Monday, 3 March 2008

Tribute to Mapres Psikologi 2008 bag. I

    Pertemuan pertamaku dengannya terjadi di hari pertama Pra-PSAU (baca:OSPEK fakultas). Pertemuan yang mengawali perjalanan panjang dirinya menjadi salah satu laki-laki pencetak sejarah di psikologi (?), jadi Mapres pertama (mungkin) dari kalangan laki-laki..he..he… jadi gini ceritanya, Saat itu kami semua (baca : MABA psiko 2005) dikumpulkan di tepi danau dekat MUI. Seperti biasa, para senior berorasi menyampaikan harapan-harapan mereka pada kami, “kalian penerus perjuangan…”, “kalian orang2 terpilih…”, “tak banyak yang seberuntung kalian…” dll, intinya segala hal yang merupakan sosok mahasiswa ideal, intelek dan gemar bergerak(?). Kalo mau jujur, saat itu aku sangatlah malas mengikuti jalannya pra-PSAU. Disamping sibuk ngurusin administrasi akademik di fakultas, tidak memiliki banyak kenalan membuat ku semakin malas ikut acara ini, maklum aku tipe orang yang sungkan memulai percakapan dan pembicaraan (itu dulu...sekarang??)

    Di tengah kesepian itu (gara2 gak ada orang yang diajak ngomong..), tiba-tiba muncul seseorang yang mengulurkan tangannya. Dengan wajah yang berseri ia bertanya padaku dengan logat sundanya yang sangat khas “assalamualaikum…saya rizqi, boleh tau namanya?”. Dengan wajah yang rada terkejut, kusambut uluran tangannya sembari menjawab “eh..eh..iya..saya tegar , kamu (kamu??) juga anak psikologi?” pertanyaan bodoh pun terlontar dari mulutku, karena saat itu hanya dia  yang menyapaku. “iya saya psikologi juga, tegar asalnya darimana? Saya dari tasik…”. Dengan lugas ku menjawab pertanyaannya “ ooohhh..dari tasik, saya dari bekasi…”. Tak tahu harus memulai percakapan yang seperti apa, akhirnya ku bertanya tentang acara ini padanya “ qi abis ini acaranya ngapain (sehabis pengantar dari para panitia)??”. Dan rizqi pun menjawab “gak tahu nih, kayaknya pemilihan ketua angkatan”.   

    Awalnya ku sempat bingung atas jawabannya. mengapa dia tahu?? Karena saat itu rundown acara tidak diketahui oleh peserta. Namun, ku berpikir, mungkin rizqi telah bertanya pada senior-senior psikologi yang ada di asrama. hingga sampailah kami, para Maba psikologi angkatan 2005 yang baru, pada tahapan memilih ketua angkatan sementara. Ketua angkatan yang akan mengoordinir angkatan ini sampai ketua angkatan yang permanen terpilih.

    sejenak kuberpikir..Duh.. gak enak juga ya sendirian di sini. Mau kenalan salah, gara-gara kebanyakan sungkan-nya, gak kenalan juga salah, jadi gak ada yang bisa dikenal. Untung ada rizqi yang nemenin, kalo nggak mungkin ku hanya bengong sendirian kayak sapi ompong. Tak lama, terdengar suara dari pembawa acara kegiatan ini, “sekarang kita masuk ke acara selanjutnya, pemilihan ketua angkatan, bagi yang ingin mencalonkan diri sebagai ketua angkatan, silahkan berdiri..” . Kuberpikir dalam hati “mana ada yang mau maju klo gak ditunjuk, ditunjuk aja susah…gimana klo gak ditunjuk..” begitulah, pola pikir anak SMA yang masih melekat di benakku, pola pikir malu-malu dan basa-basi.

    Namun, tak lama, temanku yang selama ini kuajak ngobrol berdiri (baca : rizqi). Dengan tenangnya ia maju mencalonkan diri sebagai ketua angkatan. Tak tersirat rasa canggung dalam langkahnya. Tak lama setelah ia maju, berdiri calon kedua yang juga dengan gaya yang hampir sama, mencalonkan diri sebagai calon ketua angkatan. Merasa ditinggal sama temen yang bisa diajak ngobrol (satu-satunya..) ku berpikir dengan cepat tak sampai semenit, mengenai sebuah tindakan ekstrim, maju juga jadi calon ketua angkatan. dibenakku terngiang “gw gak banyak kenal nih ama temen gw yang lain, buat kenalan gw bermasalah. Klo gitu biar gak terlalu parah, gw maju aja buat calon ketua angkatan, paling nggak mereka bisa kenal gw dulu sebelum gw kenal mereka…”. Pola pikir pragmatis, yang sewaktu-waktu bermanfaat..he..he..

    Dengan gerakan yang sama kucoba meniru gaya kedua orang temanku yang telah maju lebih dulu. Sempat berpikir tuk menarik kembali keinginan ini, tapi terlanjur terjadi, aku sudah berjalan jauh mendekati tempat pemilihan. Sejujurnya, saat itu tak terlintas sama sekali apa yang akan kukatakan saat ditanya apa fungsi dan tugas ketua angkatan. dua kandidat yang lain menjawab dengan sangat lugas dan tenang tentang pertanyaan dari pembawa acara. Sedangkan diriku yang belum ada persiapan sebelumnya hanya bisa menjawab seadanya, jawaban klise tentang penyalur aspirasi angkatan, penghubung angkatan ini dengan angkatan di atas ku, dan bla..blaa… lainnya.

    Alhasil, setelah semua proses berjalan, akhirnya hasilnya pun keluar. seperti yang sudah diduga sebelumnya, aku tidak terpilih, dan temanku yang rela meluangkan waktunya untuk ngobrol denganku itu berhasil meraih suara tertinggi. Dengan ini, ia sah menjadi ketua angkatan 2005 untuk periode beberapa tahun kedepan. Sebuah jabatan yang membutuhkan usaha dan keinginan yang kuat untuk melaksanakannya.

Lalu bagaimana kelanjutan dari kisah manusia yang satu ini??apa yang akan dilaluinya di kampus psikologi tercinta ini beberapa tahun ke depan??bagaimana ia mengatasi segala hambatan dan rintangan dalam perkuliahan psikologi yang sungguh menegangkan?? hingga ia menjadi Mapres psikologi?? Tunggu kisahnya..di episode selanjutnya..he..he..

….to be continued…  (halah...) 

 

3 comments:

  1. ya ampun tegar..dipesen buat bikin biografi rizqi ni??
    meskipun ikut seneng sama prestasinya qq, te2p aja buat gw ini sebuah kemunduran bagi perempuan psikologi, he3..salut bwt qq, harumkan nama psiko di tingkat UI ya...smangat!!!

    ReplyDelete
  2. inget ama 2 lagu yang sering dinyanyikan waktu demo gak?...

    lagu itu menggambarkan keadaan di psikologi..

    liriknya gini..

    "dibawah kuasa tirani...kususuri garis jalan ini..."
    itu yang pertama

    lagu yang kedua liriknya gini

    "berkobar tinggi panaskan bumi..membakar ladang dan rumah kami, darah syuhada mengalir suburkan negeri, tiada kata lagi...kami harus kembali...."

    nangkep???
    he..he..

    ReplyDelete
  3. welcome back boys!!! kasian selama ini dibawah tirani mayoritas ya??ck ck ck..

    ReplyDelete