kami dari golongan kalian. biarpun kami terpenjara, tetap ada yang bertugas menjalankan pekerjaan kami.
nampaknya tugas yang dilakukan oleh mereka tak sia-sia. karena selepas ramadhan.. dengan sekejap berbagai lahan pekerjaan langsung terlaksana dengan baik. tak percaya?? apakah kalian tak menyadari bencana yang silih berganti datang menghampiri, kalian kira apa sebabnya?? kalian seharusnya lebih tau karena sudah tertulis dalam kitab suci Alquran bahwa tak lain bencana itu datang karena ulah kalian sendiri. Yang kurang lebih ada andil kami dan para kader kami di dalamnya. Dan sekali lagi kami ucapkan terima kasih pada kader kami, karena baru2 ini tugas mereka terlaksana dengan baik. Ya, sebuah prestasi yang cukup baik lah, mengundang artis bintang film itu ke bumi kalian dan dengan mulusnya menjadikan putri daerah syariat islam sebagai calon peserta ajang kontes kecantikan internasional.
Dan kami pun berpikir untuk pensiun dan tinggal meninggalkan modul pada kader kami untuk menyesatkan kalian. hingga kami bisa lebih fokus untuk pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar. nampaknya kesyirikan lebih asik untuk digarap, karena itu point dan kesuksesan tertinggi bila kami berhasil.
dunia tak lain adalah lahan kami bekerja. dari kanan, kiri, depan, belakang kami akan selalu mengepung kalian. kecuali dari atas, kami tak berani melakukannya, Ia selalu baik pada kalian, selalu memberikan hidayahnya setiap saat walaupun kalian sendiri seringkali menyangkalnya.
fiuh.. akhirnya, bulan itupun telah lewat. pegal rasanya badan ini terkungkung dirantai oleh para malaikatNya. terpaksa kami dengan tanpa daya apapun tunduk padaNya, karena di bulan ini tak ada kompromi dariNya, bila bulan ini datang, seketika kamipun tak dapat lagi menggoda kalian. betapa sayangnya Ia pada kalian. haha.. tapi untunglah, kami sempat mengkader jenis kami dari golongan kalian. biarpun kami terpenjara, tetap ada yang bertugas menjalankan pekerjaan kami.
nampaknya tugas yang dilakukan oleh mereka tak sia-sia. karena selepas ramadhan.. dengan sekejap berbagai lahan pekerjaan langsung terlaksana dengan baik. tak percaya?? apakah kalian tak menyadari bencana yang silih berganti datang menghampiri, kalian kira apa sebabnya?? kalian seharusnya lebih tau karena sudah tertulis dalam kitab suci Alquran bahwa tak lain bencana itu datang karena ulah kalian sendiri. Yang kurang lebih ada andil kami dan para kader kami di dalamnya. Dan sekali lagi kami ucapkan terima kasih pada kader kami, karena baru2 ini tugas mereka terlaksana dengan baik. Ya, sebuah prestasi yang cukup baik lah, mengundang artis bintang film itu ke bumi kalian dan dengan mulusnya menjadikan putri daerah syariat islam sebagai calon peserta ajang kontes kecantikan internasional.
Dan kami pun berpikir untuk pensiun dan tinggal meninggalkan modul pada kader kami untuk menyesatkan kalian. hingga kami bisa lebih fokus untuk pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar. nampaknya kesyirikan lebih asik untuk digarap, karena itu point dan kesuksesan tertinggi bila kami berhasil.
Wednesday, 16 September 2009
Sudah agak Basi : Perihal Indonesia - Malaysia
Mari kita mulai tulisan ini dari informasi yang sedikit saya miliki tentang sejarah nusantara atau lebih khususnya Indonesia kita. Zaman dulu, ketika penjajah belanda (baca : VOC dan kolonialis) masih jumawa berjaya di nusantara, Mereka menyebut negara kita ini dengan sebutan Nederlandsch- Indie (Hindia Belanda). Sebutan ini bertahan cukup lama walaupun secara esensi sebutan ini rancu dengan penyebutan India yang lain.
Akhirnya tibalah pada tahun 1849 seorang ahli etnologi berkebangsaan Inggris, James Richardson Logan (selanjutnya kita sebut saja Logan), mempelajari kepulauan di daerah nusantara, dan terberkatilah Logan. Kenapa? karena entah disadari atau tidak, usulannya atas nama bangsa bagi kepulauan hindia belanda dalam perkembangannya di kemudian hari di affirmasi oleh semua kalangan, baik dari golongan intelektual, pejuang, dan rakyat biasa.
sebenarnya yang mengusulkan nama untuk kepulauan hindia belanda ini adalah kolega dari Logan, yaitu George Samuel Windsor Earl (kita panggil saja Earl). Dalam sebuah artikel di dalam majalah ilmiah yang didirikan Logan, Earl mengatakan bahwa sudah saatnya bangsa di kepulauan hindia memiliki sebutan bagi bangsa mereka, karena seperti yang sudah di sebutkan di awal tulisan ini, kata hindia bermakna banyak dan rancu. Singkat kata, Earl mengusulkan dua nama, yakni Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti Pulau). Dan Earl pun lebih memilih nama Malayunesia yang berarti orang-orang yang berbahasa melayu.
Tapi, sekali lagi, terberkatilah Logan. Karena Ia tidak menyetujui penyebutan kata-kata Malayunesia dan lebih memilih Indunesia (dengan huruf U yang diganti huruf O). Jadilah sejak itu Logan selalu memakai kata-kata Indonesia di setiap jurnal ilmiah yang ia tulis tentang kepulauan hindia. Yang lambat laun membuat nama ini familiar di telinga para pejuang kemerdekaan, intelektual, dan rakyat kecil. Agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama bangsa dan negara yang jumlah penduduknya peringkat keempat terbesar di muka bumi!
Dan dalam perkembangannya kita tahu bahwa bangsa Indonesia melalui pahit getirnya penjajahan. Dimana berujung pada sebuah kemerdekaan yang manis. Penuh perjuangan, tetesan darah dari para pejuang. Tak hanya dari orang-orang melayu (malayunesia) tapi juga dari pelosok kepulauan nusantara (Indunesia). Andaikan Logan saat itu tidak memilih kata Indonesia, mungkin lain cerita yang akan terjadi.
kini, Malayunesia telah berdiri sendiri sebagai sebuah negara, begitu pula Indonesia dimana keduanya berasal dari sebuah akar yang sama. Bedanya Indonesia lebih dulu merdeka, dan mereka belakangan. Indonesia di jajah belanda, mereka di jajah Inggris. Indonesia merebut kemerdekaannya sedangkan mereka 'dihadiahkan' kemerdekaannya. Indonesia lebih dulu mengirim orang-orang terbaiknya untuk memberikan pengajaran pada mereka, sedangkan mereka berguru ke negeri kita. Negara kita kaya sumber daya alam, mereka tidak.
Romantisme masa lalu serasa nikmat bila di ingat-ingat. yang terkadang membuat lalai untuk melihat masa depan. kita terlihat terlalu puas atas pencapaian di masa lalu tanpa ada sebuah inisiatif untuk bergerak di era yang kejam saat ini. Era dimana yang tidak cepat bergerak dan berinovasi, dialah yang tergilas. Dan nampaknya hal itu di antisipasi oleh malaysia.
Mereka bergerak cepat dalam membangun negerinya, SDA yang ada dan terbatas, mereka maksimalkan untuk riset dan pendidikan. Orang-orang pintar dan jenius di fasilitasi, proses birokrasi negara diperbaiki, dan para pemalas dihabisi. Hingga kini mereka cukup jauh meninggalkan kita.
Sedangkan kita?? nampaknya masih banyak yang terlena oleh romantisme masa lalu. "kita merebut kemerdekaan kita dari penjajah, dengan tetes darah pejuang, berbeda dengan mereka, kita pun lebih dulu merdeka, mereka masih belum ada apa-apanya dibanding sejarah bangsa kita". Baiklah, Sejarah memang sedikit banyak bermanfaat, namun jika ini justru menimbulkan semacam rasionalisasi agar kita tetap memaksakan diri berada di atas mereka, itu yang sedikit keliru. Ya, memang saya pahami betapa sakit hati ini, ketika negara tetangga kita itu main klaim sana sini terhadap budaya kita, ya saya pun tahu betapa terhina dan sakitnya kita ketika kita di khianati oleh saudara serumpun. tapi sadarilah, tak ada gunanya memakai rasionalisasi sejarah dan emosi dalam mencari solusi bagi permasalahan ini, kenyataannya mereka memang sedikit lebih maju dari kita (terutama taktik dalam klaim mengklaim).
Tapi mari kita jadikan momentum ini (permasalahan dengan negara tetangga) sebagai titik tolak dalam membangun kembali negeri ini. Mengembalikan kesadaran terhadap generasi penerus bangsa atas budaya-budaya yang seringkali terkalahkan oleh pengaruh arus modernitas. Mengembalikan pendidikan sebagai pangkal kemajuan bangsa. Itulah yang harus kita lakukan saat ini, ketimbang berteriak ganyang malaysia, sedangkan musuh sebenarnya sudah di depan mata.
Akhirnya tibalah pada tahun 1849 seorang ahli etnologi berkebangsaan Inggris, James Richardson Logan (selanjutnya kita sebut saja Logan), mempelajari kepulauan di daerah nusantara, dan terberkatilah Logan. Kenapa? karena entah disadari atau tidak, usulannya atas nama bangsa bagi kepulauan hindia belanda dalam perkembangannya di kemudian hari di affirmasi oleh semua kalangan, baik dari golongan intelektual, pejuang, dan rakyat biasa.
sebenarnya yang mengusulkan nama untuk kepulauan hindia belanda ini adalah kolega dari Logan, yaitu George Samuel Windsor Earl (kita panggil saja Earl). Dalam sebuah artikel di dalam majalah ilmiah yang didirikan Logan, Earl mengatakan bahwa sudah saatnya bangsa di kepulauan hindia memiliki sebutan bagi bangsa mereka, karena seperti yang sudah di sebutkan di awal tulisan ini, kata hindia bermakna banyak dan rancu. Singkat kata, Earl mengusulkan dua nama, yakni Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti Pulau). Dan Earl pun lebih memilih nama Malayunesia yang berarti orang-orang yang berbahasa melayu.
Tapi, sekali lagi, terberkatilah Logan. Karena Ia tidak menyetujui penyebutan kata-kata Malayunesia dan lebih memilih Indunesia (dengan huruf U yang diganti huruf O). Jadilah sejak itu Logan selalu memakai kata-kata Indonesia di setiap jurnal ilmiah yang ia tulis tentang kepulauan hindia. Yang lambat laun membuat nama ini familiar di telinga para pejuang kemerdekaan, intelektual, dan rakyat kecil. Agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama bangsa dan negara yang jumlah penduduknya peringkat keempat terbesar di muka bumi!
Dan dalam perkembangannya kita tahu bahwa bangsa Indonesia melalui pahit getirnya penjajahan. Dimana berujung pada sebuah kemerdekaan yang manis. Penuh perjuangan, tetesan darah dari para pejuang. Tak hanya dari orang-orang melayu (malayunesia) tapi juga dari pelosok kepulauan nusantara (Indunesia). Andaikan Logan saat itu tidak memilih kata Indonesia, mungkin lain cerita yang akan terjadi.
kini, Malayunesia telah berdiri sendiri sebagai sebuah negara, begitu pula Indonesia dimana keduanya berasal dari sebuah akar yang sama. Bedanya Indonesia lebih dulu merdeka, dan mereka belakangan. Indonesia di jajah belanda, mereka di jajah Inggris. Indonesia merebut kemerdekaannya sedangkan mereka 'dihadiahkan' kemerdekaannya. Indonesia lebih dulu mengirim orang-orang terbaiknya untuk memberikan pengajaran pada mereka, sedangkan mereka berguru ke negeri kita. Negara kita kaya sumber daya alam, mereka tidak.
Romantisme masa lalu serasa nikmat bila di ingat-ingat. yang terkadang membuat lalai untuk melihat masa depan. kita terlihat terlalu puas atas pencapaian di masa lalu tanpa ada sebuah inisiatif untuk bergerak di era yang kejam saat ini. Era dimana yang tidak cepat bergerak dan berinovasi, dialah yang tergilas. Dan nampaknya hal itu di antisipasi oleh malaysia.
Mereka bergerak cepat dalam membangun negerinya, SDA yang ada dan terbatas, mereka maksimalkan untuk riset dan pendidikan. Orang-orang pintar dan jenius di fasilitasi, proses birokrasi negara diperbaiki, dan para pemalas dihabisi. Hingga kini mereka cukup jauh meninggalkan kita.
Sedangkan kita?? nampaknya masih banyak yang terlena oleh romantisme masa lalu. "kita merebut kemerdekaan kita dari penjajah, dengan tetes darah pejuang, berbeda dengan mereka, kita pun lebih dulu merdeka, mereka masih belum ada apa-apanya dibanding sejarah bangsa kita". Baiklah, Sejarah memang sedikit banyak bermanfaat, namun jika ini justru menimbulkan semacam rasionalisasi agar kita tetap memaksakan diri berada di atas mereka, itu yang sedikit keliru. Ya, memang saya pahami betapa sakit hati ini, ketika negara tetangga kita itu main klaim sana sini terhadap budaya kita, ya saya pun tahu betapa terhina dan sakitnya kita ketika kita di khianati oleh saudara serumpun. tapi sadarilah, tak ada gunanya memakai rasionalisasi sejarah dan emosi dalam mencari solusi bagi permasalahan ini, kenyataannya mereka memang sedikit lebih maju dari kita (terutama taktik dalam klaim mengklaim).
