Saturday, 8 March 2008

[Cerpen] Lelaki Akhir Zaman bag I

Rasa ini telah lama berkecamuk didadaku, gelisah, gundah, dan khawatir, ingin tuk segera kembali ke haribaanNya. Di setiap rukuk dan sujud berharap agar takdirNya itu kan segera menjemput. Sekian lama kunantikan saat-saat indah itu. Namun, apa daya, Dia yang menguasai rahasia kehidupan belum mengizinkanku meninggalkan dunia. Hingga rasa ini kan tetap ada, berkecamuk dalam kalbu.

Berawal dari berita beberapa sahabat seperjuangan, yang telah lebih dulu menikmati indahnya bertemu denganNya. Memenuhi janji yang selama ini begitu manis menembus relung-relung telinga kami.
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?
(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu.
Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”
Membuat kami merasa fananya dunia. Membuat kami berlomba tuk menagih janjiNya.

Sebagian besar dari mereka begitu beruntung bertemu dengan Kekasihnya di medan jihad, bergelar syuhada yang menjadi cita-cita kami selama ini. Sebagian yang lain, satu persatu dipanggil kembali oleh sang Kekasih dengan cara yang berbeda namun dengan satu pertanda yang sama, senyuman manis terpancar dari cahaya wajah mereka, husnul khotimah.

Diriku yang termasuk dalam rombongan jihad bersama mereka, telah lama menantikan saat-saat perjumpaan itu. Di medan jihad, seolah menantang kematian, diriku maju dan takkan mundur sebelum kemenangan itu datang, baik dengan matinya diriku atau tanpa kematianku sekalipun. Di luar medan jihad, diriku tetap setia menantikan saat-saat pertemuan itu. Berita-berita tentang wafatnya teman-temanku satu per satu membuat rasa gundah, resah, dan khawatir itu semakin kuat.

**

Akan terasa aneh bila yang kurasakan ini terjadi di masa-masa dahulu, ketika Islam masih dalam fase sejarah yang di sabdakan rosul sebagai masanya raja-raja menggigit dan masanya raja-raja diktator. Namun, saat ini zaman telah berganti. Islam telah menemukan hakikatnya yang tertuang dalam sabda rosul, Islam yang sama seperti islam pada masa Rosul dan sahabat yang dipenuhi dengan atmosfer ketaqwaan.

Fase sejarah saat ini telah kucapai bersama saudara-saudaraku sesama muslim dan tentu saja bersama Almasih Isa ibnu Maryam A.S serta Almahdi Muhammad bin Abdullah. Sebuah fase sejarah yang sempat kuragukan kebenarannya hingga suatu saat ku dengar melalui media-media massa tentang suatu prahara yang terjadi di dua kota suci umat islam, Makkah dan Madinah.

Prahara tersebut terjadi pada saat musim haji. Saat berkumpulnya seluruh muslim di dunia untuk berhaji dan untuk membaiat seorang muslim dari kalangan keluarga rasul. Pembaiatan tersebut terjadi kala dunia berada dalam keadaan yang tidak menentu dengan berbagai pertentangan antar berbagai golongan baik muslim ataupun diluarnya.

Pembaiatan itu menimbulkan gejolak di dunia. Ibadah haji yang selama ini biasanya dijalankan dalam bentuk ritual semata, tanpa disangka membuat suatu perubahan. Konsolidasi diantara seluruh muslim di dunia tuk membaiat seseorang. Membuat beberapa pihak yang tidak senang akan hal ini menyerang para pembaiat dengan pasukan yang tenggelam tanpa sebab diantara Makkah dan Madinah.

Berita-berita ini kudengar dan kubaca dari media-media massa baik cetak maupun elektronik yang selalu menyiarkan dan menulis tentang peristiwa ini setiap hari, tak henti-hentinya mereka melakukan hal ini. Para ulama pun tak kalahnya membahas peristiwa ini sebagai sebuah pertanda akan babak baru dalam sejarah umat islam, babak awal kebangkitan kembali umat islam.

Serasa terbangun dari tidur panjang, diriku menyadari bahwa ini adalah babak akhir dari sejarah umat Islam. Disertai dengan munculnya imam mahdi yang sekaligus merupakan babak awal dari seri terakhir dunia ini. Teringat akan sedikit ilmu yang kudapat dari bangku sekolah tentang imam mahdi, bahwa sebisa dan sesegera mungkin kita berlindung dari fitnah yang akan segera muncul, fitnah kubro Al-masih Al Dajjal.

Dari kisah yang pernah kudengar saat sekolah, Rasul telah bersabda bahwa Dajjal akan muncul di akhir zaman. Disertai dengan berbagai fitnah yang akan ditimbulkan oleh dirinya. Dalam kisah itu disebutkan pula bahwa setiap kaum di dunia pasti akan didatangi oleh Dajjal dengan fitnah-fitnah yang ia bawa. Menghidupkan seorang lelaki yang telah mati dihadapan banyak orang, memunculkan orang yang telah lama meninggal dihadapan keluarga mereka, dan fitnah-fitnah lainnya. Seluruh kota akan didatanginya kecuali dua kota suci, Makkah dan Madinah. Mungkin dua kota tersebut yang dapat kujadikan tempat berlindung saat itu, karena aku telah terlena dengan gemerlapnya dunia sehingga sampai-sampai tidak hafal awal surat Alkahfi yang dapat melumpuhkan fitnah Dajjal.

Berbekal sebagian harta yang kumiliki, kucoba untuk berhijrah dari kota kelahiranku di Jakarta menuju Makkah dan Madinah. Istri dan anak-anakku yang selama ini menemani tidak mau mengikutiku dan menganggap aku telah kehilangan akal karena telah termakan isu yang menurut mereka kacangan. Kutahu bahwa dunia telah membutakan mereka, gemerlapnya sangat kuat hingga menutupi pintu hatinya. Pesan terakhir kusampaikan pada mereka “baca dan hafalkan awal surat Alkahfi, semoga dapat menolong kalian dari fitnah Dajjal”. Kutinggalkan mereka dengan sisa hartaku disertai doa yang selalu kupanjatkan agar mereka mendapat hidayah. Terasa perih hatiku memikirkan mereka, mungkin ini yang dirasakan oleh nabi Alloh Nuh A.S ketika istri dan anaknya tak mau naik ke atas bahtera penyelamat. Dengan Bismillah, kutinggalkan dunia kelam Jakarta tuk melunaskan hutang-hutangku pada agama ini, berjihad di JalanNya.

**

Bersambung...

1 comment: