Friday, 1 May 2009

Diskusi atau Debat ? Perbincangan antara Ikhwah salafi dengan saya.

No Offense, sekedar menshare hasil diskusi saya dengan salah seorang ikhwah salafi di status facebook.

Malam hari, niatnya untuk beristirahat setelah seharian beraktivitas, malah membuat saya bergelut dalam dialektika dengan saudara saya dari ikhwah salafi. Saya berdiskusi dengannya via status salah seorang ikhwah salafi. dalam statusnya itu beliau memberitahukan bahwa mentaati pemimpin adalah sesuatu yang wajib, walaupun mungkin pemimpin itu dzolim.
ini dalilnya (dalam status itu)

"“Seburuk-buruk penguasa kalian adalah yang kalian benci dan mereka pun membenci kalian, kalian mencaci mereka dan mereka pun mencaci kalian.” Lalu dikatakan kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, bolehkah kami memerangi mereka dengan pedang (memberontak)?” Beliau bersabda: “Jangan, selama mereka masih mendirikan shalat di tengah-tengah kalian. Dan ...jika kalian melihat mereka mengerjakan perbuatan yang tidak kalian sukai, maka bencilah perbuatannya dan jangan mencabut/meninggalkan ketaatan (darinya).”

(HR. Muslim, dari shahabat ‘Auf bin Malik, 3/1481, no. 1855)"

selain hadits itu sebenarnya masih banyak lagi dalilnya dan saya tidak bisa menuliskan saking banyaknya. saya tak bermasalah dengan haditsnya, saya hanya tersentil dengan dua komentarnya.

Pertama:
"Hanya menanggapi komen berdasarkan dalil shohih Alquran dan sunnah..(begitulah intinya kira2 karena ternyata komen ini udah diapus oleh beliau)"

Kedua:
ITULAH GAMBARAN DALIL TENTANG PENGUASA

Oleh sebab itu jika kita disuruh mengerjakan sesuatu maka segeralah kita katakan dan tanyakanlah kepada orang itu:

“Mana dalilnya"?? Jika itu merupakan ayat al-qur... Read More’an, coba terangkan kepadaku bagaimana shahabat memahaminya! Jika itu merupakan hadits, apakah derajatnya Shohih, Dhoif atau Maudhu?? apakah para shahabat nabi Ridwanullohu ‘alaihi Ajmaiin Melakukan itu?? karena jika itu baik, pasti mereka telah mengamalkan hal tersebut, tapi jika tidak pernah, maka katakanlah “Perbuatan ibadah itu adalah Bid’ah! Sedikit melakukan Sunnah lebih baik daripada banyak melakukan Bid’ah. Demi Allah, amalan kita akan tertolak jika kita melakukan amalan ibadah sesuatu (walaupun itu baik menurut pikiran kita) tapi tanpa petunjuk Nabi, bukan hanya itu, kita telah membuat-buat syari’at baru, untuk menandingi syari’at yang dibawa dan dituntunkan oleh rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam.

dan inilah sedikit perbincangan dalam status ikhwah itu.

saya: akh, secara sederhana, berdasarkan pemaparan di atas, berarti kita harus mentaati pemimpin dan tidak memberontak?
berarti salah satu cara menaatinya dengan ikut pemilu kah?
sekedar bertanya saja

---beberapa menit komen saya gak dijawab dan akhirnya saya komen lagi--

saya : oh ya, ane gak pake dalil, maka pertanyaan ane gak dijawab.
baiklah..
nampaknya metode konvensional satu arah masih populer di kalangan ikhwah salafi

dan akhirnya beliau(yang punya status) komen juga tapi sayang malah ngasih link, gak dijawab secara langsung.

Abu daud : @ Tegar: http://muslim.or.id/manhaj-salaf/fatwa-syaikh-abdul-malik-bin-ahmad-ramadhani-tentang-pemilu.html

http://muslim.or.id/manhaj-salaf/syuura-vs-demokrasi-1.html
http://muslim.or.id/manhaj-salaf/syuura-vs-demokrasi-2.html

terus ada yang ikutan komen.