Tapi mari kita jadikan momentum ini (permasalahan dengan negara tetangga) sebagai titik tolak dalam membangun kembali negeri ini. Mengembalikan kesadaran terhadap generasi penerus bangsa atas budaya-budaya yang seringkali terkalahkan oleh pengaruh arus modernitas. Mengembalikan pendidikan sebagai pangkal kemajuan bangsa. Itulah yang harus kita lakukan saat ini, ketimbang berteriak ganyang malaysia, sedangkan musuh sebenarnya sudah di depan mata.
Tuesday, 8 September 2009
Thursday, 3 September 2009
Blogwalking
Saya sebenarnya lebih suka menyebut kegiatan yang saya tuliskan sebagai judul postingan ini sebagai silaturahmi atau mungkin beranjangsana. Ya, jalan-jalan ke 'rumah' beberapa teman saya di dunia maya. Selain dapat mempererat silaturahmi (?), kegiatan ini juga dapat menjadi sarana penyegaran bagi saya karena siapa tahu banyak hal yang inspiratif dari tulisan-tulisan mereka. Dan akhir-akhir ini saya lebih suka melakukan aktivitas ini ketimbang membuat entri tulisan baru di dalam blog sendiri.
dalam kurun waktu 3x24 jam sebelum tulisan ini dibuat, saya telah mengunjungi 'rumah' beberapa teman. Diantaranya :
1. Diario de Oracion
yeah.. blog yang sangat hidup..! penyusunan kata-kata yang mengasyikan serta pembahasan yang 'tidak biasa' membuat saya betah berlama-lama di 'rumah' ini. Walau terkadang si empunya rumah mengakhiri tulisannya dengan berbagai tanda tanya, tapi banyak memberikan warna bagi saya terutama, yang membaca.
2. catetan kenang-kenangan
ooh.. blog yang sangat ramai. ramai karena benar-benar selalu terupdate dengan postingan tulisan-tulisan terbaru. menurut penuturan dari si empunya 'rumah' ia selalu menuliskan langsung apa yang ada dipikiran dan perasaannya saat itu ketika membuka blognya. jadi apa yang terjadi saat itu,(biasanya) langsung ia tuliskan saat itu juga, takut lupa katanya. Dan memang tulisan di blog ini berisikan kisah perjalanan si empunya blog dari awal masuk kuliah sampai sekarang (wow.. lama ya.. ).
NB: selalu menarik membaca simbol-simbol dan clue yang dituliskan oleh si empunya blog.. hehe..
3. Meaningful Life
blog yang sangat inspiratif. beberapa entri dari blog ini membahas permasalahan sehari-hari dari sudut pandang psikologi dengan bahasa dan kata-kata yang mengalir. maka tak heran saya suka menyusuri dan berjalan2 di 'rumah' ini. Namun, sayang beberapa waktu belakangan, hanya sedikit tulisan yang dibuat. mungkin karena si empunya 'rumah' mau pergi ke Jepang. hehe.. selamat-selamat.. ^^
4. oNLy HuMan
untuk rumah yang satu ini, baru akhir-akhir ini saya sering berkunjung kesana. dan ternyata banyak hal menarik di dalamnya. beberapa bahasan mengenai suatu topik, dari film, musik, keilmuan ataupun kisah pengalaman sehari-hari yang insightful. dan sayapun mendapatkan pelajaran berharga bahwa seyogyanya mobil xenia itu tidak diisi oleh 9 orang karena efeknya jangka panjang.. hehe..
5. jam pasir unik
berlama-lama di 'rumah' ini sangat menyenangkan. Banyak hal-hal seru yang saya dapati di dalamnya, terutama kisah pengalaman sehari-hari dengan bahasa yang 'gaool' dan mengalir. karenanya banyak pengalaman berharga yang saya petik di dalamnya. tapi sayang akhir-akhir ini si empunya blog jarang sekali menulis. saya sudah lama sekali menantikan kembali tulisan-tulisannya, tapi mungkin , beliau sedang sibuk dengan aktivitasnya (maklum, aktivis kelas kakap.. hehe..)
6. Rumah Bahagia ^_^
Pemberian tanda ini --> ^_^ setelah kalimat 'rumah bahagia' bukan disengaja tapi karena memang si empunya 'rumah' memberikan lambang ini sebagai pemanis nama 'rumahnya'. untuk itu pula saya merasa banyak hal manis yang saya temukan di dalamnya. hal mengenai kehidupan, ukhuwah, dan cinta. untuk hal yang terakhir, nampaknya saya banyak belajar darinya.. :)
hm.. mungkin itu beberapa rumah yang saya kunjungi akhir-akhir ini. Menarik dan memberikan banyak pencerahan. terima kasih banyak kawan-kawan.. :)
dalam kurun waktu 3x24 jam sebelum tulisan ini dibuat, saya telah mengunjungi 'rumah' beberapa teman. Diantaranya :
1. Diario de Oracion
yeah.. blog yang sangat hidup..! penyusunan kata-kata yang mengasyikan serta pembahasan yang 'tidak biasa' membuat saya betah berlama-lama di 'rumah' ini. Walau terkadang si empunya rumah mengakhiri tulisannya dengan berbagai tanda tanya, tapi banyak memberikan warna bagi saya terutama, yang membaca.
2. catetan kenang-kenangan
ooh.. blog yang sangat ramai. ramai karena benar-benar selalu terupdate dengan postingan tulisan-tulisan terbaru. menurut penuturan dari si empunya 'rumah' ia selalu menuliskan langsung apa yang ada dipikiran dan perasaannya saat itu ketika membuka blognya. jadi apa yang terjadi saat itu,(biasanya) langsung ia tuliskan saat itu juga, takut lupa katanya. Dan memang tulisan di blog ini berisikan kisah perjalanan si empunya blog dari awal masuk kuliah sampai sekarang (wow.. lama ya.. ).
NB: selalu menarik membaca simbol-simbol dan clue yang dituliskan oleh si empunya blog.. hehe..
3. Meaningful Life
blog yang sangat inspiratif. beberapa entri dari blog ini membahas permasalahan sehari-hari dari sudut pandang psikologi dengan bahasa dan kata-kata yang mengalir. maka tak heran saya suka menyusuri dan berjalan2 di 'rumah' ini. Namun, sayang beberapa waktu belakangan, hanya sedikit tulisan yang dibuat. mungkin karena si empunya 'rumah' mau pergi ke Jepang. hehe.. selamat-selamat.. ^^
4. oNLy HuMan
untuk rumah yang satu ini, baru akhir-akhir ini saya sering berkunjung kesana. dan ternyata banyak hal menarik di dalamnya. beberapa bahasan mengenai suatu topik, dari film, musik, keilmuan ataupun kisah pengalaman sehari-hari yang insightful. dan sayapun mendapatkan pelajaran berharga bahwa seyogyanya mobil xenia itu tidak diisi oleh 9 orang karena efeknya jangka panjang.. hehe..
5. jam pasir unik
berlama-lama di 'rumah' ini sangat menyenangkan. Banyak hal-hal seru yang saya dapati di dalamnya, terutama kisah pengalaman sehari-hari dengan bahasa yang 'gaool' dan mengalir. karenanya banyak pengalaman berharga yang saya petik di dalamnya. tapi sayang akhir-akhir ini si empunya blog jarang sekali menulis. saya sudah lama sekali menantikan kembali tulisan-tulisannya, tapi mungkin , beliau sedang sibuk dengan aktivitasnya (maklum, aktivis kelas kakap.. hehe..)
6. Rumah Bahagia ^_^
Pemberian tanda ini --> ^_^ setelah kalimat 'rumah bahagia' bukan disengaja tapi karena memang si empunya 'rumah' memberikan lambang ini sebagai pemanis nama 'rumahnya'. untuk itu pula saya merasa banyak hal manis yang saya temukan di dalamnya. hal mengenai kehidupan, ukhuwah, dan cinta. untuk hal yang terakhir, nampaknya saya banyak belajar darinya.. :)
hm.. mungkin itu beberapa rumah yang saya kunjungi akhir-akhir ini. Menarik dan memberikan banyak pencerahan. terima kasih banyak kawan-kawan.. :)
Sunday, 30 August 2009
perihal waktu manusia
waktu adalah keunikan, ia tercipta bukan karena sebab material seperti makhluk-makhluk tuhan lainnya. namun Ia tercipta dari rangkaian aktivitas manusia yang tak dapat direka ulang kembali dalam sebuah ruang. maka kita kenal ada istilah ruang dan waktu karena kedua hal ini saling melengkapi. ketika ada sebuah ruang maka ia dilabeli tambahan waktu ketika ada manusia disana. begitu juga sebaliknya, sebuah waktu akan dilabeli tambahan ruang ketika ada manusia disana.
maka yang menjadi variabel utama terciptanya ruang dan waktu sebenarnya adalah manusia. karena ia yang mempersepsi dan memaknai akan hakikat ruang dan waktu. persepsi itu tentunya tercipta ketika manusia beraktivitas, melakukan sesuatu, dan menghasilkan sesuatu. hasil dari aktivitas tersebut terekam dalam memory manusia, yang ketika ia mengingat kembali aktivitas tersebut, maka terciptalah term waktu dalam kognisinya.
proses mengingat dan melakukan sesuatu ini terjadi sangat cepat dan singkat hingga mungkin kita tak menyadarinya. ambil contoh begini, kita sedang mengetik sebuah tulisan di komputer, kitapun tahu bahwa kita sedang mengetik sebuah tulisan ketika kita mengingat kembali hasil ketikan yang telah kita buat sebelumnya. karena ingat, aktivitas yang kita kerjakan tak pernah terulang lagi. maka tentunya kita mengatakan bahwa tadi, kemarin, atau setahun yang lalu saya pernah mengetik sebuah tulisan.
dari sini kita dapat melihat bahwa waktu, ruang, memory dan aktivitas manusia merupakan hal yang saling berkaitan. hingga sayapun berpikir bahwa waktu adalah sebuah bentuk memory dari seorang manusia yang meninggalkan jejak aktivitasnya di dalam sebuah ruang. semakin banyak jejak aktivitasnya, maka semakin banyak waktu yang telah ia lalui yang berarti semakin banyak pula memorynya tentang aktivitas itu.
maka sangat mudah untuk mengidentifikasi apakah seseorang menggunakan waktunya dengan baik atau tidak. coba tanyakan seberapa banyak ia mengingat aktivitas yang pernah ia lakukan. bila ia banyak lupa bukan berarti ia menyianyiakan waktunya, coba berikan stimulus berupa jejak-jejak hasil aktivitasnya. misalnya buku-buku yang pernah ditulisnya, hasil penemuan yang ditemukannya, foto-foto yang membuktikan aktivitasnya dan sebagainya, dengan tentu saja, tetap mempertimbangkan kualitas dari hasil karya2nya. bila itu ada dan dapat membangkitkan memorynya, maka kemungkinan besar ia memanfaatkan waktunya dengan baik.
jadi, jejak-jejak aktivitas berupa hasil karya manusia merupakan simbol dan stimulus yang menyiratkan bahwa manusia menggunakan waktunya dan menjadi bagian darinya. yang berarti manusia tersebut telah memiliki waktu. Ia menjaganya, menyimpan rapi waktu-waktu itu dalam relung-relung memorynya.
ahad,01.30 wib, 8 ramadhan 1430 H,
-ceracauan di malam hari-
maka yang menjadi variabel utama terciptanya ruang dan waktu sebenarnya adalah manusia. karena ia yang mempersepsi dan memaknai akan hakikat ruang dan waktu. persepsi itu tentunya tercipta ketika manusia beraktivitas, melakukan sesuatu, dan menghasilkan sesuatu. hasil dari aktivitas tersebut terekam dalam memory manusia, yang ketika ia mengingat kembali aktivitas tersebut, maka terciptalah term waktu dalam kognisinya.
proses mengingat dan melakukan sesuatu ini terjadi sangat cepat dan singkat hingga mungkin kita tak menyadarinya. ambil contoh begini, kita sedang mengetik sebuah tulisan di komputer, kitapun tahu bahwa kita sedang mengetik sebuah tulisan ketika kita mengingat kembali hasil ketikan yang telah kita buat sebelumnya. karena ingat, aktivitas yang kita kerjakan tak pernah terulang lagi. maka tentunya kita mengatakan bahwa tadi, kemarin, atau setahun yang lalu saya pernah mengetik sebuah tulisan.
dari sini kita dapat melihat bahwa waktu, ruang, memory dan aktivitas manusia merupakan hal yang saling berkaitan. hingga sayapun berpikir bahwa waktu adalah sebuah bentuk memory dari seorang manusia yang meninggalkan jejak aktivitasnya di dalam sebuah ruang. semakin banyak jejak aktivitasnya, maka semakin banyak waktu yang telah ia lalui yang berarti semakin banyak pula memorynya tentang aktivitas itu.
maka sangat mudah untuk mengidentifikasi apakah seseorang menggunakan waktunya dengan baik atau tidak. coba tanyakan seberapa banyak ia mengingat aktivitas yang pernah ia lakukan. bila ia banyak lupa bukan berarti ia menyianyiakan waktunya, coba berikan stimulus berupa jejak-jejak hasil aktivitasnya. misalnya buku-buku yang pernah ditulisnya, hasil penemuan yang ditemukannya, foto-foto yang membuktikan aktivitasnya dan sebagainya, dengan tentu saja, tetap mempertimbangkan kualitas dari hasil karya2nya. bila itu ada dan dapat membangkitkan memorynya, maka kemungkinan besar ia memanfaatkan waktunya dengan baik.
jadi, jejak-jejak aktivitas berupa hasil karya manusia merupakan simbol dan stimulus yang menyiratkan bahwa manusia menggunakan waktunya dan menjadi bagian darinya. yang berarti manusia tersebut telah memiliki waktu. Ia menjaganya, menyimpan rapi waktu-waktu itu dalam relung-relung memorynya.
