Saturday, 19 December 2009

Sebungkus tisu itu..(2)

"eh hujan nya udah berhenti nih, tisunya buat kamu aja.. aku lagi buru-buru, senang ngobrol sama kamu, kali lain ketemu lagi ya"
"tu.. tunggu.."
Ia pun berlalu sebelum sempat ku bertanya siapa namanya. Kini ku hanya bisa menatap bis kuning yang membawanya pergi. Di halte ini terkenang diskusi kami beberapa menit yang lalu, apalagi kalau bukan tentang ospek. Berbagai pengalaman heboh di hari pertama meluncur deras darinya, dengan ekspresif ia bercerita tentang mahasiswa baru yang dihukum karena telat datang, kakak2 senior yang galak, berbagai atraksi lembaga kemahasiswaan, dan berbagai kemeriahan hari ini. Mendengarkan ia bercerita membuatku tergelak dan tersenyum, tak kusangka ada perempuan seceria ini sebelumnya. Ia pun sempat bercerita tentang keinginannya bergabung dengan sebuah organisasi rohis di kampus ini.
"aku ingin bergabung dengan Salam UI, aku ingin menjadi lebih baik, setidaknya
lebih baik dibandingkan di SMA"
terlihat kesungguhan di wajahnya. Terselip senyum getir di wajahku mendengar penuturannya. Berbeda dengannya, aku ingin menghiasi kehidupan kampus dengan lebih berwarna.

Telah cukup bagiku pendidikan agama 6 tahun lamanya. Pesantren membuatku jengah. SPMB Juli lalu memberikan jalan keluar bagiku. Tak sia sia usahaku meyakinkan kedua orang tua agar mengizinkan ku melanjutkan studi di luar ilmu agama. Ibuku sempat ragu dengan keputusanku ini, akupun membujuk ayah untuk meyakinkan ibu bahwa semuanya akan baik-baik saja. Usahaku kembali berhasil, kepercayaan ayah meluluhkan hati ibu. Sangat terpaksa nampaknya, mereka membolehkanku meninggalkan fokus studiku di ilmu agama. Dan akhirnya tibalah hari yang kutunggu-tunggu,Agustus 2005, pengumuman SPMB ku sambut dengan wajah berseri, kuberikan koran hari itu pada mereka berdua, dimana namaku tercantum sebagai calon mahasiswa di salah satu kampus terbaik di negeri ini.
Segera terbayang kehidupan kampus yang lebih meriah.

Berbeda dengan ku, ia begitu antusias mendalami ilmu agama, menjadi lebih baik menurutnya. Kesungguhannya membuatku sedikit malu, aku yang ingin menjauhkan diri dari ilmu agama dihadapkan dengan sesosok wanita muslimah yang menggebu mendalami ilmu Agama. Ditambah, wanita itu berbeda dengan sosok wanita yang selama ini kupahami. Ia meletup-letup, semangat, dan penuh keceriaan, setiap tutur katanya adalah refleksi kebahagiaan. Sangat jauh dari apa yang selama ini kubayangkan tentang sosok wanita kebanyakan.Di halte ini ku berjumpa dengannya diiringi deras hujan dan aroma tanah yang menyejukkan. Tanpa tahu nama, fakultas, dan siapa gerangan dirinya, Ia bagai angin semilir, datang dan pergi tanpa jejak namun menyisakan nyaman di hati. Entah kapan kami dapat bertemu kembali, sulit bagiku menemukannya diantara beratus mahasiswa di kampus ini. Perasaan kecewa sempat hinggap, namun seketika sirna ketika kulihat sebungkus tisu di tanganku. Tuhan telah memainkan perannya, tak ada satupun yang luput dari skenarionya, dan kuyakin pertemuanku dengannya hari ini adalah satu dari sekian banyak skenario indah dariNya. Di halte ini aku akan menunggu.

**

"Hei.. Assalamualaikum.. lama tak bersua, betah amat di halte, dari dulu di sini aja??.. hehe.."
"waalaikumsalam.. kayaknya halte lebih enak dari kost-kostan saya.. akses serba cepat, kemana-mana gampang.. hehe.."
Aku membalas ledekannya yang tiba-tiba datang di hadapanku. Halte yang ramai dan gaduh berubah singkat menjadi alunan merdu di telingaku. Berbalut jilbab putih dan pakaian berwarna krem ia datang membawa beberapa buku dan tas ransel yang tersandang di punggungnya.
"Ngeliat bawaan kamu bikin saya pegel.. banyak amat bukunya.."
" iya nih, dosen saya gak bersahabat dengan mahasiswa baru, belum 3 minggu, udah banyak tugas aja.. huh.."
Lirih ucapannya menyadarkan ku bahwa tidak terasa sudah 3 minggu aku kuliah di kampus ini. Dan telah 3 minggu pula tiap harinya ku menyempatkan diri datang ke halte ini, sekedar mengundi keberuntungan untuk bertemu dengannya. Padahal fakultas ku jauh dari halte ini. Berkali-kali mencoba, ternyata nihil, ia tak kujumpai lagi. Dan baru hari ini, keberuntungan serasa di pihakku. Aneh, tak pernah sebelumnya ku jadi seperti ini, ada yang berubah dariku
"eh bis ku udah dateng tuh, kamu mau disini dulu? aku duluan ya, kapan2 kita ketemu lagi.. kita ketemu di halte ini aja, oke? wassalamualaikum.. "
"waalaikumsalam.." jawabku lirih. Belum sempat ku bertanya namanya, ia kembali pergi. Tapi setidaknya, aku tahu, penantian ku esok hari tidak akan sia-sia. Ia akan kembali ke halte ini.

***bersambung

2 comments:

  1. Wah tegar.. Slamat datang kembali di mp =) prikitiuw! kosan jauh,dikukel ya? huhu..dari kukel ke halte aja udah jauh.. *Ni cerita fiksi,atw trinspirasi dr kisah nyata? =p

    ReplyDelete