Abu Fudhail :
wa iyyakum ya akhi,

ana sangat khawatir kalau ilmu kita ini, salah kita gunakan, sebelum itu terjadi maka terus ingin ana beritahu kepada saudara-saudara kita yang mendapatkan ilmu untuk tidak terburu-buru dalam mendakwahkan ilmunya, pahami dan amalkan.

janganlah hawa nafsu menggerogoti pikiran kita, sehingga kita tidak berpikir jernih, sehingga menyalahgunakan ilmu untuk hal-hal yang bathil... Read More

janganlah habiskan waktu kita untuk meladeni mereka-mereka pecinta debat, beritahu al-haq, kemudian serahkan semua kepada Allah. masih banyak orang yang membutuhkan kebenaran, kepada merekalah yang berhak untuk kita luangkan waktu kita.

camkan juga, ahlus-sunnah membenci perdebatan, sedangkan ahlul-bid'ah menyukainya. jikalau kita terjebak ranjau mereka, segeralah keluar, yang hanya akan membuat kita sama dengan mereka.

terus saya tanya lagi.

saya : jawabannya tidak menjawab akhi(Abu Daud), tidak ada keterangan secara jelas apakah boleh ikut pemilu atau tidak.
kalau boleh, paradoks dengan sistem syariah,
kalau tidak, paradoks dengan pemaparan antum di atas.

@Abu Fudhail : sekedar bertanya,bagaimana cara kita mendakwahi mereka yang melakukan bidah itu? karena dari tulisan antum tersirat bahwa orang bidah tak usah di dekati dan harus dijauhi, tidak usah ditemani..
masih adakah mekanisme dakwah pada mereka? sedangkan pada orang kafir saja ada?

Terus Abu Fudhail komen lagi

Abu Fudhail :
ana tidak menyukai perdebatan, dan hanya akan tertarik jika diajak diskusi untuk MENCARI KEBENARAN, jika diajak diskusi agar ana ikut pemahaman diluar pemahaman salaf, afwan, ana tidak tertarik.

manhaj salaf adalah 'itiqod yang haq sedangkan manhaj bid'ah adalah suatu keragu-raguan.

jika ingin mencari yang haq, maka datangilah yang haq dengan hati yang ikhlas dan keinginan untuk mendapatkannya, bukan dengan membawa kebathilan untuk dicampurkan kedalam yang haq untuk mengadu hujjah dengan lawan bicara.

itulah beda diskusi dengan debat!

Terus saya tanya lagi karena ingin meng-clear kan jawabannya.

saya : @abu fudhail : terima kasih, ane telah mendapatkan jawabannya walaupun secara implisit.
tak ada mekanisme dakwah secara langsung dari ikhwah salaf terhadap ahlul bidah..biarkan mereka tersesat hingga mereka sadar sendiri dan mendatangi dakwah itu secara ikhlas.

Lalu beliau komen lagi.

Abu Fudhail : @tegar:

bacalah komentar ana diatas dan janganlah menyimpulkan sendiri.

"janganlah habiskan waktu kita untuk meladeni mereka-mereka pecinta debat, BERITAHU AL-HAQ, kemudian serahkan semua kepada Allah. masih banyak orang yang membutuhkan kebenaran, kepada merekalah yang berhak untuk kita luangkan waktu kita."..

artinya, kebenaran harus disampaikan ketika melihat kemungkaran, dan tujuan disampaikannya kebenaran adalah untuk menegakkan hujjah, membuat ia tahu mana yang benar mana yang salah, dan dia paham dengan itu. DAN bukan membuat orang itu mengikuti kebenaran.

jika kita mendapati orang yang tidak mau ikut dan sombong dalam menerima kebenaran, maka tidak akan kita habiskan waktu kita dengannya, kita telah menegakkan al-haq, Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Ia kehendaki.