ahad,01.30 wib, 8 ramadhan 1430 H,
-ceracauan di malam hari-
Wednesday, 26 August 2009
Balada Ustadz-ustadz spesialis ramadhan
'Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu (agama) dengan serta-merta dari hamba-hamba Nya. Tetapi, Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan (mematikan) ulama, sehingga Allah tidak menyisakan orang pandai. Maka, manusia mengambil orang-orang bodoh sebagai pemimpin. Lalu, mereka ditanya, dan mereka memberi fatwa tanpa ilmu' (HR.Bukhari)
Waktu itu secara tak sengaja saya menonton salah satu stasiun televisi swasta, yang terkenal dengan sinetron-sinetron dubbingnya(yah.. ketauan dah.. hehe). sebenarnya saya orang yang jarang nonton TV tapi entah kenapa saat itu kebetulan ada acara yang menggelitik keingintahuan saya. maka saya tontonlah acara yang keliatannya mengeksploitir kemalangan orang-orang yang belum mempunyai jodoh. sepuluh dua puluh menit saya tonton, kok agak aneh ya?, nampak terlalu di lebih2kan, dan lalu.. loh?? loh?? kok..???
kenapa tiba2 ada ustadz nimbrung di situ?? tau sih, saat itu mau bulan ramadhan, tapi masa iya sampe acara yang aneh bin ajaib ini dibikin religius juga??.. entah ya, saya saat itu belum bisa menarik sebuah benang merah kehadiran ustadz itu di sana, karena mungkin saya sudah keburu illfeel ngeliat tuh ustadz, ya mungkin saja dia mau berdakwah dan lainnya, tapi kok saya ngeliatnya ustadz itu jadi seolah mengafirmasi acara itu ya?? ditambah lagi dia ikutan ngasih komentar..(NB: di acara itu gak ada sedikitpun nuansa islamnya, dari pakaian, sampai attitudenya).. ck..ck..ck..
lalu, karena mungkin bulan ramadhan, setiap acara2 televisi jadi religius yang dibuktikan dengan kehadiran seorang ustadz atau pemuka agama di sana. dari acara musik2 di siang bolong yang gak jelas juntrungannya, sampe acara sahur yang kadang agak miris ngeliatnya. karena pas acara sahur itu, tuh ustadz baru ngasih komen pas orang2 abis ketawa dan ditambah di acara itu ada banci dan kaum yang berkelamin tak jelas di sana. ya kalau bagi saya sih kehadiran ustadz itu seperti melegalisir secara tidak langsung bahwa banci sah-sah aja kok, padahal dalam islam telah jelas hukumnya.
fiuh.. saya tahu, bahwa saya memang tidak setinggi mereka ilmunya, pengalamannya, statusnya apalagi amalan ibadah, masih jauh banget kayaknya. tetapi setidaknya saya berusaha menjadi muslim yang baik dan mencoba mengisi ramadhan ini sesuai dengan ajaran RasulNya..
'Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih.'(QS Al Baqoroh :174)
5 ramadhan 1430, pukul 00.50
Waktu itu secara tak sengaja saya menonton salah satu stasiun televisi swasta, yang terkenal dengan sinetron-sinetron dubbingnya(yah.. ketauan dah.. hehe). sebenarnya saya orang yang jarang nonton TV tapi entah kenapa saat itu kebetulan ada acara yang menggelitik keingintahuan saya. maka saya tontonlah acara yang keliatannya mengeksploitir kemalangan orang-orang yang belum mempunyai jodoh. sepuluh dua puluh menit saya tonton, kok agak aneh ya?, nampak terlalu di lebih2kan, dan lalu.. loh?? loh?? kok..???
kenapa tiba2 ada ustadz nimbrung di situ?? tau sih, saat itu mau bulan ramadhan, tapi masa iya sampe acara yang aneh bin ajaib ini dibikin religius juga??.. entah ya, saya saat itu belum bisa menarik sebuah benang merah kehadiran ustadz itu di sana, karena mungkin saya sudah keburu illfeel ngeliat tuh ustadz, ya mungkin saja dia mau berdakwah dan lainnya, tapi kok saya ngeliatnya ustadz itu jadi seolah mengafirmasi acara itu ya?? ditambah lagi dia ikutan ngasih komentar..(NB: di acara itu gak ada sedikitpun nuansa islamnya, dari pakaian, sampai attitudenya).. ck..ck..ck..
lalu, karena mungkin bulan ramadhan, setiap acara2 televisi jadi religius yang dibuktikan dengan kehadiran seorang ustadz atau pemuka agama di sana. dari acara musik2 di siang bolong yang gak jelas juntrungannya, sampe acara sahur yang kadang agak miris ngeliatnya. karena pas acara sahur itu, tuh ustadz baru ngasih komen pas orang2 abis ketawa dan ditambah di acara itu ada banci dan kaum yang berkelamin tak jelas di sana. ya kalau bagi saya sih kehadiran ustadz itu seperti melegalisir secara tidak langsung bahwa banci sah-sah aja kok, padahal dalam islam telah jelas hukumnya.
fiuh.. saya tahu, bahwa saya memang tidak setinggi mereka ilmunya, pengalamannya, statusnya apalagi amalan ibadah, masih jauh banget kayaknya. tetapi setidaknya saya berusaha menjadi muslim yang baik dan mencoba mengisi ramadhan ini sesuai dengan ajaran RasulNya..
'Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih.'(QS Al Baqoroh :174)
5 ramadhan 1430, pukul 00.50
Monday, 24 August 2009
Ihwal rektor-rektor sebagai menteri
Banyak selentingan yang mengatakan bahwa penentuan beberapa pimpinan PTN ternama di Indonesia terkait erat dengan deal-deal politis. sehingga suatu ketika penetapan rektor di salah satu institusi pendidikan tinggi ternama di surabaya mengundang tanda tanya karena (kata salah satu koran ternama di daerah itu) tak lagi transparan dan jurdil. Atau mungkin penetapan beberapa pimpinan PTN itu juga terkait dengan sebuah tradisi dan budaya feodal yang meninggikan peran seorang dokter ataupun insinyur sehingga tak heran banyak pimpinan PTN dari beberapa universitas di dominasi dari dua bidang keilmuan itu.
terlepas dari benar atau tidaknya kedua hal itu, saya melihat bahwa posisi sebagai orang yang berada pada pucuk pimpinan tertinggi sebuah universitas sebagai sebuah peluang ataupun batu loncatan untuk karir yang lebih tinggi, contohnya sebagai menteri. Hal ini mungkin tak mutlak, karena setiap perilaku dikembalikan pada si empunya perilaku. apakah dia memang merencanakan grand desain yang terkesan ambisius atau sekedar mengaktualisasikan diri dalam ranah publik yang lebih luas. contohnya, mantan rektor ITS, M. Nuh sebagai menkominfo
sekali lagi, mari kita lihat contoh lainnya. kita tengok pilpres dan pileg yang lalu. coba kita hitung berapa orang petinggi universitas yang ikut bersuara dalam diskusi publik tentang pemilu di televisi?? bahkan beberapa orang diantara mereka didaulat sebagai moderator debat capres cawapres. antara lain, Komarudin hidayat rektor UIN Syarif Hidayatulloh, Anis baswedan rektor Universitas Paramadina, Dekan Fisipol UGM Dr Pratikno. Atau mungkin kalau bisa kita tambahkan, bapak gumilar yang pernah menjadi narasumber di TV One (meski cuma sekali). memang masih banyak petinggi universitas yang tidak sering muncul di depan publik tapi disinyalir akan 'naik pangkat' seperti rektor IPB, ITB dan UNS.
Apakah mereka terlihat ambisius?? saya pikir mungkin saja, karena memang telah banyak selentingan yang mengatakan bahwa beberapa orang dari mereka dicalonkan sebagai salah seorang menteri dalam kabinet. ditambah memang sebagian dari mereka sibuk memperbaiki citra di depan publik. misalkan Anis yang diperkirakan menjadi menteri pendidikan. Meski tak berasal dari PTN, tetapi dengan pengetahuan dan kredibilitasnya sebagai salah satu rektor termuda di Indonesia, mampu mengalihkan perhatian beberapa pengamat pada dirinya. Bahkan sebagian besar publik memberikan nilai positif atas keberhasilannya menjadi moderator debat capres dan cawapres lalu. walaupun tentu saja tradisinya sejak pasca reformasi, mendiknas berasal dari muhammadiyah.
atau mungkin Rektor UI, Prof Gumilar, yang dengan gegap gempitanya membangun UI kembali. Sarana dan pra sarana menjadi fokus perhatian darinya. tak ada yang tak diperbaiki dan direnovasi, dari Perpustakaan termegah di Asia hingga jalur sepeda. Ditambah dengan pencitraan yang baik di depan publik civitas UI dan manajemen konflik yang aduhai (mungkin sebagian mahasiswa UI tahu akan hal ini) membuat dirinya semakin dipandang simpatik oleh sebagian besar masyarakat negeri ini. hingga tak heran ia pernah masuk calon bursa presiden dari kalangan akademisi, luar biasa. Lalu kini kabarnya beliau juga menjadi salah satu pengisi salah satu menteri di kabinet... hmm..hm..
Lalu, intinya?? Perebutan posisi sebagai salah seorang petinggi kabinet nampaknya semakin hangat, karena setiap calon berlomba memperbaiki diri, menunjukkan kinerja dan kualitasnya. Tanpa mengurangi rasa hormat, harapannya adalah setiap langkah menuju batu loncatan selanjutnya, tak lagi membutuhkan batu lainnya untuk melangkah, karena mungkin saja, banyak hal yang dikorbankan untuk menambahkan satu batu itu.
terlepas dari benar atau tidaknya kedua hal itu, saya melihat bahwa posisi sebagai orang yang berada pada pucuk pimpinan tertinggi sebuah universitas sebagai sebuah peluang ataupun batu loncatan untuk karir yang lebih tinggi, contohnya sebagai menteri. Hal ini mungkin tak mutlak, karena setiap perilaku dikembalikan pada si empunya perilaku. apakah dia memang merencanakan grand desain yang terkesan ambisius atau sekedar mengaktualisasikan diri dalam ranah publik yang lebih luas. contohnya, mantan rektor ITS, M. Nuh sebagai menkominfo
sekali lagi, mari kita lihat contoh lainnya. kita tengok pilpres dan pileg yang lalu. coba kita hitung berapa orang petinggi universitas yang ikut bersuara dalam diskusi publik tentang pemilu di televisi?? bahkan beberapa orang diantara mereka didaulat sebagai moderator debat capres cawapres. antara lain, Komarudin hidayat rektor UIN Syarif Hidayatulloh, Anis baswedan rektor Universitas Paramadina, Dekan Fisipol UGM Dr Pratikno. Atau mungkin kalau bisa kita tambahkan, bapak gumilar yang pernah menjadi narasumber di TV One (meski cuma sekali). memang masih banyak petinggi universitas yang tidak sering muncul di depan publik tapi disinyalir akan 'naik pangkat' seperti rektor IPB, ITB dan UNS.
Apakah mereka terlihat ambisius?? saya pikir mungkin saja, karena memang telah banyak selentingan yang mengatakan bahwa beberapa orang dari mereka dicalonkan sebagai salah seorang menteri dalam kabinet. ditambah memang sebagian dari mereka sibuk memperbaiki citra di depan publik. misalkan Anis yang diperkirakan menjadi menteri pendidikan. Meski tak berasal dari PTN, tetapi dengan pengetahuan dan kredibilitasnya sebagai salah satu rektor termuda di Indonesia, mampu mengalihkan perhatian beberapa pengamat pada dirinya. Bahkan sebagian besar publik memberikan nilai positif atas keberhasilannya menjadi moderator debat capres dan cawapres lalu. walaupun tentu saja tradisinya sejak pasca reformasi, mendiknas berasal dari muhammadiyah.
atau mungkin Rektor UI, Prof Gumilar, yang dengan gegap gempitanya membangun UI kembali. Sarana dan pra sarana menjadi fokus perhatian darinya. tak ada yang tak diperbaiki dan direnovasi, dari Perpustakaan termegah di Asia hingga jalur sepeda. Ditambah dengan pencitraan yang baik di depan publik civitas UI dan manajemen konflik yang aduhai (mungkin sebagian mahasiswa UI tahu akan hal ini) membuat dirinya semakin dipandang simpatik oleh sebagian besar masyarakat negeri ini. hingga tak heran ia pernah masuk calon bursa presiden dari kalangan akademisi, luar biasa. Lalu kini kabarnya beliau juga menjadi salah satu pengisi salah satu menteri di kabinet... hmm..hm..
Lalu, intinya?? Perebutan posisi sebagai salah seorang petinggi kabinet nampaknya semakin hangat, karena setiap calon berlomba memperbaiki diri, menunjukkan kinerja dan kualitasnya. Tanpa mengurangi rasa hormat, harapannya adalah setiap langkah menuju batu loncatan selanjutnya, tak lagi membutuhkan batu lainnya untuk melangkah, karena mungkin saja, banyak hal yang dikorbankan untuk menambahkan satu batu itu.
Sunday, 19 July 2009
prolog
Ia berjalan sangat cepat, sembari sesekali melirik ke arah arloji tua pemberian ayahnya. Tak disangka telah 2 tahun sejak tragedi itu, semuanya berubah. Namun secepatnya ia alihkan kenangan itu, dan kembali kepada misi yang harus ia jalankan. 2 jam lagi dan ia tak mau semua ini gagal.
Malam ini sangat dingin, lorong-lorong di kota sepi dari aktivitas penduduk. Nampaknya duduk hangat di depan perapian sangat menggoda hingga tak ada satupun orang yang berpikir tuk keluar rumah. bersyukur karena ini memudahkan dirinya tuk menyelesaikan misi. ah tidak, waktu ternyata sangat cepat berjalan, ia harus memastikan paket ini tiba tepat waktu.
