Wednesday 8 July 2009

Antara Means dan Goal

Bingung pada negeri ini, antara sarana (means) dan sasaran (goal) sangat rancu. Berlomba memperbaiki sarana, memperindahnya, dan menjadikannya tujuan utama. Padahal goal atau sasaran utamanya bukan itu. Sasarannya ada di suatu tempat yang kini hanya jadi pemanis ketika para capres dan cawapres berkampanye yakni kesejahteraan dan kemakmuran. Sedangkan sarananya adalah sistem yang bernama demokrasi.

Bukti nyata terlihat ketika means tersebut (baca : demokrasi) begitu agungnya di tinggikan. Dipuja dan dijadikan standar oleh sebagian pejabat negeri ini sebagai capaian besar sebuah bangsa yang beradab. Agaknya para pejabat negeri ini telah teracuni oleh propaganda asing (pengusung demokrasi) yang memang bertujuan mengaburkan mata tiap rakyat Indonesia, agar bingung dalam melihat mana yang jadi sasaran dan mana yang jadi sarana. Sehingga tak heran pemilu sebagai sarana yang merupakan pengejawantahan demokrasi tak lagi membawa bangsa ini mencapai tujuan utamanya berupa kemakmuran dan kesejahteraan.

Ongkos pemilu begitu besar, 47 trilyun rupiah dana negara dikucurkan untuk menyelenggarakan pesta demokrasi ini. Sangat berbeda jauh dengan ongkos pemilu 2004 yang hanya (jika dapat dipakai kata hanya) menghabiskan dana 4,4 trilyun rupiah, nyaris mengalami kenaikan 10 kali lipat. Lalu apa yang menyebabkan ongkos pemilu begitu mahal??

Untuk pemilu tahun ini, sistem penetapan caleg bagi anggota DPR dan anggota DPD sangat berbeda. Kalau dulu memakai sistem nomor urut, saat ini memakai sistem suara terbanyak. Yang otomatis berpengaruh pada alat-alat yang akan digunakan untuk menghitung suara dari tiap caleg (tidak lagi suara dari partai), pastinya sistem IT dan segala kelengkapan lain seharusnya lebih baik dari tahun 2004.

Lalu bagaimana hasilnya?? pemilu tahun ini 10 kali lipat lebih buruk dari tahun 2004 yang biayanya 10 kali lebih murah dari tahun 2009. Ini merupakan bukti nyata bahwa kita sebagai bangsa masih bingung dalam menetapkan mana means (sarana) dan mana goal (sasaran). Sibuk membenahi sistem dan sarana berupa pemilu tanpa melakukan evaluasi terhadap hasil pemilu sebelumnya. Yang seharusnya memunculkan pertanyaan "apakah pemilu kemarin (tahun 2004) sudah cukup membawa bangsa ini menjadi makmur dan sejahtera?". Dimana pertanyaan itu tak terjawab tetapi sudah begitu sibuknya membenahi sarana, alat yang hakikatnya bukan suatu yang esensial untuk dibenahi.

Jadi?? Gunakan hak pilih anda sebaik-baiknya karena ongkos yang mahal itu begitu sayang untuk disia-siakan. Walau mungkin hak suara anda belom bisa secara sporadis dijadikan sarana untuk mencapai sasaran bangsa ini, kemakmuran dan kesejahteraan.

8 comments:

  1. Ada seorang teman yg berkata, daripada uang capres n caleg dihambur2kan untuk sosialisasi (spanduk,iklan di media,dsb), mendingan uangnya dibagi2kan ke rakyat miskin. Kalau dihitung2 1 orang bisa mendapat 50 ribu rupiah bahkan lebih. Menurut nt gmn gar?

    ReplyDelete
  2. gak gitu juga sih, kita juga harus sadar klo negara ini masih make sistem demokrasi, yang berarti ongkosnya pun gak murah. yang jadi permasalahan adalah sarana demokrasi yaitu pemilu yang benar2 seharusnya jadi sarana mencapai sasaran malah hampir gak pernah di evaluasi, sekonyong-konyong nyelenggarain pemilu pake sistem baru, yang ngeluarin ongkos lebih mahal. sibuk membenahi demokrasi dan segala printilannya tapi belom ngecek apakah sistem yang kemaren sudah cukup baik dan berhasil mencapai sasaran?? aneh deh.. sarana kok dijadikan sasaran.. fiuh.. *menghela nafas

    ReplyDelete
  3. tapi masak menggunakan hak pilih cuma karena sayang ongkos yang sudah dikeluarkan untuk penyelenggaraan pemilu? menurutku rada ngga tepat sih, toh golput atau tidak, ngga bisa mengembalikan duit trilyunan itu, jadi, andai aku orang yang golput, ga bakal "kemakan" dengan paragraf terakhir, hehe

    nice post anyway, hoho

    ReplyDelete
  4. haha.. tergantung siapa yang baca..itu kan bentuk simple nya, orang Indonesia males mikir yang abstrak dan visioner, lebih butuh dan bisa menangkap bentuk yang kongkret daripada yang abstrak2..
    ya bentuknya itu, daripada sayang udah ngeluarin duit puluhan trilyun terus gak dipake, mendingan nyontreng aja..

    ReplyDelete
  5. Nt kyk politisi gar. Jawabannya gak tegas antara iya n nggak.. :)

    ReplyDelete
  6. makasih banyak atas pujiannya kak.. hehe.. :p

    ReplyDelete
  7. Sip. Ditunggu kontribusinya untuk me-revolusi negeri ini.. :)

    ReplyDelete
  8. berarti aku ini termasuk orang yang visioner, tidak seperti orang indonesia kebanyakan, heheh
    *menyimpulkan seenaknya*

    ReplyDelete