Ada rasa canggung saat bertemu kembali dengannya, untuk kali pertama sejak ia menikah beberapa bulan lalu. Saat itu hari ahad yang indah dan ia bersama sang istri menemaniku untuk sebuah pertemuan yang bersejarah, paling tidak bagi diriku pribadi.
Tapi perasaan kaku dan canggung itu hanya sesaat, seiring datangnya makanan dan minuman di rumah makan itu, kamipun kembali tergelak dalam tawa dan pertemuan yang hangat seperti dulu. Ah kawan, tak terasa waktu berlalu begitu cepat, dengan dirimu kini yang menjadi calon ayah serta ksatria cilik dikandungan istrimu ternyata banyak cerita yang telah terjadi, membuatku kembali terkenang masa-masa sekolah dulu.
Kami satu sekolah saat SD dulu, di SDN Bumi Bekasi Baru V, dan kalau tidak salah pertama kali kami bertemu saat kelas 3 atau 4 SD, akupun lupa-lupa ingat. Tapi yang jelas, pertemuan pertamaku dengannya tak mengenakkan, entah seperti apa detailnya, tapi yang jelas bukan sesuatu yang menyenangkan. Seiring berjalannya waktu, di kelas dan sekolah itu, ternyata kami memiliki banyak persamaan.
Sama-sama menyukai diskusi, bermain bola, dan bersaing untuk mendapatkan nilai ulangan yang lebih tinggi saat kelas 6 dulu. haha. Dengan kelas yang padat, hampir 50 orang lebih, maka satu meja diisi oleh 3 orang, dan saat itu aku, dia, serta temanku yang satunya lagi, Carlos Siregar, saling berlomba mendapatkan nilai ulangan yang lebih tinggi, dan entah mengapa itu hal yang sangat mengasyikkan, saat belajar memang terasa menyenangkan.
Kamipun lulus dan takdir membawa cerita baru bahwa kami berada di SMP yang kembali sama. Di masa SMP ini bakat dan cahayanya makin terlihat. Ia menjadi Ketua OSIS dengan prestasi akademik yang juga mumpuni. Berbeda denganku yang tak lebih dari sekedar siswa hilir mudik dari rumah ke sekolah. hehe. Di kelas 1 dan 2 yang berbeda, kamipun di kelas yang sama lagi di kelas 3. Dan akupun bersyukur, setidaknya pengalaman 2 tahun di SMP tidak sia-sia karena di kelas 3 kamipun satu kelas lagi, karena bertukar pengalaman dan pikiran dengannya sangat menyenangkan.
Satu pemikiran dan pemahaman tentang bagaimana SMA yang bagus itu, kamipun kembali berkumpul di SMA yang sama, SMA 1 Bekasi. Dan kamipun sepakat, atau setidaknya saya pribadi sepakat, bahwa masa SMA bisa jadi masa yang tak begitu menyenangkan dibandingkan ketika SD dan SMP dulu. Maka tak heran, kamipun lebih banyak menghabiskan waktu di organisasi, dibandingkan bergelut dalam bidang akademis. Tapi mau tak mau, ujung-ujungnya, akademis adalah tujuan akhir, dan tak terasa kamipun berada di penghujung masa putih abu-abu.
Awalnya kami ragu, bisakah menembus PTN, tapi alhamdulilla, Allah memperlihatkan kuasanya dengan meluluskan kami di PTN, dan tak disangka di PTN yang sama dan fakultas yang sama, walaupun sempat setahun ia menghabiskan waktu di bandung sana. Dan memang sepertinya kampusnya dulu tak cukup besar tuk menampung visi dan cita-citanya yang waah. Di kampus UI ini, kualitasnya sebagai individu jelas terlihat, pemikiran yang tajam, kemampuan menulis yang ciamik, dan konsistensi dalam memegang nilai-nilai prinsipil membuat sinarnya kian terlihat jelas.
Dan tak terasa akupun terbangun dari lamunan saat ia datang. Ah semoga dua sahabatku ini, menjadi jalan bagiku bertemu takdir masa depanku. Dan ternyata sejauh ini memang benar, mereka berdua yang menjadi perpanjangan tangan sang kuasa untuk diriku dan dirinya. Terima kasih.
Barakallah kawan, Jati Nantiasa Ahmad, Suami dari Dea Adhicita dan ayah dari Ksatria. Selamat hari lahir, semoga limpahan rahmat selalu tercurah pada keluarga kecil kalian.
No comments:
Post a Comment