--------------------------
Malam ini sangat dingin, lorong-lorong di kota sepi dari aktivitas penduduk. Nampaknya duduk hangat di depan perapian sangat menggoda hingga tak ada satupun orang yang berpikir tuk keluar rumah. bersyukur karena ini memudahkan dirinya tuk menyelesaikan misi. ah tidak, waktu ternyata sangat cepat berjalan, ia harus memastikan paket ini tiba tepat waktu.
--------------------------
Saturday, 18 July 2009
Bersama Kami atau Melawan Kami
Menyaksikan pidato SBY tentang pemboman di hotel Ritz-Carlton membuat saya terharu. Sejujurnya saya terbawa oleh ekspresi beliau yang bercampur aduk antara sedih, prihatin, sekaligus geram dan mengutuk habis perbuatan pelaku ledakan JW Marriott dan Ritz-Carlton. Ekspresi beliau itulah yang menyentuh afeksi saya dan saya pun sempat melupakan momen besar sebelumnya, yang telah dilalui bangsa ini, pemilu 2009. Tunggu, pemilu pilpres? adakah kaitannya pemboman ini dengan pilpres?? karena saya benar-benar melupakan pilpres ketika kondisi keamanan negara seperti ini.
Pilpres memang telah usai, menurut hasil pilpres sementara SBY-Boediono yang menjadi pemenang. namun, pilpres masih menyisakan berbagai masalah, DPT dan rekapitulasi hasil suara yang menjadi polemik. Kedua masalah itu sebenarnya tak terlalu esensial bagi SBY dalam melanjutkan pemerintahan, toh SBY saat ini telah mengantongi mayoritas suara. Dengan telaknya mengalahkan pasangan lain dengan meraih 60 % suara (berdasarkan hasil quickcount). Secara sekilas SBY telah cukup representatif mewakili keinginan sebagian besar rakyat Indonesia, namun nampaknya ini tak cukup. Untuk membangun pemerintahan yang kuat, semua elemen harus berada di belakang SBY. Untuk itu perlu sebuah momen yang membangkitkan kesadaran nasional kebangsaan. caranya?
Mungkin masih segar di ingatan kita ketika mantan presiden Amerika Serikat George W. Bush memproklamirkan perang terhadap teroris. Semua orang berada di belakangnya, baik yang menentangnya lebih-lebih yang mendukungnya. Ada common enemy yang menjadi ancaman dan setiap diri dari bangsa harus bersatu untuk melawannya. Maka tak heran invasi AS terhadap irak, afghanistan mendapatkan persetujuan dari rakyatnya meskipun di akhir pemerintahannya, rakyat amerika sadar bahwa perang melawan teroris hanyalah kesia-sian belaka.
Begitu pula dengan peristiwa baru-baru ini. Ada upaya membangun kesadaran nasional kebangsaan dari SBY. Dimana SBY bertindak sangat cepat (bertolak belakang dengan kebiasaannya) terhadap pemboman di Ritz Carlton. Ia langsung mengadakan press conference terkait pemboman. Press conference itu juga turut juga menyajikan data dari intelijen negara yang telah mengidentifikasi percobaan pembunuhan SBY sembari menunjukkan foto SBY ditembak dan video latihan menembak foto SBY sebelum terjadinya ledakan. benar-benar menyajikan fakta bahwa ada common enemy yang harus diberantas bersama.
Sebagai warga negara pastinya, termasuk saya akan mendukung pemerintah untuk memberantas terorisme. Dan itu mungkin yang dirasakan oleh sebagian rakyat yang tak lagi peduli terhadap isu pilpres. Yang jadi perhatian mereka sekarang adalah bagaimana membantu presiden dalam menjaga keamanan negara yang ternyata belum seaman yang mereka kira. Sehingga rakyat tak ada lagi yang berseberangan dengan pemerintah. Berada dibelakang pemerintah, dibelakang SBY walau apapun yang terjadi. Mungkin menjadi mirip-mirip dengan slogan partai republik di amerika, 'bersama kami atau melawan kami'..
NB : entah rekayasa entah tidak, sayapun sedikit heran betapa hal ini (pemboman) seolah2 telah diketahui sebelumnya oleh SBY sehingga skenario pidato itu sungguh menguggah.. hehe..
Pilpres memang telah usai, menurut hasil pilpres sementara SBY-Boediono yang menjadi pemenang. namun, pilpres masih menyisakan berbagai masalah, DPT dan rekapitulasi hasil suara yang menjadi polemik. Kedua masalah itu sebenarnya tak terlalu esensial bagi SBY dalam melanjutkan pemerintahan, toh SBY saat ini telah mengantongi mayoritas suara. Dengan telaknya mengalahkan pasangan lain dengan meraih 60 % suara (berdasarkan hasil quickcount). Secara sekilas SBY telah cukup representatif mewakili keinginan sebagian besar rakyat Indonesia, namun nampaknya ini tak cukup. Untuk membangun pemerintahan yang kuat, semua elemen harus berada di belakang SBY. Untuk itu perlu sebuah momen yang membangkitkan kesadaran nasional kebangsaan. caranya?
Mungkin masih segar di ingatan kita ketika mantan presiden Amerika Serikat George W. Bush memproklamirkan perang terhadap teroris. Semua orang berada di belakangnya, baik yang menentangnya lebih-lebih yang mendukungnya. Ada common enemy yang menjadi ancaman dan setiap diri dari bangsa harus bersatu untuk melawannya. Maka tak heran invasi AS terhadap irak, afghanistan mendapatkan persetujuan dari rakyatnya meskipun di akhir pemerintahannya, rakyat amerika sadar bahwa perang melawan teroris hanyalah kesia-sian belaka.
Begitu pula dengan peristiwa baru-baru ini. Ada upaya membangun kesadaran nasional kebangsaan dari SBY. Dimana SBY bertindak sangat cepat (bertolak belakang dengan kebiasaannya) terhadap pemboman di Ritz Carlton. Ia langsung mengadakan press conference terkait pemboman. Press conference itu juga turut juga menyajikan data dari intelijen negara yang telah mengidentifikasi percobaan pembunuhan SBY sembari menunjukkan foto SBY ditembak dan video latihan menembak foto SBY sebelum terjadinya ledakan. benar-benar menyajikan fakta bahwa ada common enemy yang harus diberantas bersama.
Sebagai warga negara pastinya, termasuk saya akan mendukung pemerintah untuk memberantas terorisme. Dan itu mungkin yang dirasakan oleh sebagian rakyat yang tak lagi peduli terhadap isu pilpres. Yang jadi perhatian mereka sekarang adalah bagaimana membantu presiden dalam menjaga keamanan negara yang ternyata belum seaman yang mereka kira. Sehingga rakyat tak ada lagi yang berseberangan dengan pemerintah. Berada dibelakang pemerintah, dibelakang SBY walau apapun yang terjadi. Mungkin menjadi mirip-mirip dengan slogan partai republik di amerika, 'bersama kami atau melawan kami'..
NB : entah rekayasa entah tidak, sayapun sedikit heran betapa hal ini (pemboman) seolah2 telah diketahui sebelumnya oleh SBY sehingga skenario pidato itu sungguh menguggah.. hehe..
Wednesday, 15 July 2009
Kepada Orang tua dan calon orang tua
Entah apa yang dirasakan seorang ibu atau ayah. Ketika buah hatinya pulang dari sekolah dan memberikan secarik kertas ujiannya. Tak ada masalah memang dari nilainya. Nilainya bagus, dan itu sebuah kebanggaan bagi sang orang tua. Betapa gembiranya ayah dan ibu. Akan tetapi betapa mirisnya (mungkin) hati mereka ketika mengetahui bahwa ternyata jawaban dari salah satu soal seperti apa yang terlihat di bawah ini.
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga) (QS: Ali Imran :14)
The pursuit of truth and beauty is a sphere of activity in which we are permitted to remain children all our lives.
- Albert Einstein -
"We are guilty of many errors and many faults but our worst crime is abandoning the children, neglecting the fountain of life. Many of the things we need can wait. The child cannot. Right now is the time his bones are being formed, his blood is being made, and his senses are being developed. To him we cannot answer 'Tomorrow'. His name is 'Today'."
- Gabriela Mistral - Noble Prize Winner 1945
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga) (QS: Ali Imran :14)
The pursuit of truth and beauty is a sphere of activity in which we are permitted to remain children all our lives.
- Albert Einstein -
"We are guilty of many errors and many faults but our worst crime is abandoning the children, neglecting the fountain of life. Many of the things we need can wait. The child cannot. Right now is the time his bones are being formed, his blood is being made, and his senses are being developed. To him we cannot answer 'Tomorrow'. His name is 'Today'."
- Gabriela Mistral - Noble Prize Winner 1945
Wednesday, 8 July 2009
Antara Means dan Goal
Bingung pada negeri ini, antara sarana (means) dan sasaran (goal) sangat rancu. Berlomba memperbaiki sarana, memperindahnya, dan menjadikannya tujuan utama. Padahal goal atau sasaran utamanya bukan itu. Sasarannya ada di suatu tempat yang kini hanya jadi pemanis ketika para capres dan cawapres berkampanye yakni kesejahteraan dan kemakmuran. Sedangkan sarananya adalah sistem yang bernama demokrasi.
Bukti nyata terlihat ketika means tersebut (baca : demokrasi) begitu agungnya di tinggikan. Dipuja dan dijadikan standar oleh sebagian pejabat negeri ini sebagai capaian besar sebuah bangsa yang beradab. Agaknya para pejabat negeri ini telah teracuni oleh propaganda asing (pengusung demokrasi) yang memang bertujuan mengaburkan mata tiap rakyat Indonesia, agar bingung dalam melihat mana yang jadi sasaran dan mana yang jadi sarana. Sehingga tak heran pemilu sebagai sarana yang merupakan pengejawantahan demokrasi tak lagi membawa bangsa ini mencapai tujuan utamanya berupa kemakmuran dan kesejahteraan.
Ongkos pemilu begitu besar, 47 trilyun rupiah dana negara dikucurkan untuk menyelenggarakan pesta demokrasi ini. Sangat berbeda jauh dengan ongkos pemilu 2004 yang hanya (jika dapat dipakai kata hanya) menghabiskan dana 4,4 trilyun rupiah, nyaris mengalami kenaikan 10 kali lipat. Lalu apa yang menyebabkan ongkos pemilu begitu mahal??
Untuk pemilu tahun ini, sistem penetapan caleg bagi anggota DPR dan anggota DPD sangat berbeda. Kalau dulu memakai sistem nomor urut, saat ini memakai sistem suara terbanyak. Yang otomatis berpengaruh pada alat-alat yang akan digunakan untuk menghitung suara dari tiap caleg (tidak lagi suara dari partai), pastinya sistem IT dan segala kelengkapan lain seharusnya lebih baik dari tahun 2004.
Lalu bagaimana hasilnya?? pemilu tahun ini 10 kali lipat lebih buruk dari tahun 2004 yang biayanya 10 kali lebih murah dari tahun 2009. Ini merupakan bukti nyata bahwa kita sebagai bangsa masih bingung dalam menetapkan mana means (sarana) dan mana goal (sasaran). Sibuk membenahi sistem dan sarana berupa pemilu tanpa melakukan evaluasi terhadap hasil pemilu sebelumnya. Yang seharusnya memunculkan pertanyaan "apakah pemilu kemarin (tahun 2004) sudah cukup membawa bangsa ini menjadi makmur dan sejahtera?". Dimana pertanyaan itu tak terjawab tetapi sudah begitu sibuknya membenahi sarana, alat yang hakikatnya bukan suatu yang esensial untuk dibenahi.
Jadi?? Gunakan hak pilih anda sebaik-baiknya karena ongkos yang mahal itu begitu sayang untuk disia-siakan. Walau mungkin hak suara anda belom bisa secara sporadis dijadikan sarana untuk mencapai sasaran bangsa ini, kemakmuran dan kesejahteraan.
Bukti nyata terlihat ketika means tersebut (baca : demokrasi) begitu agungnya di tinggikan. Dipuja dan dijadikan standar oleh sebagian pejabat negeri ini sebagai capaian besar sebuah bangsa yang beradab. Agaknya para pejabat negeri ini telah teracuni oleh propaganda asing (pengusung demokrasi) yang memang bertujuan mengaburkan mata tiap rakyat Indonesia, agar bingung dalam melihat mana yang jadi sasaran dan mana yang jadi sarana. Sehingga tak heran pemilu sebagai sarana yang merupakan pengejawantahan demokrasi tak lagi membawa bangsa ini mencapai tujuan utamanya berupa kemakmuran dan kesejahteraan.
Ongkos pemilu begitu besar, 47 trilyun rupiah dana negara dikucurkan untuk menyelenggarakan pesta demokrasi ini. Sangat berbeda jauh dengan ongkos pemilu 2004 yang hanya (jika dapat dipakai kata hanya) menghabiskan dana 4,4 trilyun rupiah, nyaris mengalami kenaikan 10 kali lipat. Lalu apa yang menyebabkan ongkos pemilu begitu mahal??
Untuk pemilu tahun ini, sistem penetapan caleg bagi anggota DPR dan anggota DPD sangat berbeda. Kalau dulu memakai sistem nomor urut, saat ini memakai sistem suara terbanyak. Yang otomatis berpengaruh pada alat-alat yang akan digunakan untuk menghitung suara dari tiap caleg (tidak lagi suara dari partai), pastinya sistem IT dan segala kelengkapan lain seharusnya lebih baik dari tahun 2004.
