Lanjutan Bagian I...
Kota Makkah penuh dengan hiruk pikuk para pengungsi dari berbagai Negara. Tujuan mereka tiada lain berlindung dari fitnah Dajjal yang akan segera muncul dan membaiat Imam kaum muslimin yang baru. Diriku yang baru saja sampai dengan berbagai pengorbanan akhirnya mendarat ke kota suci ini. Tepat satu pekan perjalananku menempuh berbagai Negara tuk sampai ke kota ini. Berpindah-pindah kendaraan dari satu Negara ke Negara lain. Ku tak menyangka dapat sampai ke Mekkah dalam waktu sesingkat ini melihat kondisi perjalanan dan berbagai peristiwa yang terjadi saat itu, hingga kuberpikir mungkin Alloh mempunyai rencana lain bagi diriku. Perjalananku melalui udara tidak dimungkinkan. Kebanyakan alat transportasi udara sudah tidak beroperasi lagi. Berbagai gejolak dunia yang terjadi akhir-akhir itu memaksa seluruh maskapai penerbangan menutup rute perjalanan udara untuk sementara hingga waktu yang belum ditentukan. Mengantisipasi segala kemungkinan buruk yang bisa saja muncul.
Keadaan kota suci bagaikan sebuah barak militer. Setiap orang memfasilitasi diri dengan berbagai senjata. Mengantisipasi kemungkinan perang yang sewaktu-waktu terjadi antara kaum muslimin dengan berbagai pihak yang menentang mereka. Dengan mengikuti komando dari sang Imam yang terpilih, Muhammad bin Abdullah, kami semua bersiap-siap untuk bertempur, menagih janji Alloh yang segera datang.
Persinggahan pertama kami dalam perjalanan jihad adalah kota-kota dan Negara-negara di Jazirah Arab. Kami dengan berbagai kekurangan yang ada berhasil menaklukan beberapa Negara, hingga akhirnya seluruh jazirah arab saat itu kembali kepada Islam yang berlandaskan Alquran dan Sunnah yang sesungguhnya dalam pimpinan Al Mahdi.
Selanjutnya, berbagai peristiwa kulalui bersama saudara-saudaraku yang lain beserta Al Mahdi. Menyadari akan hakikat hidup yang sebenarnya sebagai tempat persinggahan dan beramal, sebuah filosofi yang selama ini telah kulupakan. Bersama, kami mencoba peruntungan dengan berjihad tuk mendapatkan tiket langsung menuju surga dengan gelar Syuhada. Dibawah pimpinan Al Mahdi akhirnya kami sampai pada pertempuran terakhir melawan Yahudi dan Dajjal yang berada dibalik mereka.
Kala itu sebelum pertempuran berlangsung, salah satu janji Alloh yang lain akhirnya datang. Turunnya Al Masih Isa ibnu Maryam di sebelah timur kota Damaskus. Dengan memakai dua jubah yang berwarna ia menghampiri kami yang hendak melaksanakan sholat subuh. Kami bersholawat dan bertakbir serta menyebut asmaNya untuk menyambut sang Nabiullah yang selama ini berada dalam lindungan Alloh. Selanjutnya dengan lembut Al Mahdi berkata pada Isa A. S “silahkan anda yang menjadi imam” namun dengan tegas Al Masih menolak seraya berkata “anda sebagai keturunan Muhammad lebih berhak menjadi Imam”. Sebuah bentuk penegasan bahwa Al Masih tidak turun dengan membawa agama baru ataupun membenarkan agama yang lain.
Selepas sholat, kami semua bersiap untuk memulai peperangan. Peperangan yang telah dicatat berabad-abad sebelumnya dalam Alquran dan Sunnah. Kami semua telah mengikhlaskan diri padaNya. Yakin akan janjiNya yang pasti kan datang, kemenangan yang dekat pada kaum Muslimin. Peperangan tersebut dipimpin oleh Al Mahdi. Dengan semangat yang membara ia meneriakkan kalimat-kalimat suci. Membuat kami semua kehilangan gairah akan dunia dan sesegara mungkin ingin menjemput syahid.