Sedikit emosi karena berbelit-belit, akhirnya saya komen lagi

saya : @abu fudhail :
mau gimana lagi akhi..ane kan gak dapet jawaban dari ente? gimana donk?
makanya akh, jawab yang lugas dan eksplisit, ane cuma mau tau jawabannya aja. sedangkan ente berbelit2..

dan akhirnya beliau mengakhiri diskusi, dan saya juga malas menanggapi lagi

Abu Fudhail :
Semoga Allah memberi ana, antum dan para pembaca lainnya petunjuk, dengan menganugerahkan ketulusan dan keikhlasan dalam hati serta melunakkan hati kita untuk tidak sombong dalam menerima petunjuk, mendahulukan Allah dan Rasul-Nya dan tidak menuhankan akal dan hawa nafsu. Amiiin ya rabb!

Assalamu 'alaikum warohmatullohi wabarokatuh!

Dan intinya, saya belum dapat jawaban.

5 comments:

  1. He3..
    Koq kayanya ud explisit ya, Gar?
    Kalo aq nangkepnya, u mendakwahi ahli bid'ah mrka akan memberitahu yg benernya gimana,trus sisanya diserahin k Allah..
    Jd,trserah org itu mw ngikutin apa ga.dan mrka ga melayani debat(atau diskusi yg melahirkan perdebatan).
    Soalnya, bagi mrka, kebenaran yg disampaikan itu mutlak (krn sumbernya alquran dan hadits shohih yg uda ada penerapannya oleh sahabat mungkin).

    Mereka brusaha ga bicara yg ga perlu atau yg cuma brdasarkn pmikiran sendiri.
    Makanya pertanyaan nt ga dijawab lugas.

    Wallahu a'lam bish-showab..

    ReplyDelete
  2. Kalo misalnya mrka menganggap pemilu itu perbuatan yg ga bener,mrka akan mmbncinya..(dan g ikutan)
    Tetap taatnya mungkin dg ga kudeta aja tuh,bayar pajak,dan ngikutin peraturan negara lainnya yg tidak dianggap menyimpang.g

    ReplyDelete
  3. emang tegar bukan ikhwan salafy (ikhwan yang mengikuti kaum salaf) haha ^_^ please deh

    ReplyDelete
  4. Perseteruan sahabat pada perang jamal dan perang shiffin, adalah suatu fakta sejarah yang enggan dihadapi oleh kelompok yang antum maksud. Langsung mencap antum sebagai ahli jidal. Siapa yang tidak taat kepada siapa? itulah yang terjadi pada kasus tersebut. Barang siapa mengatakan salah satu kelompok tidak taat kepada pemimpin maka dia telah menghina sahabat. Berarti beranggapan kelompok yang beroposisi saat itu tidak mengenal Quran dan Sunnah, naudzubillah. Barang siapa mengatakan pemimpin saat itu zalim maka dia juga menghina sahabat juga. naudzubillah. Suatu fakta belum lama setelah Rasulullah wafat adalah perseteruan dua kelompok yang keduanya memegang Al Quran dan keduanya memegang Sunnah Rasulullah, dan keduanya dicintai oleh Allah dan Rasulullah. Tapi kenyataan ini diabaikan oleh kelompok yang antum maksud. Kelompok ini memang berusaha menutupi kenyataan tersebut. Bahwa perbedaan diantara kaum muslimin yang sama-sama memegang Al Quran dan Sunnah suatu keniscayaan dan itu sunatullah. Dengan mengatakan kebenaran hanya satu adalah benar, namun jalan menuju kebenaran hanya satu adalah salah. Dalam perang tersebut kaum muslimin saling membunuh, apakah ada yang berani mengatakan bahwa yang membunuh dan terbunuh masuk neraka???? Diriwayatkan oleh Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dari Abu Bakrah bahwa Nabi Saw bersabda : “Apabila dua orang Muslim saling bertarung dengan menghunus pedang mereka, maka pembunuh dan yang terbunuh, keduanya masuk neraka.” http://qitori.wordpress.com/2007/07/18/yang-membunuh-dan-yang-dibunuh-masuk-neraka/
    Kelompok ini tidak menerima masukan dari siapapun, yang ada antum cukup dengar dan ikuti. Quran dan sunnah yang keluar dari mulut bukan kelompoknya hanyalah omong kosong. Naudzubillah.

    ReplyDelete