Lalu bagaimana hasilnya?? pemilu tahun ini 10 kali lipat lebih buruk dari tahun 2004 yang biayanya 10 kali lebih murah dari tahun 2009. Ini merupakan bukti nyata bahwa kita sebagai bangsa masih bingung dalam menetapkan mana means (sarana) dan mana goal (sasaran). Sibuk membenahi sistem dan sarana berupa pemilu tanpa melakukan evaluasi terhadap hasil pemilu sebelumnya. Yang seharusnya memunculkan pertanyaan "apakah pemilu kemarin (tahun 2004) sudah cukup membawa bangsa ini menjadi makmur dan sejahtera?". Dimana pertanyaan itu tak terjawab tetapi sudah begitu sibuknya membenahi sarana, alat yang hakikatnya bukan suatu yang esensial untuk dibenahi.
Jadi?? Gunakan hak pilih anda sebaik-baiknya karena ongkos yang mahal itu begitu sayang untuk disia-siakan. Walau mungkin hak suara anda belom bisa secara sporadis dijadikan sarana untuk mencapai sasaran bangsa ini, kemakmuran dan kesejahteraan.
Tuesday, 7 July 2009
Rumah sendiri.. welcome back home..
Dunia luar sungguh mengasyikkan, banyak hal baru yang dapat ditemukan. Sangat berbeda jika dibandingkan dengan lingkungan sekitar tempat kita terbiasa melakukan aktivitas. Kadang membosankan, monoton, dan tak ada tantangan. Pantas saja anak kecil nan lugu begitu antusias menapaki dunia barunya. Teman baru, mainan baru, lingkungan baru, dan segala macam hal yang baru. Ia begitu gembira menapaki hari baru di dunia luarnya. Karena disana ada tantangan, aktivitas, dan harapan yang mungkin selama ini ia impikan.
Sayapun menganalogikan diri saya seperti anak kecil itu. Begitu tertarik dengan mainan baru, dan lingkungan baru. Setelah berkelana cukup lama bersama blog ini, sayapun mulai beralih ke lingkungan baru,dunia luar yang disebut facebook. Di sana, di tempat itu, menyajikan beragam hal yang lebih canggih dan sangat interaktif. Wah.. sungguh asyik ternyata lingkungan baru ini.
Tapi semakin lama saya semakin bosan dan jenuh pada dunia baru ini. Tak ada lagi ruang ekspresi tanpa dilindungi simbol privasi. Disana semua serba terbuka dan tak ada lagi yang tidak publik ketahui. Karena terkadang privasi jadi semacam dimensi pelengkap dari ketenangan hati. Walau di blog ini pun saya yakin ruang privasi tak cukup terlindungi dan tidak sepenuhnya saya dapatkan, akan tetapi setidaknya ada space yang jelas antara anda, saya, dan kita.
yup.. akhirnya, saya kembali pulang. merapihkan kembali rumah yang selama ini berdebu tak terurus. InsyaAlloh kembali dihiasi dengan tulisan..
Welcome back home, Rumah sendiri...
Sayapun menganalogikan diri saya seperti anak kecil itu. Begitu tertarik dengan mainan baru, dan lingkungan baru. Setelah berkelana cukup lama bersama blog ini, sayapun mulai beralih ke lingkungan baru,dunia luar yang disebut facebook. Di sana, di tempat itu, menyajikan beragam hal yang lebih canggih dan sangat interaktif. Wah.. sungguh asyik ternyata lingkungan baru ini.
Tapi semakin lama saya semakin bosan dan jenuh pada dunia baru ini. Tak ada lagi ruang ekspresi tanpa dilindungi simbol privasi. Disana semua serba terbuka dan tak ada lagi yang tidak publik ketahui. Karena terkadang privasi jadi semacam dimensi pelengkap dari ketenangan hati. Walau di blog ini pun saya yakin ruang privasi tak cukup terlindungi dan tidak sepenuhnya saya dapatkan, akan tetapi setidaknya ada space yang jelas antara anda, saya, dan kita.
yup.. akhirnya, saya kembali pulang. merapihkan kembali rumah yang selama ini berdebu tak terurus. InsyaAlloh kembali dihiasi dengan tulisan..
Welcome back home, Rumah sendiri...
Friday, 15 May 2009
SBY, Umar Bin Abdul Aziz, dan Amanah kepemimpinan
Umar Bin Abdul Aziz, cucu dari Khulafaurrasyidin Umar Bin Khattab, kala itu sedang berada di kediamannya, menyelesaikan tugasnya sebagai khalifah di hari itu. Hingga suatu ketika anaknya datang menghampiri. Saat itu waktu telah larut dan lentera di ruangan beliau menyala, menyilaukan pandangan mata. belum sempat anaknya mengutarakan maksud kedatangannya, Umar seketika bertanya, " apa yang hendak ananda bicarakan malam hari ini? urusan umatkah atau sekedar urusan pribadi ", anaknya pun menjawab, "urusan keluarga ayahanda". Lalu Umar pun berkata " kalau begitu biarkan ayahmu ini mematikan lentera yang minyaknya dibiayai oleh uang umat, tak pantas kiranya kita memakai fasilitas umat untuk kepentingan pribadi kita "
Sketsa indah dari kehidupan pemimpin besar Islam, begitu Amanahnya walau hanya sekedar urusan sebuah lentera. Profesional kalau memakai Istilah modern saat ini. sangat jauh berbeda dengan pemimpin bangsa yang saat ini memerintah. Tak sekedar memakai sarana negara tapi juga pejabat negara. tidak percaya??mari saya gambarkan sedikit.
SBY tak hanya menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadinya. tetapi bahkan menggunakan pejabat negara untuk kepentingan pribadinya. Bukti paling aktual adalah SBY menggunakan Hatta Radjasa, Menteri Sekretaris Negara, untuk mematangkan koalisi dengan PDI Perjuangan. SBY juga menggunakan Hatta Radjasa untuk melakukan pertemuan dengan sejumlah partai koalisi Demokrat untuk menggodok nama Boediono bahkan mengumumkannya ke publik. SBY juga memfasilitasi pengunaan Wisma Negara (bukan wisma Cikeas) untuk meredam PPP, PAN, PKB dan PKS (tidak hadir) saat membahas nama Boediono yang ditentang oleh partai koalisi.
Sungguh aneh karena Hatta Radjasa secara struktural tidak memiliki garis komando dengan SBY. Hatta adalah anggota MPP PAN dan satu-satunya kemungkinan yang membuat diantara mereka terdapat garis komando adalah jabatan struktural mereka saat ini di pemerintahan. SBY sebagai presiden dan Hatta sebagai Mensesneg. Tapi yang terjadi kini, Hatta yang dibiayai oleh negara sebagai mensesneg melakukan lobi-lobi politik dan mengatasnamakan aktivitasnya sebagai instruksi 'bapak presiden' di dalam konferensi pers yang kemaren digelar.
duh..duh..
Kapan negeri ini keluar dari krisis bila pemimpinnya saja sudah gagal dalam memberikan tauladan yang baik.
-tegaryangbukankaderpkspanpkbgerindraataubahkanpdip-
Sketsa indah dari kehidupan pemimpin besar Islam, begitu Amanahnya walau hanya sekedar urusan sebuah lentera. Profesional kalau memakai Istilah modern saat ini. sangat jauh berbeda dengan pemimpin bangsa yang saat ini memerintah. Tak sekedar memakai sarana negara tapi juga pejabat negara. tidak percaya??mari saya gambarkan sedikit.
SBY tak hanya menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadinya. tetapi bahkan menggunakan pejabat negara untuk kepentingan pribadinya. Bukti paling aktual adalah SBY menggunakan Hatta Radjasa, Menteri Sekretaris Negara, untuk mematangkan koalisi dengan PDI Perjuangan. SBY juga menggunakan Hatta Radjasa untuk melakukan pertemuan dengan sejumlah partai koalisi Demokrat untuk menggodok nama Boediono bahkan mengumumkannya ke publik. SBY juga memfasilitasi pengunaan Wisma Negara (bukan wisma Cikeas) untuk meredam PPP, PAN, PKB dan PKS (tidak hadir) saat membahas nama Boediono yang ditentang oleh partai koalisi.
Sungguh aneh karena Hatta Radjasa secara struktural tidak memiliki garis komando dengan SBY. Hatta adalah anggota MPP PAN dan satu-satunya kemungkinan yang membuat diantara mereka terdapat garis komando adalah jabatan struktural mereka saat ini di pemerintahan. SBY sebagai presiden dan Hatta sebagai Mensesneg. Tapi yang terjadi kini, Hatta yang dibiayai oleh negara sebagai mensesneg melakukan lobi-lobi politik dan mengatasnamakan aktivitasnya sebagai instruksi 'bapak presiden' di dalam konferensi pers yang kemaren digelar.
duh..duh..
Kapan negeri ini keluar dari krisis bila pemimpinnya saja sudah gagal dalam memberikan tauladan yang baik.
-tegaryangbukankaderpkspanpkbgerindraataubahkanpdip-
Wednesday, 13 May 2009
Keanehan Iklan Demokrat
Ada yang aneh dengan Iklan Fox Indonesia yang membawa-bawa nama Partai Demokrat. Satu halaman full di kompas halaman 11 hari senin tanggal 12 mei kemarin.
klo cerdas pasti bisa melihat keanehan dari iklan itu.
terlihat sekali betapa lihai permainan statistik yang mumpuni dari SBY dan Timnya. Walaupun cenderung licik.
sorry klo gambarnya kekecilan, mungkin klo mau bisa di save terus di zoom.
klo cerdas pasti bisa melihat keanehan dari iklan itu.
terlihat sekali betapa lihai permainan statistik yang mumpuni dari SBY dan Timnya. Walaupun cenderung licik.
sorry klo gambarnya kekecilan, mungkin klo mau bisa di save terus di zoom.
Tuesday, 12 May 2009
Birokrasi Indonesia
Majalah Economist baru-baru ini melansir beberapa rangking negara-negara di dunia. Ada berbagai macam kategori, dari negara dengan kualitas hidup terendah dan tertinggi, negara dengan alokasi riset terbesar(Indonesia gak masuk daftar ini) hingga negara dengan perizinan investasi (baca : Birokrasi) tersulit. Untuk hal ini (birokrasi), Indonesia benar-benar bermasalah.
Butuh 151 hari untuk mengurus sebuah perusahaan baru di Indonesia. Sedikit lebih baik dari Haiti (203 hari), Laos (198 hari), Congo (155 hari), Mozambique (153 hari) dan Brazil (152 hari). Itupun masih lebih buruk dari Angola (146 hari). Tentu saja, lamanya proses birokrasi untuk mendaftarkan perusahaan adalah salah satu faktor penyebab tidak kompetitifnya sebuah negara dan enggannya investor menanamkan modal.
Fakta ini sedikit banyak merepresentasikan aktivitas birokrasi di Indonesia sehari-hari dan tak terbatas pada birokrasi dalam hal investasi saja. Karena saya mengalami sendiri beberapa pekan ini. Ketika saya mengurus perizinan penelitian di sebuah Instansi pemerintah di Jakarta.
Awalnya sempat berpikir untuk main belakang alias mencari link agar masalah perizinan cepat selesai. Tapi apa daya, saya tak punya link kesana. Akhirnya daripada membuang waktu, saya coba untuk mengurus sendiri tanpa 'bantuan' orang dalam. Toh saya berpikir mungkin takkan lama, kan cuma masalah penelitan. Tahap awal seperti biasa saya datang ke bagian tata usaha dan menanyakan prosedur mengurus perizinan. Mereka mengatakan bahwa saya harus membawa surat izin penelitian dari fakultas. Saya sudah mengira akan diminta surat izin dari fakultas dan saya memang sudah menyiapkannya sedari awal. Saya pun memberikan surat itu pada mereka dan mereka bilang, "mas tunggu seminggu lagi ya, besok tanya nomor ini lewat telepon ke nomor ini apakah suratnya sudah turun atau belom". Maka tanpa banyak tanya saya hanya menaati saja perintah mereka.
Seminggu kemudian saya telpon ke nomor yang diberikan dan mereka bilang "oh iya mas, suratnya udah turun, mas silahkan datang ke sini", lalu saya pun langsung meluncur ke instansi tersebut berharap masalah perizinan telah selesai. tapi ternyata dugaan saya salah, "mas, selanjutnya bikin surat ke Dir Intelkam ya mas, selain ke dirlantas, mas juga harus ngasih surat izin ke sana. sekarang mas kasih surat ini dulu ke dir intelkam " .. agh.. sial, kenapa gak dari kemaren dibilangnya, jadi gak usah ribet kayak gini. sembari kesal saya ambil surat izin dari dirlantas untuk diberikan ke dir intelkam.
keesokan harinya saya ke kampus, mengurus perizinan surat untuk dirintelkam, dan seperti yang sudah kita tau, mengurus surat itu paling cepat 3-4 hari, dan akhirnya saya menunggu lagi 3-4 hari ke depan. setelah 4 hari berlalu, saya ambil surat dari fakultas untuk diberikan ke dir intelkam. saat sampai ke dir Intelkam, sayapun mendapatkan kata-kata yang nyaris sama ketika saya di dirlantas, "mas tunggu seminggu lagi ya, besok tanya nomor ini lewat telepon ke nomor ini apakah suratnya sudah turun atau belom" , agh.. tidak.. seminggu lagi?? , tapi saya mencoba berpikir positif, dengan ini mungkin saya bisa menyiapkan segala halnya dengan lebih matang. Maka saya pun menerimanya dengan lapang dada.. fiuh..
seminggu kemudian, saya telpn ke nomor yang diberikan dan mereka pun berkata, " mas coba besok datang untuk diwawancara oleh Pak X, dari sana kami baru memberikan rekomendasi pada dirlantas". Okeh, saya pun datang esok hari untuk wawancara. wawancaranya berlangsung lancar dan cenderung menyenangkan, karena saya senang melihat wajah kebingungan dari bapak X ketika saya menjelaskan teori-teori psikologi sosial seperti Social Identity Theory, SOcial DOminance Theory, Group favoritism dan sebagainya. :D
Setelah wawancara, saya pun diberitahukan untuk menunggu seminggu lagi untuk kabar selanjutnya mengenai rekomendasi Dir Intelkam kepada Dir Lantas, apakah mereka menyetujui atau tidak terhadap penelitian saya. yah.. seminggu lagi, seperti biasa...
seminggu kemudian (tepatnya hari ini), saya pun bertanya via telpon mengenai surat perizinan saya, dan ternyata mereka bilang " suratnya sudah kami kirim ke bagian Dir Intelkam, mungkin baru sampai besok".. OMG, lelucon apa lagi ini, hey bung, Dir Lantas dan Dir INtel hanya berjarak 50 meter, dan tak sampai satu hari untuk berjalan diantara keduanya. kenapa gak hari itu juga??? maunya apa sih nih??,namun mau bagaimana lagi, saya hanya warga negara biasa, dan harus taat dengan birokrasi yang ada. Yang akhirnya saya pun Ikhlas menanti hari esok, tentang kelanjutan perizinan penelitian saya..
berarti lebih kurang tiga minggu saya mengurus perizinan saja..