Peperangan berlangsung dengan hebatnya. Tak salah jika ada yang menyebut bahwa ini adalah peperangan akhir zaman atau Armageddon. Peperangan yang menyiratkan besarnya dampak yang akan ditimbulkannya dan besarnya jumlah manusia yang berperang di dalamnya. Peperangan berlangsung sangat sengit antara kaum muslimin dengan yahudi la’natulloh. Nabi Isa yang ikut berperang, menuntaskan janjiNya dengan membunuh Dajjal di Bab Ludd, sebuah kota di dekat Ramallah Jerussalem. Seperti anak ayam yang kehilangan induknya, para yahudi itupun kocar-kacir mendengar kematian Dajjal. Mereka berhamburan tidak beraturan ke segala arah menghindar dan berlindung dari kejaran kaum muslimin. Saat itu seluruh pohon dan batu membantu kami dengan memberitahukan keberadaan yahudi yang berlindung di balik mereka. Saat itu aku beberapa kali menangkap basah yahudi yang berlindung di balik pohon. Namun, ada satu pohon yang tidak bersuara sama sekali untuk memberitahu keberadaan yahudi-yahudi tersebut. Pohon itu bernama pohon gorgot. Hingga ku kembali menyadari bahwa pohon itu adalah pohon dari para yahudi tersebut. Hingga aku kembali menyadari mengapa Israel dulu rela menghabiskan jutaan uangnya untuk menanam pohon-pohon ini.
**
Peperangan berakhir. Kaum muslimin telah mendapatkan apa yang telah dijanjikan oleh Alloh. Kemenangan mutlak atas kaum kuffar. Sebuah pertanda akan bangkitnya kembali kejayaan islam. Sebuah pertanda pula bahwa ini adalah babak akhir dari episode panjang kehidupan manusia.
Imam Mahdi, selepas peperangan ini beberapa tahun kemudian, kembali kehadapan kekasihNya, seolah kedatangan dan kepergiannya hanya untuk membantu kaum muslimin dalam menggapai kembali kejayaan Islam. Isa Al Masih, beberapa tahun selepas perang, menunaikan beberapa tugas lainnya yang diperintahkan Alloh. Setelah tuntas menunaikan segala tugasnya, Isa Al Masih kembali memenuhi tugas lainnya sebagai seorang muslim, menikah dengan wanita sholihah. Hingga beberapa tahun kemudian ia benar-benar kembali pada Kekasihnya.
Satu persatu saudara, sahabat, seperjuanganku kembali menghadap Kekasih yang selama ini mereka rindukan. Satu persatu mereka meregang nyawa dengan indahnya. Sedangkan diriku masih terperangkap dalam dunia ini. Dunia yang sungguh indah dan tak pernah kubayangkan sebelumnya. Dunia yang penuh dengan ketaqwaan dan kemakmuran seperti dulu kala saat Rasul masih bersama kaum muslimin. Seluruh dunia saat ini sebagian besar beriman pada Alloh, dimana sholat subuh berjamaah di masjid hingga memenuhi semua saf menjadi pemandangan yang lumrah setiap harinya, dimana kaum muslimin tidak memerlukan hartanya untuk diinfakkan karena kaum muslimin saat itu sebagian besar dalam keadaan yang berkecukupan, dimana akhlak mulia terpancar di seluruh sendi kehidupan ini. Subhanalloh…
Namun, keindahan ini tetap saja menyisakah keresahan di hatiku. Keresahan akan sebuah sabda yang ditorehkan dalam Hadits Rasul yang mulia, “seburuk-buruknya manusia adalah manusia yang bertemu dengan hari kiamat”. Kenyataan yang ada saat ini adalah diriku semakin dekat dengan hal itu. Setiap hari, ku selalu memanjatkan doa tuk segera diberikan kenikmatan bertemu denganNya, setiap hari ku berharap bahwa ini adalah hari terakhir ku di dunia dan segera bertemu denganNya dan terhindar dari julukan seburuk-buruknya manusia.
Akhirnya kusadari bahwa tak ada yang perlu kuresahkan. Biarlah semua terjadi apa adanya. Biarkan hari-hariku berlalu dengan tunduk dan patuh beribadah padaNya. Memohon ampunan dan keikhlasan diri. Selalu berusaha tuk memperbaiki diri dan memohon ampun atas segala kesalahan yang kuperbuat. Hingga suatu saat ku telah mengikhlaskan diri atas segala keputusanNya, hingga kurelakan hidupku untuk ikut dalam rencanaNya.
