Banyak harapan yang mungkin terbayang kala ia menerima telepon dari saya untuk mengikuti tahapan psikotes dan interview. Bermimpi akan sebuah perubahan dalam hidup kala nantinya berhasil melalui tahapan seleksi ini. Tak muluk-muluk, ia cuma ingin mendapatkan sebuah pekerjaan yang dapat menafkahi keluarganya. Mencoba bertahan dari kerasnya kehidupan yang kian menghimpit. Istri yang sakit, anak yang butuh susu, dan orang tua yang butuh bantuan. Beragam permasalahan dan semoga psikotes ini merupakan salah satu jalan tuk menyelesaikan semuanya.
Tapi terkadang jalan keluar yang terlihat luas membentang memiliki beberapa duri kecil yang siap menghadang. Mencoba menguji seberapa jauh tingkat kesabaran dan keuletannya dalam mencari solusi atas permasalahan hidup. Entah karena faktor usia atau karena faktor ketidakbiasaan dalam mengikuti tes psikologi, psikotes yang diikutinya bisa dibilang tak terlalu memuaskan. Di titik ini semuanya seolah kan berakhir. Namun tidak dihari ini, sepertinya Tuhan memberikannya satu kesempatan lagi.
Dalam seleksi di perusahan saya, psikotes memang menjadi pertimbangan utama. Namun saat hasilnya tak terlalu baik, kamipun dari SDM mencoba memberikan sedikit kelonggaran. Jika tidak terlalu jelek-jelek amat maka kamipun masih dapat mentolerir. Lagipula dari sisi keterbutuhan terhadap calon karyawan yang tinggi, ketersediaan jumlah calon karyawan yang minim, dan rata-rata usia pelamar yang sudah tidak lagi muda, maka tahap selanjutnya yakni interview dapat menjadi pertimbangan selain psikotes.
Maka terlihatlah sisi lainnya yang memang tak terlalu tergambarkan lewat psikotes. Skill dan kemampuannya dalam bidang marketing ternyata cukup mumpuni. Pengalaman yang lumayan di beberapa perusahaan sebelumnya memberikan sedikit keyakinan bagi kami untuk merekrut.
"Memang dari segi usia, saya sudah tidak muda lagi, tapi insyaAllah jika pekerjaan yang berhubungan dengan marketing. Saya akan dengan senang hati menjalaninya. Dan saya yakin dapat memberikan yang terbaik untuk perusahaan ini"
Mendengar pengakuannya itu membuat saya tanpa ragu lagi memberikan rekomendasi bahwa si calon karyawan, layak direkrut.
Usia boleh kepala empat puluh kebawah, psikotes boleh saja tak memuaskan, tapi jika passion dan minat telah berbicara, semuanya seketika berubah. Karena hasrat, minat, dan passion ibarat bara api dalam sebuah lokomotif. Ialah tenaga, ialah pendorong bagi mereka yang fisiknya tak lagi sebugar dulu. Ialah jalan keluar sesungguhnya dari Rabb semesta alam.
Semoga berkah, semoga menjadi jalan keluar bagi peliknya permasalahan hidup.
No comments:
Post a Comment