Birokrasi..birokrasi..
Butuh 151 hari untuk mengurus sebuah perusahaan baru di Indonesia. Sedikit lebih baik dari Haiti (203 hari), Laos (198 hari), Congo (155 hari), Mozambique (153 hari) dan Brazil (152 hari). Itupun masih lebih buruk dari Angola (146 hari). Tentu saja, lamanya proses birokrasi untuk mendaftarkan perusahaan adalah salah satu faktor penyebab tidak kompetitifnya sebuah negara dan enggannya investor menanamkan modal.
Fakta ini sedikit banyak merepresentasikan aktivitas birokrasi di Indonesia sehari-hari dan tak terbatas pada birokrasi dalam hal investasi saja. Karena saya mengalami sendiri beberapa pekan ini. Ketika saya mengurus perizinan penelitian di sebuah Instansi pemerintah di Jakarta.
Awalnya sempat berpikir untuk main belakang alias mencari link agar masalah perizinan cepat selesai. Tapi apa daya, saya tak punya link kesana. Akhirnya daripada membuang waktu, saya coba untuk mengurus sendiri tanpa 'bantuan' orang dalam. Toh saya berpikir mungkin takkan lama, kan cuma masalah penelitan. Tahap awal seperti biasa saya datang ke bagian tata usaha dan menanyakan prosedur mengurus perizinan. Mereka mengatakan bahwa saya harus membawa surat izin penelitian dari fakultas. Saya sudah mengira akan diminta surat izin dari fakultas dan saya memang sudah menyiapkannya sedari awal. Saya pun memberikan surat itu pada mereka dan mereka bilang, "mas tunggu seminggu lagi ya, besok tanya nomor ini lewat telepon ke nomor ini apakah suratnya sudah turun atau belom". Maka tanpa banyak tanya saya hanya menaati saja perintah mereka.
Seminggu kemudian saya telpon ke nomor yang diberikan dan mereka bilang "oh iya mas, suratnya udah turun, mas silahkan datang ke sini", lalu saya pun langsung meluncur ke instansi tersebut berharap masalah perizinan telah selesai. tapi ternyata dugaan saya salah, "mas, selanjutnya bikin surat ke Dir Intelkam ya mas, selain ke dirlantas, mas juga harus ngasih surat izin ke sana. sekarang mas kasih surat ini dulu ke dir intelkam " .. agh.. sial, kenapa gak dari kemaren dibilangnya, jadi gak usah ribet kayak gini. sembari kesal saya ambil surat izin dari dirlantas untuk diberikan ke dir intelkam.
keesokan harinya saya ke kampus, mengurus perizinan surat untuk dirintelkam, dan seperti yang sudah kita tau, mengurus surat itu paling cepat 3-4 hari, dan akhirnya saya menunggu lagi 3-4 hari ke depan. setelah 4 hari berlalu, saya ambil surat dari fakultas untuk diberikan ke dir intelkam. saat sampai ke dir Intelkam, sayapun mendapatkan kata-kata yang nyaris sama ketika saya di dirlantas, "mas tunggu seminggu lagi ya, besok tanya nomor ini lewat telepon ke nomor ini apakah suratnya sudah turun atau belom" , agh.. tidak.. seminggu lagi?? , tapi saya mencoba berpikir positif, dengan ini mungkin saya bisa menyiapkan segala halnya dengan lebih matang. Maka saya pun menerimanya dengan lapang dada.. fiuh..
seminggu kemudian, saya telpn ke nomor yang diberikan dan mereka pun berkata, " mas coba besok datang untuk diwawancara oleh Pak X, dari sana kami baru memberikan rekomendasi pada dirlantas". Okeh, saya pun datang esok hari untuk wawancara. wawancaranya berlangsung lancar dan cenderung menyenangkan, karena saya senang melihat wajah kebingungan dari bapak X ketika saya menjelaskan teori-teori psikologi sosial seperti Social Identity Theory, SOcial DOminance Theory, Group favoritism dan sebagainya. :D
Setelah wawancara, saya pun diberitahukan untuk menunggu seminggu lagi untuk kabar selanjutnya mengenai rekomendasi Dir Intelkam kepada Dir Lantas, apakah mereka menyetujui atau tidak terhadap penelitian saya. yah.. seminggu lagi, seperti biasa...
seminggu kemudian (tepatnya hari ini), saya pun bertanya via telpon mengenai surat perizinan saya, dan ternyata mereka bilang " suratnya sudah kami kirim ke bagian Dir Intelkam, mungkin baru sampai besok".. OMG, lelucon apa lagi ini, hey bung, Dir Lantas dan Dir INtel hanya berjarak 50 meter, dan tak sampai satu hari untuk berjalan diantara keduanya. kenapa gak hari itu juga??? maunya apa sih nih??,namun mau bagaimana lagi, saya hanya warga negara biasa, dan harus taat dengan birokrasi yang ada. Yang akhirnya saya pun Ikhlas menanti hari esok, tentang kelanjutan perizinan penelitian saya..
berarti lebih kurang tiga minggu saya mengurus perizinan saja..
Birokrasi..birokrasi..
Saturday, 2 May 2009
Korupsi, KPK, dan Antasari
beberapa bulan terakhir, KPK memang menjalankan tugasnya secara brilian. Bahkan isu pemberantasan korupsi yang hebat oleh KPK dijadikan SBY sebagai alat kampanyenya. Berkat KPK, banyak kasus2 korupsi yang terbongkar dan membuat koruptor ketar-ketir. Tentunya hal ini membuat gerah beberapa pihak yang sedikit banyak bersinggungan dengan koruptor merasa terancam. Hingga tak heran bila KPK menjadi semacam public enemy dari para koruptor dan antek-anteknya. Padahal jika ditelisik lebih jauh, di awal kepemimpinan KPK yang baru, KPK dipandang sinis dapat bekerja se-profesional dulu. Karena berdasarkan track record-nya, Antasari Azhar tak begitu baik.
Antasari dinilai memiliki track record buruk dalam upaya pemberantasan korupsi. Dia bahkan dituding terlibat berbagai kasus judicial corruption selama menjabat sebagai jaksa. Kekayaan Antasari yang mencapai Rp 3,5 miliar dan 35.000 dolar AS juga dinilai tidak wajar sebagai pegawai negeri. Oleh karenanya, sangat beralasan mengapa banyak pihak yang meragukan KPK dibawah kepemimpinan Antasari.
Tapi itu tinggal keraguan, karena baru empat bulan dilantik, KPK berhasil mengungkap kasus-kasus korupsi besar. Kasus korupsi BLBI yang selama ini sulit dijamah. Kini, telah berhasil diungkap oleh KPK. Arthalita suryani yang terjerat kasus BLBI berhasil ditangkap dan juga ikut terseret jaksa Urip tri gunawan yang menerima suap 610.000 dolar AS. KPK juga berhasil mengacak-acak Bank Indonesia (BI). Mantan Gubernur BI Burhanudin abdullah, Direktur hukum BI Oey hoey tiang dan mantan Kepala biro BI Surabaya Rusli simanjuntak terjerat kasus korupsi penggunaan dana YPPI sebesar Rp 100 milyar. Kasus korupsi lain yang ada di BI terus diungkap. Anggota DPR RI dari partai Golkar Hamka yandhu ikut terjerat. Hamka yandhu menerima aliran dana haram dari BI sebesar RP 31,5 milyar.
KPK terus membongkar kasus korupsi di lembaga legislatif. Anggota DPR Al amin nasution berhasil diseret KPK ke pengadilan dalam kasus menerima dana ilegal untuk alih fungsi hutan lindung di daerah Bintan Kepulauan Riau. KPK tidak hanya membongkar kasus korupsi di DPR dan BI saja. KPK berhasil membongkar kasus korupsi di tubuh POLRI. Mantan Kapolri Rusdiharjo berhasil dijerat KPK dalam kasus pungli pada pengurusan dokumen keimigrasian sebesar Rp 15 milyar.
Masih banyak yang belum terungkap dan KPK terus berjalan menjerat para koruptor. Namun, ditengah meroketnya kinerja KPK, Antasari Azhar tersandung kasus pembunuhan direktur BUMN nasrudin. Antasari disinyalir terlibat dalam penembakan nasrudin karena beredar kabar bahwa Antasari sempat mengirimkan SMS bernada ancaman kepada nasrudin beberapa hari sebelum terjadinya penembakan. Selain itu keterkaitan nasrudin dan Antasari dengan seorang wanita yang katanya sama-sama dicintai oleh keduanya menambah dugaan-dugaan terhadap kasus pembunuhan ini.
Menariknya adalah status Antasari yang berbeda antara Polisi dan kejaksaan. Dalam press conferencenya Kejaksaan menyatakan pencekalan terhadap Antasari dan menyatakan Antasari sebagai tersangka. Padahal dalam surat yang dilayangkan oleh polisi sebagai penyidik, di situ jelas tertulis bahwa Antasari hanya dipanggil sebagai saksi. perbedaan ini menyiratkan tanda tanya. Apa yang sebenarnya terjadi. Seperti ada kecenderungan dari pihak kejaksaan untuk meneror dan memberikan citra negatif pada Antasari. Karena sama-sama kita ketahui sedari dulu kejaksaan memang tidak terlalu setuju akan sebuah lembaga bernama KPK yang dinilai mengkerdilkan fungsi kejaksaan dalam penyidikan kasus korupsi.
hal ini dapat kita jadikan gambaran betapa besar tekanan-tekanan yang dilayangkan berbagai pihak terhadap KPK, yang merasa terancam akan sepak terjang KPK selama ini. Tidak hanya tuduhan keterlibatan Antasari dalam pembunuhan tetapi juga kecenderungan Kejaksaan untuk memojokkan KPK. Begitulah jalan perjuangan, tak lepas dari beragam tekanan dan cobaan. dan Indonesia masih menapaki jalan panjang untuk memberangus Korupsi hingga ke akar-akarnya.
Untuk Indonesia, bukan Untuk KPK ataupun Antasari
Antasari dinilai memiliki track record buruk dalam upaya pemberantasan korupsi. Dia bahkan dituding terlibat berbagai kasus judicial corruption selama menjabat sebagai jaksa. Kekayaan Antasari yang mencapai Rp 3,5 miliar dan 35.000 dolar AS juga dinilai tidak wajar sebagai pegawai negeri. Oleh karenanya, sangat beralasan mengapa banyak pihak yang meragukan KPK dibawah kepemimpinan Antasari.
Tapi itu tinggal keraguan, karena baru empat bulan dilantik, KPK berhasil mengungkap kasus-kasus korupsi besar. Kasus korupsi BLBI yang selama ini sulit dijamah. Kini, telah berhasil diungkap oleh KPK. Arthalita suryani yang terjerat kasus BLBI berhasil ditangkap dan juga ikut terseret jaksa Urip tri gunawan yang menerima suap 610.000 dolar AS. KPK juga berhasil mengacak-acak Bank Indonesia (BI). Mantan Gubernur BI Burhanudin abdullah, Direktur hukum BI Oey hoey tiang dan mantan Kepala biro BI Surabaya Rusli simanjuntak terjerat kasus korupsi penggunaan dana YPPI sebesar Rp 100 milyar. Kasus korupsi lain yang ada di BI terus diungkap. Anggota DPR RI dari partai Golkar Hamka yandhu ikut terjerat. Hamka yandhu menerima aliran dana haram dari BI sebesar RP 31,5 milyar.
KPK terus membongkar kasus korupsi di lembaga legislatif. Anggota DPR Al amin nasution berhasil diseret KPK ke pengadilan dalam kasus menerima dana ilegal untuk alih fungsi hutan lindung di daerah Bintan Kepulauan Riau. KPK tidak hanya membongkar kasus korupsi di DPR dan BI saja. KPK berhasil membongkar kasus korupsi di tubuh POLRI. Mantan Kapolri Rusdiharjo berhasil dijerat KPK dalam kasus pungli pada pengurusan dokumen keimigrasian sebesar Rp 15 milyar.
Masih banyak yang belum terungkap dan KPK terus berjalan menjerat para koruptor. Namun, ditengah meroketnya kinerja KPK, Antasari Azhar tersandung kasus pembunuhan direktur BUMN nasrudin. Antasari disinyalir terlibat dalam penembakan nasrudin karena beredar kabar bahwa Antasari sempat mengirimkan SMS bernada ancaman kepada nasrudin beberapa hari sebelum terjadinya penembakan. Selain itu keterkaitan nasrudin dan Antasari dengan seorang wanita yang katanya sama-sama dicintai oleh keduanya menambah dugaan-dugaan terhadap kasus pembunuhan ini.
