Saturday, 15 March 2008

Merenungi Kebahagiaan Hari Ini...

Mengutip perkataan Forrest Gump si “jenius” ber IQ (menurut skala binet) dibawah rata-rata,
“Hidup itu seperti sekotak coklat. Kita tak akan tahu bagaimana rasanya bila kita tidak mencobanya.” (Gump, 1994) Bahasa ilmiahnya, hidup itu tak bisa ditebak, penuh dengan misteri. Seperti film horror yang tak jelas endingnya, yang penuh dengan suasana mencekam dan ketidakpastian.

Nampaknya jika dilihat dan diamati secara seksama, hidup itu bagai sebuah kutukan bila deskripsi kita seburuk ini. Bagaimana seharusnya seorang manusia yang diberikan kebebasan memilih, terjebak dalam sebuah realita yang membuat mereka tak dapat menentukan pilihan. Ketika mereka terjebak dalam sebuah paradigma yang telah lama terbangun, bahwa hidup adalah misteri, untuk itu anda harus berhati-hati dan bangunlah sikap prejudice dan sinis pada setiap orang yang mendekati.

Apa jadinya bila paradigma ini telah lama mengendap dalam pola pikir manusia? kembali, saya tegaskan, Bagai sebuah kutukan, dimana banyak orang-orang yang mementingkan diri sendiri dalam perilaku kesehariannya.  Karena telah terpola dalam pikiran bahwa hidup itu misteri maka anda harus berhati-hati, maka tak masalah bila anda memanipulasi orang lain atau bahkan diri sendiri. Pola pikir yang tercermin dalam perilaku egois, mau menang sendiri, dan enggan berkontribusi.

Kasihan orang-orang seperti ini, menganggap segalanya sebagai ancaman. Takut akan sebuah keadaan yang tidak beralasan. Ketakutan akan sebuah masa depan yang masih menjadi misteri. Sebuah gambaran masa depan yang idealnya dapat diantisipasi. Dengan memaknai segala hal yang dirahmati oleh sang Pemberi Kasih. 

Caranya??
Hanya satu… Nikmati hidup kita saat ini, rasakan kebahagiaan di setiap aktivitas yang kita jalani.
 

Terkadang ada beberapa orang yang memilih untuk menunda kebahagiaannya.  Kebahagiaan menurutnya adalah ketika ia telah menggapai sesuatu. Ketika ia berkata “aku akan bahagia jika aku telah menjadi manajer, aku bahagia jika aku telah menjadi direktur, atau aku bahagia jika aku telah mendapat beasiswa, dan sebagainya” . hingga ia tersadar bahwa kebahagiaan tak pernah menghampirinya. 

Atau menjadi seorang yang memilih untuk berkeluh kesah dan menyesali pilihan yang telah ia ambil. Sebuah pilihan yang mereka andaikan untuk terulang kembali. Ketika mereka berkata “seandainya dulu aku memilih untuk menginvestasikan uangku..., seandainya dulu aku bersekolah di tempat itu..., atau seandainya dulu aku bersikap seperti itu, pastinya aku kan bahagia”. Membuatnya tak menyadari bahwa masih banyak kebahagiaan yang tersisa dalam kehidupannya kini. 

Lalu...Masih adakah pilihan dalam mencapai kebahagiaan, selain dua opsi diatas??

Masih ada saudaraku..masih ada…

dengan menikmati kebahagiaan sesuai dengan hakikatnya. Memaknai kebahagiaan sebagai sebuah momen ke-kini-an dan ke-disini-an yang akan hilang sekejap dan menguap bila tak segera kita dekap. Rasakan kebahagiaan disetiap nafas kita. Hinggapi raga dan jiwa  dengan sebuah keinginan untuk menikmati dan mensyukuri segala hal yang ada pada diri saat ini. Maknai hal itu saudaraku..maknai sebuah kebahagiaan sebagai momen SAAT INI, bukan nanti, besok atau kemarin.

Dengan ini kita tak lagi menilai sebuah kehidupan sebagai misteri. Sebagai sebuah bentuk ketidakjelasan duniawi. Rasakan dan resapi bahwa hidup ini indah dengan bersyukur dan berbahagia akan nikmat yang telah diberikanNya. Teguhkan hati tuk memandang hidup yang mungkin penuh misteri sebagai sebuah bentuk kebahagiaan yang tertunda layaknya pelangi yang tak muncul tepat pada waktunya.

2 comments:

  1. nonton forest gump juga?
    hahahaha, best tuh...in my playlist
    take care bro

    ReplyDelete
  2. sukses sering tidak melahirkan kebahagiaan, justeru kebahagiaan mempermudah terbukanya pintu kesuksesan. tanpa disadari kita terlena dengan kepentingan diri pribadi dan melupakan orang lain. padahal tanpa adanya orang lain kita tidak akan menyadari siapa diri kita. kita akan terasing dari diri kita sendiri.

    ReplyDelete