Pria paruh baya itu menyisir rambutnya yang membelah ke samping, dengan sisir kecilnya ia merapihkan rambut yang terkena air sehabis mengambil air wudhu. Terlihat kilauan cahaya dari tetes air yang jatuh demi satu dari rambutnya yang tersisir. Ia tersenyum padaku sembari memberikan jabat tangan hangat. ".. ayo silahkan, saya yang qomat" belum sempat berkata sepatah pun, ia langsung mengumandangkan iqomah. Dan akupun mau tak mau menjadi imam di penghujung hari.
Sehabis mengucapkan salam yang kedua, ia pun menjabat tanganku kembali untuk kedua kalinya. ba'da dzikir dan doa, akupun melirik jam tanganku, ah ternyata sudah jam 8.00 malam, tak terasa waktu berlalu. Akupun mengalihkan pandang kembali kepada sosok pria paruh baya yang sholat bersamaku ini. Dari raut wajahnya, umurnya mungkin sekitar 40-50 tahun-an. Dan dari penampilannya, kemungkinan ia pegawai baru, sama sepertiku yang belum mendapatkan seragam, tapi mungkin berbeda divisi, sepertinya ia dari desk training (red.divisi=desk). Ia pun memecah keheningan dari lamunanku.
"assalamualaikum, saya agus, mas di BSM juga ya?? " aku jawab " iya pak saya di bsm juga, nama saya tegar, bapak juga di bsm kan?" ia hanya menganggukan kepala. "sudah lama di bsm pak?", " sama lah kayak mas ini, sama2 pegawai baru, kita kan sama-sama belum dapat seragam..haha..saya jadi pelaksana di bagian operasional training" wow..ia sepertinya dapat membaca pikiranku, suasana pun seketika menjadi cair dengan riuh rendah tawanya. Dan sejak itu percakapan panjang penuh hikmah pun dimulai.
Ternyata ia tinggal di bekasi, walaupun sedikit lebih dekat ke jakarta timur, ia tinggal di jatibening. Ia bercerita bahwa ia mengenal beberapa orang di divisi human capital, dan ia pun menyebutkan beberapa nama. Sepanjang lorong menuju lift ia terus bercerita dengan sesekali menerima sapaan dan salam dari beberapa orang yang berpapasan bersama kami. Aku sedikit bingung, nampaknya setiap orang kenal dengannya, padahal statusnya sama2 pegawai baru seperti ku.
"dulu saya pernah mengerjakan proyek training dengan beberapa orang BSM, waktu itu bapak hanawijaya dan pak yuslam masih jadi kabag.. haha.. gak nyangka sekarang mereka udah jadi direktur.. waktu itu saya masih di tazkia, saya sama-sama mendirikan tazkia bersama pak antonio (panggilan untuk syafii antonio pakar ekonomi islam), tapi sayang sekarang udah dijual" hm.. beberapa penjelasannya ini nampak memberikan jawaban mengapa ia cukup dikenal di BSM, dan nampaknya ia bukan orang sembarangan.
Pintu lift terbuka, dan kamipun keluar menuju tempat absensi elektronik. di sepanjang perjalanan ia bercerita tentang kondisi bangsa ini yang sudah semakin semrawut, dan penuh dengan kebusukan. "ah.. omong kosong itu kalau PPATK tidak tau kemana aliran dana century mengalir. Mereka takut kena getahnya, saya yakin banyak pejabat terlibat dalam aliran dana itu.." dengan mata berapi-api ia bercerita, sembari sesekali melirik ke arahku seolah berkata "hei, negeri ini nanti menjadi tanggung jawabmu, masa depannya tergantung bagaimana kamu berjuang saat ini".. aku pun berpaling dari pandangannya, fiuh.. iya pak, saya sadari itu, tapi beban ini terasa berat sekali.
Setelah absen, kami masih sesekali berpapasan dengan beberapa orang. Kali ini tak sekedar berpapasan, salah seorang yang menyapa pak agus seolah menunjukkan wajah keheranan dan berucap " loh?? pak Agus sekarang di BSM toh??" dengan tersenyum ia hanya menjawab. aku pun semakin penasaran dengan sosok pak agus ini.
Sepanjang jalan thamrin mulai sepi, hanya beberapa pengendara saja yang masih berlalu lalang, tak sampai lima menit, kendaraan yang kami tunggu pun datang, kebetulan pak agus satu jurusan kendaraan denganku, hingga akhirnya ia bisa kembali bercerita. "tadi itu namanya pak fauzi, salah satu kadiv di BSM, hehe.. gak nyangka dia masih kenal dengan saya, padahal udah bertahun-tahun lalu saya ketemu dia, dulu waktu dia masih jadi dirut bank ifi" akupun termenung, mencoba menebak siapa sebenarnya pak agus dulu. Sepertinya ia menangkap wajah keherananku dan kembali berucap "saya mencoba sedapat mungkin menghindar dari orang-orang di sini (baca: bsm), bukannya malu atau minder, tapi terkadang beberapa orang tidak dapat menerima kondisi saya sekarang ini yang jadi pegawai biasa. padahal bagi saya, apapun pekerjaannya sama saja, tapi yang penting bagaimana ininya " sembari menunjukkan jarinya ke arah dada.
"hidup itu harus terus berjalan gar, dan terkadang kita berada di atas dan kadang kita berada di bawah. Dulunya saya gak menyangka kalau beberapa rumah, mobil, dan harta yang saya peroleh ini bisa hilang begitu saja. Semuanya habis untuk biaya rumah sakit sejak saya kecelakaan 5 tahun lalu. Saya sempat koma 3 hari, kaki saya, dan tangan patah. butuh pemulihan 3 tahun untuk saya kembali normal berjalan" sembari tersenyum ia bercerita seolah semuanya hanya kejadian biasa saja. "dulu saya dirut di salah satu bank, saya gak usah nyebut lah bank nya apa.. hehe.. tapi yang jelas saya bekerja bukan untuk kebanggaan dan pandangan orang. Semuanya untuk keluarga dan tanggung jawab kepada Tuhan yang masih memberi saya hidup."
Dan sepanjang perjalanan, akupun terdiam.
*terima kasih pak agus atas kesempatan berharganya, saya tidak akan pernah lupa pertemuan itu..
wah..kek sinetron aja kak..
ReplyDeletekerreen..
Hehe...iya kayak sinetron gitu..
ReplyDeleteTapi saya izin share ya kak tegar..hehe^^
glitter-graphics.com
eh.. bukan agus martowardoyo kan gar? :D
ReplyDelete