Menariknya adalah status Antasari yang berbeda antara Polisi dan kejaksaan. Dalam press conferencenya Kejaksaan menyatakan pencekalan terhadap Antasari dan menyatakan Antasari sebagai tersangka. Padahal dalam surat yang dilayangkan oleh polisi sebagai penyidik, di situ jelas tertulis bahwa Antasari hanya dipanggil sebagai saksi. perbedaan ini menyiratkan tanda tanya. Apa yang sebenarnya terjadi. Seperti ada kecenderungan dari pihak kejaksaan untuk meneror dan memberikan citra negatif pada Antasari. Karena sama-sama kita ketahui sedari dulu kejaksaan memang tidak terlalu setuju akan sebuah lembaga bernama KPK yang dinilai mengkerdilkan fungsi kejaksaan dalam penyidikan kasus korupsi.
hal ini dapat kita jadikan gambaran betapa besar tekanan-tekanan yang dilayangkan berbagai pihak terhadap KPK, yang merasa terancam akan sepak terjang KPK selama ini. Tidak hanya tuduhan keterlibatan Antasari dalam pembunuhan tetapi juga kecenderungan Kejaksaan untuk memojokkan KPK. Begitulah jalan perjuangan, tak lepas dari beragam tekanan dan cobaan. dan Indonesia masih menapaki jalan panjang untuk memberangus Korupsi hingga ke akar-akarnya.
Untuk Indonesia, bukan Untuk KPK ataupun Antasari
Koalisi Besar dan Multi Branded Strategy
Mungkin tadinya kita tak pernah membayangkan apa jadinya ketika 4 parpol yang lolos PT (parliament threshold), PDIP, Golkar, Gerindra, dan Hanura, menjajaki kemungkinan koalisi. Pasalnya 4 parpol ini masing-masing mengusung calon presiden yang berbeda. PDIP dengan Megawati-nya, Golkar dengan JK-nya, Gerindra dengan Prabowo-nya dan Hanura dengan Wiranto-nya. Karena kita tahu bahwa Capres dan cawapres hanya satu pasang maka sulit menerka bagaimana kompromi dan lobi-lobi politik agar masing-masing pihak puas terhadap hasil koalisi yang mungkin saja tidak menempatkan salah satu diantara mereka sebagai capres.
Sebelum kita sempat menerka kemungkinan yang terjadi, ternyata kemarin siang (jumat 1 Mei) telah terjadi kesepakatan diantara keempat parpol tersebut. Kesepakatan yang terwujud dalam sebuah brand yang bernama koalisi besar. Penjajakan yang selama ini dilakukan ternyata membuahkan hasil. Keempat parpol ini sepakat menjalin koalisi. Namun tidak dalam konteks pencapresan namun dalam konteks parlemen.
Nampaknya itu yang dituangkan dalam kesepakatan butir-butir koalisi yang disetujui oleh masing-masing parpol dalam koalisi besar. Mereka sepakat menjalin koalisi ketika nanti di parlemen. Yang merupakan satu-satunya jalan ketika masing-masing parpol bersikeras untuk mencalonkan kadernya sebagai capres dan cawapres. Karena dirasa mereka sudah sepaham akan pemerintahan yang kuat, maka sayang sekali bila kesepahaman ini tidak dilanjutkan hanya karena masing-masing pihak bersikukuh atas pendapatnya. Agaknya bagi saya ini merupakan sebuah manuver yang tak lain cukup berbahaya bagi SBY sebagai capres yang selama ini diunggulkan.
Manuver yang dilakukan koalisi besar serupa dengan konsep marketing tentang multi branded strategy. dimana pemasar mengeksploitasi sejumlah merek yang masing-masing punya nama sendiri. Contohnya bisa kita temukan pada anak perusahaan Unilever internasional yang memproduksi es krim. Di masing-masing negara perusahaan mereka biasanya dinamai berbeda-beda, tapi logo sebagian besar perusahaan serupa (misalnya, Wall’s di Asia, Ola di Belanda, Langnese di Jerman, dan Eskimo di Austria dan Hungaria). Hal ini biasanya dilakukan perusahaan-perusahaan besar untuk menjangkau pasar dan melihat kemungkinan target pasar yang belum tergarap. Sehingga nantinya dapat dilihat kalkulasi dari kemungkinan sebuah perusahaan dalam mengembangkan produk-produk yang lebih bermutu.
Kembali ke konteks multi branded strategy dari koalisi besar. Mereka yang tergabung dalam koalisi besar diibaratkan sebagai sebuah perusahaan besar. Target pasar mereka adalah rakyat Indonesia yang ingin memilih produk yang disimbolkan sebagai presiden dan wakil presiden. Mari kita beranggapan bahwa koalisi besar belum mempunyai gambaran siapa capres dan cawapres yang memiliki elektabilitas tinggi. Oleh karena itu mereka mengeluarkan dua merek produk yang dapat dipilih oleh rakyat yakni dua pasang capres dan cawapres. Dengan asumsi dua dari empat capres dalam koalisi besar berbesar hati menjadi cawapres. sehingga nantinya akan ada tiga pasang capres dan cawapres yang akan bertarung dalam pilpres, dengan SBY sebagai capres ketiga.
Sekarang anggaplah salah satu pasangan capres dan cawapres dari koalisi besar kalah bertarung dalam pilpres oleh SBY. Tentunya akan ada putaran kedua bila suara SBY tidak melebih 50 persen. Di dalam putaran kedua ini tentu saja salah satu pasangan dari koalisi besar yang kalah dalam putaran pertama akan mendukung calon yang berhasil masuk dalam putaran kedua. Dengan membawa serta massa yang telah memilih mereka, mereka mengkampanyekan capres dari koalisi besar yang tetap bertahan. Hal ini sebuah keuntungan bagi capres yang bertahan karena ia telah mendapatkan gambaran dan kalkulasi suara untuk menghadapai pilpres putaran kedua. Walaupun belum menjadi jaminan bila massa salah satu capres yang gagal akan memilih capres dari koalisi besar dalam putaran kedua nanti.
Teori ini sebagian telah terbukti saat JK merangkul Wiranto sebagai cawapres. Sisanya ditentukan saat Megawati benar-benar menggandeng Prabowo sebagai cawapres. Saat kedua pasang capres dan cawapres ini benar-benar maju dalam pilpres nanti maka ini merupakan sinyal yang harus ditangkap SBY untuk menyiapkan strategi meredam kepungan Koalisi besar. Karena bila tidak, semboyan "lanjutkan.. !" hanya terhenti sebagai sebuah slogan.
Sebelum kita sempat menerka kemungkinan yang terjadi, ternyata kemarin siang (jumat 1 Mei) telah terjadi kesepakatan diantara keempat parpol tersebut. Kesepakatan yang terwujud dalam sebuah brand yang bernama koalisi besar. Penjajakan yang selama ini dilakukan ternyata membuahkan hasil. Keempat parpol ini sepakat menjalin koalisi. Namun tidak dalam konteks pencapresan namun dalam konteks parlemen.
Nampaknya itu yang dituangkan dalam kesepakatan butir-butir koalisi yang disetujui oleh masing-masing parpol dalam koalisi besar. Mereka sepakat menjalin koalisi ketika nanti di parlemen. Yang merupakan satu-satunya jalan ketika masing-masing parpol bersikeras untuk mencalonkan kadernya sebagai capres dan cawapres. Karena dirasa mereka sudah sepaham akan pemerintahan yang kuat, maka sayang sekali bila kesepahaman ini tidak dilanjutkan hanya karena masing-masing pihak bersikukuh atas pendapatnya. Agaknya bagi saya ini merupakan sebuah manuver yang tak lain cukup berbahaya bagi SBY sebagai capres yang selama ini diunggulkan.
Manuver yang dilakukan koalisi besar serupa dengan konsep marketing tentang multi branded strategy. dimana pemasar mengeksploitasi sejumlah merek yang masing-masing punya nama sendiri. Contohnya bisa kita temukan pada anak perusahaan Unilever internasional yang memproduksi es krim. Di masing-masing negara perusahaan mereka biasanya dinamai berbeda-beda, tapi logo sebagian besar perusahaan serupa (misalnya, Wall’s di Asia, Ola di Belanda, Langnese di Jerman, dan Eskimo di Austria dan Hungaria). Hal ini biasanya dilakukan perusahaan-perusahaan besar untuk menjangkau pasar dan melihat kemungkinan target pasar yang belum tergarap. Sehingga nantinya dapat dilihat kalkulasi dari kemungkinan sebuah perusahaan dalam mengembangkan produk-produk yang lebih bermutu.
Kembali ke konteks multi branded strategy dari koalisi besar. Mereka yang tergabung dalam koalisi besar diibaratkan sebagai sebuah perusahaan besar. Target pasar mereka adalah rakyat Indonesia yang ingin memilih produk yang disimbolkan sebagai presiden dan wakil presiden. Mari kita beranggapan bahwa koalisi besar belum mempunyai gambaran siapa capres dan cawapres yang memiliki elektabilitas tinggi. Oleh karena itu mereka mengeluarkan dua merek produk yang dapat dipilih oleh rakyat yakni dua pasang capres dan cawapres. Dengan asumsi dua dari empat capres dalam koalisi besar berbesar hati menjadi cawapres. sehingga nantinya akan ada tiga pasang capres dan cawapres yang akan bertarung dalam pilpres, dengan SBY sebagai capres ketiga.
Sekarang anggaplah salah satu pasangan capres dan cawapres dari koalisi besar kalah bertarung dalam pilpres oleh SBY. Tentunya akan ada putaran kedua bila suara SBY tidak melebih 50 persen. Di dalam putaran kedua ini tentu saja salah satu pasangan dari koalisi besar yang kalah dalam putaran pertama akan mendukung calon yang berhasil masuk dalam putaran kedua. Dengan membawa serta massa yang telah memilih mereka, mereka mengkampanyekan capres dari koalisi besar yang tetap bertahan. Hal ini sebuah keuntungan bagi capres yang bertahan karena ia telah mendapatkan gambaran dan kalkulasi suara untuk menghadapai pilpres putaran kedua. Walaupun belum menjadi jaminan bila massa salah satu capres yang gagal akan memilih capres dari koalisi besar dalam putaran kedua nanti.
Teori ini sebagian telah terbukti saat JK merangkul Wiranto sebagai cawapres. Sisanya ditentukan saat Megawati benar-benar menggandeng Prabowo sebagai cawapres. Saat kedua pasang capres dan cawapres ini benar-benar maju dalam pilpres nanti maka ini merupakan sinyal yang harus ditangkap SBY untuk menyiapkan strategi meredam kepungan Koalisi besar. Karena bila tidak, semboyan "lanjutkan.. !" hanya terhenti sebagai sebuah slogan.
Friday, 1 May 2009
Diskusi atau Debat ? Perbincangan antara Ikhwah salafi dengan saya.
No Offense, sekedar menshare hasil diskusi saya dengan salah seorang ikhwah salafi di status facebook.
Malam hari, niatnya untuk beristirahat setelah seharian beraktivitas, malah membuat saya bergelut dalam dialektika dengan saudara saya dari ikhwah salafi. Saya berdiskusi dengannya via status salah seorang ikhwah salafi. dalam statusnya itu beliau memberitahukan bahwa mentaati pemimpin adalah sesuatu yang wajib, walaupun mungkin pemimpin itu dzolim.
ini dalilnya (dalam status itu)
"“Seburuk-buruk penguasa kalian adalah yang kalian benci dan mereka pun membenci kalian, kalian mencaci mereka dan mereka pun mencaci kalian.” Lalu dikatakan kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, bolehkah kami memerangi mereka dengan pedang (memberontak)?” Beliau bersabda: “Jangan, selama mereka masih mendirikan shalat di tengah-tengah kalian. Dan ...jika kalian melihat mereka mengerjakan perbuatan yang tidak kalian sukai, maka bencilah perbuatannya dan jangan mencabut/meninggalkan ketaatan (darinya).”
(HR. Muslim, dari shahabat ‘Auf bin Malik, 3/1481, no. 1855)"
selain hadits itu sebenarnya masih banyak lagi dalilnya dan saya tidak bisa menuliskan saking banyaknya. saya tak bermasalah dengan haditsnya, saya hanya tersentil dengan dua komentarnya.
Pertama:
"Hanya menanggapi komen berdasarkan dalil shohih Alquran dan sunnah..(begitulah intinya kira2 karena ternyata komen ini udah diapus oleh beliau)"
Kedua:
ITULAH GAMBARAN DALIL TENTANG PENGUASA
Oleh sebab itu jika kita disuruh mengerjakan sesuatu maka segeralah kita katakan dan tanyakanlah kepada orang itu:
“Mana dalilnya"?? Jika itu merupakan ayat al-qur... Read More’an, coba terangkan kepadaku bagaimana shahabat memahaminya! Jika itu merupakan hadits, apakah derajatnya Shohih, Dhoif atau Maudhu?? apakah para shahabat nabi Ridwanullohu ‘alaihi Ajmaiin Melakukan itu?? karena jika itu baik, pasti mereka telah mengamalkan hal tersebut, tapi jika tidak pernah, maka katakanlah “Perbuatan ibadah itu adalah Bid’ah! Sedikit melakukan Sunnah lebih baik daripada banyak melakukan Bid’ah. Demi Allah, amalan kita akan tertolak jika kita melakukan amalan ibadah sesuatu (walaupun itu baik menurut pikiran kita) tapi tanpa petunjuk Nabi, bukan hanya itu, kita telah membuat-buat syari’at baru, untuk menandingi syari’at yang dibawa dan dituntunkan oleh rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam.
dan inilah sedikit perbincangan dalam status ikhwah itu.
saya: akh, secara sederhana, berdasarkan pemaparan di atas, berarti kita harus mentaati pemimpin dan tidak memberontak?
berarti salah satu cara menaatinya dengan ikut pemilu kah?
sekedar bertanya saja
---beberapa menit komen saya gak dijawab dan akhirnya saya komen lagi--
saya : oh ya, ane gak pake dalil, maka pertanyaan ane gak dijawab.
baiklah..
nampaknya metode konvensional satu arah masih populer di kalangan ikhwah salafi
dan akhirnya beliau(yang punya status) komen juga tapi sayang malah ngasih link, gak dijawab secara langsung.
