Semakin menuanya zaman membuat saya berpikir betapa kasihannya orang tua yang memiliki anak perempuan. Bukan masalah gender, bukan, tapi lebih karena sulitnya melindungi si belahan jiwa dari tangan-tangan nakal yang ingin mengganggunya. Bahkan mereka yang dianggap dapat melindungi para perempuan juga tak selalu bisa diharapkan.
Padahal secara jelas dan sistematis, perlindungan dan peng-agungan terhadap perempuan sudah begitu tinggi di negara ini dan negara-negara lain. Entah berapa banyak fasilitas yang dikhususkan untuk perempuan, dari kereta khusus perempuan, gerbong kereta khusus perempuan, dan lain sebagainya. Tapi entah mengapa kekerasan dan pelecehan masih terjadi pada perempuan.
Seperti saat Jyoti, perempuan muda berusia 23 tahun, menjadi korban pemerkosaan dari 5 orang pemabuk di sebuah distrik di India. Padahal saat itu malam belum terlalu larut dan Jyoti juga pergi bersama temannya. Namun tak disangka orang-orang itu tetap nekat melakukan aksinya. Nampaknya ancaman hukuman dan sanksi berat tak cukup mencegah mereka untuk bertindak biadab. Hingga nasib tragis mengakhiri hidup Jyoti, ia meninggal beberapa pekan setelah kejadian di sebuah rumah sakit di Singapura. Peristiwa ini menyadarkan mata dunia bahwa ancaman terhadap perempuan sewaktu-waktu dapat terjadi.
Maka perlindungan terhadap perempuan tak sekedar dengan cara yang terkesan pasif seperti menyediakan fasilitas yang dapat menjaga mereka. Tapi lebih dari itu, perlindungan itupun hendaknya dilakukan secara proaktif dengan melibatkan banyak pihak. Dari sisi hukum yang diatur dalam sebuah negara, sayapun sangat mengapresiasi presiden korea yang baru, Park Heu Gyeun yang mengambil langkah preventif dengan cara melarang tiap wanita di korea mengenakan rok mini di ruang publik.
Mungkin ada beberapa feminis yang berpendapat bahwa aturan ini mengekang kebebasan berekspresi seorang wanita, dan mungkin ada yang menganggap bahwa negara terlalu ikut campur terhadap privasi seseorang. Tapi memang kenyataannya dengan mengenakan rok mini, menurut saya pribadi, wanita tersebut secara tidak langsung mengobjekkan dirinya untuk dilihat dan berusaha menarik perhatian orang lain, terlebih bagi pria bejat tak bermoral yang sewaktu-waktu kehilangan akal dan berusaha melecehkan si wanita. Bila aturan pertama tadi kurang melindungi, Park Heu Gyeun mengambil langkah selanjutnya yang boleh jadi membuat para pria bejat itu berpikir ribuan kali untuk melecehkan perempuan, mengebiri mereka yang terbukti melakukan tindak pemerkosaan.
Langkah berani yang dilakukan Gyeun membuat saya berpikir bahwa sebenarnya syariat Islam telah jauh-jauh hari mengenal aturan-aturan itu. Dari urusan menjaga dan menutup aurat, hingga hukuman rajam bagi para pezina. Tapi entah mengapa giliran Islam yang menyuarakan, berbagai tudingan dan sentimen negatif serentak muncul tuk menentang. duh.
Memang benar yang dikatakan Rasul kita tercinta, barang siapa seorang ayah dapat mendidik dan menjaga putrinya dengan baik hingga ia dewasa, niscaya jaminannya surga. Karena memang tak mudah mendidik, melindungi, dan menjaga perempuan di zaman yang makin menua ini.
No comments:
Post a Comment