Ia sosok yang kharismatik, jujur saja, tak banyak anak muda
yang punya bakat kharismatik sepertinya. Loh
emang kharismatik itu termasuk bakat? Eh maksudnya pembawaan untuk jadi
orang yang cool, elegant, terkesan
cuek dan terkadang gombalita sedikit banyak merupakan sesuatu yang inhibit. Sebuah
perpaduan antara bagaimana ia memandang dirinya (self image) dan bagaimana lingkungan sekitar membentuknya. Hingga
tak heran, jalan hidup seolah membawanya pada sebuah kondisi yang sesuai dengan
bakatnya itu. Calon bos besar dari salah satu bank syariah terkemuka di
nusantara.
Tentunya, awal pertemuan dengan orang semacam ini tak pernah
mudah. Entah dengan kawan-kawan yang lain, tapi saya cukup bete dengan tingkahnya yang seolah cuek dan mas bodo terhadap
lingkungan sekitar. Dulu saat saya masih Maba (mahasiswa baru), saya menumpang
di rumah kontrakan kawan-kawan senior SMA dan saat itu, pastinya saya membutuhkan
bimbingan dari kakak-kakak yang terlebih dahulu masuk kuliah.
Beberapa memang tampak cuek, tapi si orang ini bagi saya
terlampau parah. Ketika saya main ke kamarnya di lantai atas rumah kontrakan, ia
sedang asyik membaca buku kegemarannya karangan Robert T Kiyosaki dan bersandar
santai di tembok kamar.
“eh kak, saya tegar, maba psikologi, kakak di psikologi juga kan?
“eh kak, saya tegar, maba psikologi, kakak di psikologi juga kan?
”oh psiko juga ya, iya betul saya di psikologi juga”
Dan ia pun dengan asyiknya lanjut membaca yang membuat saya akhirnya keluar kamar dengan tatapan heran. Argh.. Padahal tadinya saya berharap bisa sharing sesuatu, apapun itu, dengan senior yang sama-sama dari psikologi, tapi ternyata nih orang terlampau cuek. -_-
Dan ia pun dengan asyiknya lanjut membaca yang membuat saya akhirnya keluar kamar dengan tatapan heran. Argh.. Padahal tadinya saya berharap bisa sharing sesuatu, apapun itu, dengan senior yang sama-sama dari psikologi, tapi ternyata nih orang terlampau cuek. -_-
Memang, ketika dulu di SMA saya juga tak terlampau baik
mengenalnya, ia lebih banyak aktif di ekskul Pelajar Siaga (jadi ketuanya
loh..) sedangkan saya di rohis dan osis, jadi ya mungkin saja itu cuma kesan
sesaat. Dan memang benar, di malam harinya, keakraban di kamar ‘bapak’
kontrakan yang difasilitasi oleh Game sepakbola di komputer membangun suasana
yang tadinya agak kaku menjadi cair dan menyenangkan.
Sayapun menjadi tahu lebih banyak tentang dirinya, sosok
yang lekat dengan pemikiran yang jernih, taktis dan penuh perencanaan. Penggila
bola dengan kadar fanatisme yang mungkin agak berlebihan terhadap AS Roma,
Timnas Italia, dan Maurinho. Seorang yang menyenangkan utuk diajak diskusi
tentang berbagai hal, dari urusan sepakbola, isu-isu populer, sampai asmara. Haha. Ya ya,
masa-masa itu, kala peralihan dari fase kampus ke fase professional jadi
sesuatu yang pantas tuk dikenang.
Orang ini punya harga diri yang terbilang tinggi, tapi wajar
saja, karena pria kharismatik memang biasanya seperti itu. Jadi jangan
coba-coba saat bermain bola di game PES (pro evolution soccer), anda agak
merendahkan dan bercanda dengannya. Bisa-bisa perang dunia ketiga bakal pecah.
Hehe. Atau saat salah seorang pimpinan di tempat kerjanya yang lama, sebelum di
bank syariah, agak mencelanya dan mempertanyakan kinerjanya. Andai saja bukan
pimpinan, mungkin bogem mentah sudah melayang, karena ia yakin, kinerjanya tak
perlu dipertanyakan lagi.
Kesan kharismatik kembali terlihat saat ia dinyatakan tidak
lolos tes kesehatan di bank syariah tempatnya kini bekerja. Ia dipanggil ke
kantor pusat dan diberi penjelasan terkait hasil tes kesehatan yang dilakukan
sebagai salah satu tahapan seleksi pegawai. Mungkin sebagian orang akan kecewa
dengan hasil yang tidak sesuai dengan keinginan, tapi ia yang secara tak sengaja
bertemu saya di kantor, dengan elegan menyalami saya seraya berkata sambil
tersenyum
“semoga kita bisa bergabung bersama nanti.” Dan ia pun pergi
berlalu diiringi soundtrack film laga serta kibasan angin gurun. #lebay
#jangandiperhatikan.
Eh..Kenapa nih? Akhirnya sayapun coba mencari tahu. Selidik
punya selidik, ternyata tes kesehatannya harus diulang karena ada indikasi
peningkatan kadar sel darah merah, dan memang karena mungkin sudah jodoh,
ternyata setelah tes darah diulang, ia dinyatakan sehat dan dapat bergabung.
Kini ia menjalani tahap baru dalam kehidupannya,
professional muda, banker di salah satu pelopor perbankan syariah di Indonesia.
Dengar-dengar, namanya pun sudah cukup dikenal di perusahaan ini, berbagai
prestasi telah ditorehkan, salah satunya kalau tidak salah terkait dengan
orasi, seorang orator ulung juga ternyata. Ditambah lagi, kini ia tak lagi
sendiri, nampaknya ia telah menemukan si belahan hati. Perempuan baik
seangkatan dengan saya, seorang rekan dan sahabat kala di rohis SMA dan
psikologi dulu yang ternyata berhasil termakan gombalisme darinya. Wkwkw.. *gud
job bro.. :p
Aidil miladika Mohammad Ghozali, suami dari Farah
Zubaidillah, calon ayah yang hebat bagi penerus kejayaan umat. Semoga
keberkahan dan kasih sayangNya selalu tercurah untuk kalian berdua di negeri
Hasanuddin nun jauh di sana.
Nb. Terus minta sama Allah biar gw cepet dikasih keponakan. :)
foto : http://www.dakwatuna.com/wp-content/uploads/2011/10/laki-berjalan-sendiri1.jpg?c13ed3