Abu daud : @ Tegar: http://muslim.or.id/manhaj-salaf/fatwa-syaikh-abdul-malik-bin-ahmad-ramadhani-tentang-pemilu.html
http://muslim.or.id/manhaj-salaf/syuura-vs-demokrasi-1.html
http://muslim.or.id/manhaj-salaf/syuura-vs-demokrasi-2.html
terus ada yang ikutan komen.
Abu Fudhail :
wa iyyakum ya akhi,
ana sangat khawatir kalau ilmu kita ini, salah kita gunakan, sebelum itu terjadi maka terus ingin ana beritahu kepada saudara-saudara kita yang mendapatkan ilmu untuk tidak terburu-buru dalam mendakwahkan ilmunya, pahami dan amalkan.
janganlah hawa nafsu menggerogoti pikiran kita, sehingga kita tidak berpikir jernih, sehingga menyalahgunakan ilmu untuk hal-hal yang bathil... Read More
janganlah habiskan waktu kita untuk meladeni mereka-mereka pecinta debat, beritahu al-haq, kemudian serahkan semua kepada Allah. masih banyak orang yang membutuhkan kebenaran, kepada merekalah yang berhak untuk kita luangkan waktu kita.
camkan juga, ahlus-sunnah membenci perdebatan, sedangkan ahlul-bid'ah menyukainya. jikalau kita terjebak ranjau mereka, segeralah keluar, yang hanya akan membuat kita sama dengan mereka.
terus saya tanya lagi.
saya : jawabannya tidak menjawab akhi(Abu Daud), tidak ada keterangan secara jelas apakah boleh ikut pemilu atau tidak.
kalau boleh, paradoks dengan sistem syariah,
kalau tidak, paradoks dengan pemaparan antum di atas.
@Abu Fudhail : sekedar bertanya,bagaimana cara kita mendakwahi mereka yang melakukan bidah itu? karena dari tulisan antum tersirat bahwa orang bidah tak usah di dekati dan harus dijauhi, tidak usah ditemani..
masih adakah mekanisme dakwah pada mereka? sedangkan pada orang kafir saja ada?
Terus Abu Fudhail komen lagi
Abu Fudhail :
ana tidak menyukai perdebatan, dan hanya akan tertarik jika diajak diskusi untuk MENCARI KEBENARAN, jika diajak diskusi agar ana ikut pemahaman diluar pemahaman salaf, afwan, ana tidak tertarik.
manhaj salaf adalah 'itiqod yang haq sedangkan manhaj bid'ah adalah suatu keragu-raguan.
jika ingin mencari yang haq, maka datangilah yang haq dengan hati yang ikhlas dan keinginan untuk mendapatkannya, bukan dengan membawa kebathilan untuk dicampurkan kedalam yang haq untuk mengadu hujjah dengan lawan bicara.
itulah beda diskusi dengan debat!
Terus saya tanya lagi karena ingin meng-clear kan jawabannya.
saya : @abu fudhail : terima kasih, ane telah mendapatkan jawabannya walaupun secara implisit.
tak ada mekanisme dakwah secara langsung dari ikhwah salaf terhadap ahlul bidah..biarkan mereka tersesat hingga mereka sadar sendiri dan mendatangi dakwah itu secara ikhlas.
Lalu beliau komen lagi.
Abu Fudhail : @tegar:
bacalah komentar ana diatas dan janganlah menyimpulkan sendiri.
"janganlah habiskan waktu kita untuk meladeni mereka-mereka pecinta debat, BERITAHU AL-HAQ, kemudian serahkan semua kepada Allah. masih banyak orang yang membutuhkan kebenaran, kepada merekalah yang berhak untuk kita luangkan waktu kita."..
artinya, kebenaran harus disampaikan ketika melihat kemungkaran, dan tujuan disampaikannya kebenaran adalah untuk menegakkan hujjah, membuat ia tahu mana yang benar mana yang salah, dan dia paham dengan itu. DAN bukan membuat orang itu mengikuti kebenaran.
jika kita mendapati orang yang tidak mau ikut dan sombong dalam menerima kebenaran, maka tidak akan kita habiskan waktu kita dengannya, kita telah menegakkan al-haq, Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Ia kehendaki.
Sedikit emosi karena berbelit-belit, akhirnya saya komen lagi
saya : @abu fudhail :
mau gimana lagi akhi..ane kan gak dapet jawaban dari ente? gimana donk?
makanya akh, jawab yang lugas dan eksplisit, ane cuma mau tau jawabannya aja. sedangkan ente berbelit2..
dan akhirnya beliau mengakhiri diskusi, dan saya juga malas menanggapi lagi
Abu Fudhail :
Semoga Allah memberi ana, antum dan para pembaca lainnya petunjuk, dengan menganugerahkan ketulusan dan keikhlasan dalam hati serta melunakkan hati kita untuk tidak sombong dalam menerima petunjuk, mendahulukan Allah dan Rasul-Nya dan tidak menuhankan akal dan hawa nafsu. Amiiin ya rabb!
Assalamu 'alaikum warohmatullohi wabarokatuh!
Dan intinya, saya belum dapat jawaban.
Malam hari, niatnya untuk beristirahat setelah seharian beraktivitas, malah membuat saya bergelut dalam dialektika dengan saudara saya dari ikhwah salafi. Saya berdiskusi dengannya via status salah seorang ikhwah salafi. dalam statusnya itu beliau memberitahukan bahwa mentaati pemimpin adalah sesuatu yang wajib, walaupun mungkin pemimpin itu dzolim.
ini dalilnya (dalam status itu)
"“Seburuk-buruk penguasa kalian adalah yang kalian benci dan mereka pun membenci kalian, kalian mencaci mereka dan mereka pun mencaci kalian.” Lalu dikatakan kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, bolehkah kami memerangi mereka dengan pedang (memberontak)?” Beliau bersabda: “Jangan, selama mereka masih mendirikan shalat di tengah-tengah kalian. Dan ...jika kalian melihat mereka mengerjakan perbuatan yang tidak kalian sukai, maka bencilah perbuatannya dan jangan mencabut/meninggalkan ketaatan (darinya).”
(HR. Muslim, dari shahabat ‘Auf bin Malik, 3/1481, no. 1855)"
selain hadits itu sebenarnya masih banyak lagi dalilnya dan saya tidak bisa menuliskan saking banyaknya. saya tak bermasalah dengan haditsnya, saya hanya tersentil dengan dua komentarnya.
Pertama:
"Hanya menanggapi komen berdasarkan dalil shohih Alquran dan sunnah..(begitulah intinya kira2 karena ternyata komen ini udah diapus oleh beliau)"
Kedua:
ITULAH GAMBARAN DALIL TENTANG PENGUASA
Oleh sebab itu jika kita disuruh mengerjakan sesuatu maka segeralah kita katakan dan tanyakanlah kepada orang itu:
“Mana dalilnya"?? Jika itu merupakan ayat al-qur... Read More’an, coba terangkan kepadaku bagaimana shahabat memahaminya! Jika itu merupakan hadits, apakah derajatnya Shohih, Dhoif atau Maudhu?? apakah para shahabat nabi Ridwanullohu ‘alaihi Ajmaiin Melakukan itu?? karena jika itu baik, pasti mereka telah mengamalkan hal tersebut, tapi jika tidak pernah, maka katakanlah “Perbuatan ibadah itu adalah Bid’ah! Sedikit melakukan Sunnah lebih baik daripada banyak melakukan Bid’ah. Demi Allah, amalan kita akan tertolak jika kita melakukan amalan ibadah sesuatu (walaupun itu baik menurut pikiran kita) tapi tanpa petunjuk Nabi, bukan hanya itu, kita telah membuat-buat syari’at baru, untuk menandingi syari’at yang dibawa dan dituntunkan oleh rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam.
dan inilah sedikit perbincangan dalam status ikhwah itu.
saya: akh, secara sederhana, berdasarkan pemaparan di atas, berarti kita harus mentaati pemimpin dan tidak memberontak?
berarti salah satu cara menaatinya dengan ikut pemilu kah?
sekedar bertanya saja
---beberapa menit komen saya gak dijawab dan akhirnya saya komen lagi--
saya : oh ya, ane gak pake dalil, maka pertanyaan ane gak dijawab.
baiklah..
nampaknya metode konvensional satu arah masih populer di kalangan ikhwah salafi
dan akhirnya beliau(yang punya status) komen juga tapi sayang malah ngasih link, gak dijawab secara langsung.
Abu daud : @ Tegar: http://muslim.or.id/manhaj-salaf/fatwa-syaikh-abdul-malik-bin-ahmad-ramadhani-tentang-pemilu.html
http://muslim.or.id/manhaj-salaf/syuura-vs-demokrasi-1.html
http://muslim.or.id/manhaj-salaf/syuura-vs-demokrasi-2.html
terus ada yang ikutan komen.
Abu Fudhail :
wa iyyakum ya akhi,
ana sangat khawatir kalau ilmu kita ini, salah kita gunakan, sebelum itu terjadi maka terus ingin ana beritahu kepada saudara-saudara kita yang mendapatkan ilmu untuk tidak terburu-buru dalam mendakwahkan ilmunya, pahami dan amalkan.
janganlah hawa nafsu menggerogoti pikiran kita, sehingga kita tidak berpikir jernih, sehingga menyalahgunakan ilmu untuk hal-hal yang bathil... Read More
janganlah habiskan waktu kita untuk meladeni mereka-mereka pecinta debat, beritahu al-haq, kemudian serahkan semua kepada Allah. masih banyak orang yang membutuhkan kebenaran, kepada merekalah yang berhak untuk kita luangkan waktu kita.
camkan juga, ahlus-sunnah membenci perdebatan, sedangkan ahlul-bid'ah menyukainya. jikalau kita terjebak ranjau mereka, segeralah keluar, yang hanya akan membuat kita sama dengan mereka.
terus saya tanya lagi.
saya : jawabannya tidak menjawab akhi(Abu Daud), tidak ada keterangan secara jelas apakah boleh ikut pemilu atau tidak.
kalau boleh, paradoks dengan sistem syariah,
kalau tidak, paradoks dengan pemaparan antum di atas.
@Abu Fudhail : sekedar bertanya,bagaimana cara kita mendakwahi mereka yang melakukan bidah itu? karena dari tulisan antum tersirat bahwa orang bidah tak usah di dekati dan harus dijauhi, tidak usah ditemani..
masih adakah mekanisme dakwah pada mereka? sedangkan pada orang kafir saja ada?
Terus Abu Fudhail komen lagi
Abu Fudhail :
ana tidak menyukai perdebatan, dan hanya akan tertarik jika diajak diskusi untuk MENCARI KEBENARAN, jika diajak diskusi agar ana ikut pemahaman diluar pemahaman salaf, afwan, ana tidak tertarik.
manhaj salaf adalah 'itiqod yang haq sedangkan manhaj bid'ah adalah suatu keragu-raguan.
jika ingin mencari yang haq, maka datangilah yang haq dengan hati yang ikhlas dan keinginan untuk mendapatkannya, bukan dengan membawa kebathilan untuk dicampurkan kedalam yang haq untuk mengadu hujjah dengan lawan bicara.
itulah beda diskusi dengan debat!
Terus saya tanya lagi karena ingin meng-clear kan jawabannya.
saya : @abu fudhail : terima kasih, ane telah mendapatkan jawabannya walaupun secara implisit.
tak ada mekanisme dakwah secara langsung dari ikhwah salaf terhadap ahlul bidah..biarkan mereka tersesat hingga mereka sadar sendiri dan mendatangi dakwah itu secara ikhlas.
Lalu beliau komen lagi.
Abu Fudhail : @tegar:
bacalah komentar ana diatas dan janganlah menyimpulkan sendiri.
"janganlah habiskan waktu kita untuk meladeni mereka-mereka pecinta debat, BERITAHU AL-HAQ, kemudian serahkan semua kepada Allah. masih banyak orang yang membutuhkan kebenaran, kepada merekalah yang berhak untuk kita luangkan waktu kita."..
artinya, kebenaran harus disampaikan ketika melihat kemungkaran, dan tujuan disampaikannya kebenaran adalah untuk menegakkan hujjah, membuat ia tahu mana yang benar mana yang salah, dan dia paham dengan itu. DAN bukan membuat orang itu mengikuti kebenaran.
jika kita mendapati orang yang tidak mau ikut dan sombong dalam menerima kebenaran, maka tidak akan kita habiskan waktu kita dengannya, kita telah menegakkan al-haq, Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Ia kehendaki.
Sedikit emosi karena berbelit-belit, akhirnya saya komen lagi
saya : @abu fudhail :
mau gimana lagi akhi..ane kan gak dapet jawaban dari ente? gimana donk?
makanya akh, jawab yang lugas dan eksplisit, ane cuma mau tau jawabannya aja. sedangkan ente berbelit2..
dan akhirnya beliau mengakhiri diskusi, dan saya juga malas menanggapi lagi
Abu Fudhail :
Semoga Allah memberi ana, antum dan para pembaca lainnya petunjuk, dengan menganugerahkan ketulusan dan keikhlasan dalam hati serta melunakkan hati kita untuk tidak sombong dalam menerima petunjuk, mendahulukan Allah dan Rasul-Nya dan tidak menuhankan akal dan hawa nafsu. Amiiin ya rabb!
Assalamu 'alaikum warohmatullohi wabarokatuh!
Dan intinya, saya belum dapat jawaban.
Subscribe to:
Posts (Atom)