Hari itu akhirnya tiba. Hari yang juga telah disabdakan Rasul dalam haditsnya. Hari dimana seluruh manusia di dunia akan tercabut nyawanya seketika saat Alloh mengutus angin dingin dari Syams. Siapapun yang terkena angin itu akan terputus kehidupannya di dunia bila masih terdapat sebiji zarah keimanan dalam hatinya.
Dengan diiringi kalimat La ilaha ilalloh ku kembali keharibaanNya, sebuah akhir dari kehidupan dunia yang sangat indah. Sebuah pertemuan yang sekian lama kunantikan. Pertemuan dengan Kekasih yang sangat kucinta. Kekasih yang selama ini mewarnai setiap hari-hariku. Kekasih yang selalu menepati segala janji yang pernah ia tuliskan beberapa abad yang lalu. Sungguh sebuah akhir kehidupan yang sempurna.
Ya ayyatuhan nafsul muthmainnah (Hai jiwa yang tenang).
Irji’I ila robbiki rodhiyatammarodiyah (Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.)
Fadhkhuli fi ibadih (Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku)
Fadhkhuli jannati (masuklah ke dalam syurga-Ku)
Kota Makkah penuh dengan hiruk pikuk para pengungsi dari berbagai Negara. Tujuan mereka tiada lain berlindung dari fitnah Dajjal yang akan segera muncul dan membaiat Imam kaum muslimin yang baru. Diriku yang baru saja sampai dengan berbagai pengorbanan akhirnya mendarat ke kota suci ini. Tepat satu pekan perjalananku menempuh berbagai Negara tuk sampai ke kota ini. Berpindah-pindah kendaraan dari satu Negara ke Negara lain. Ku tak menyangka dapat sampai ke Mekkah dalam waktu sesingkat ini melihat kondisi perjalanan dan berbagai peristiwa yang terjadi saat itu, hingga kuberpikir mungkin Alloh mempunyai rencana lain bagi diriku. Perjalananku melalui udara tidak dimungkinkan. Kebanyakan alat transportasi udara sudah tidak beroperasi lagi. Berbagai gejolak dunia yang terjadi akhir-akhir itu memaksa seluruh maskapai penerbangan menutup rute perjalanan udara untuk sementara hingga waktu yang belum ditentukan. Mengantisipasi segala kemungkinan buruk yang bisa saja muncul.
Keadaan kota suci bagaikan sebuah barak militer. Setiap orang memfasilitasi diri dengan berbagai senjata. Mengantisipasi kemungkinan perang yang sewaktu-waktu terjadi antara kaum muslimin dengan berbagai pihak yang menentang mereka. Dengan mengikuti komando dari sang Imam yang terpilih, Muhammad bin Abdullah, kami semua bersiap-siap untuk bertempur, menagih janji Alloh yang segera datang.
Persinggahan pertama kami dalam perjalanan jihad adalah kota-kota dan Negara-negara di Jazirah Arab. Kami dengan berbagai kekurangan yang ada berhasil menaklukan beberapa Negara, hingga akhirnya seluruh jazirah arab saat itu kembali kepada Islam yang berlandaskan Alquran dan Sunnah yang sesungguhnya dalam pimpinan Al Mahdi.
Selanjutnya, berbagai peristiwa kulalui bersama saudara-saudaraku yang lain beserta Al Mahdi. Menyadari akan hakikat hidup yang sebenarnya sebagai tempat persinggahan dan beramal, sebuah filosofi yang selama ini telah kulupakan. Bersama, kami mencoba peruntungan dengan berjihad tuk mendapatkan tiket langsung menuju surga dengan gelar Syuhada. Dibawah pimpinan Al Mahdi akhirnya kami sampai pada pertempuran terakhir melawan Yahudi dan Dajjal yang berada dibalik mereka.
Kala itu sebelum pertempuran berlangsung, salah satu janji Alloh yang lain akhirnya datang. Turunnya Al Masih Isa ibnu Maryam di sebelah timur kota Damaskus. Dengan memakai dua jubah yang berwarna ia menghampiri kami yang hendak melaksanakan sholat subuh. Kami bersholawat dan bertakbir serta menyebut asmaNya untuk menyambut sang Nabiullah yang selama ini berada dalam lindungan Alloh. Selanjutnya dengan lembut Al Mahdi berkata pada Isa A. S “silahkan anda yang menjadi imam” namun dengan tegas Al Masih menolak seraya berkata “anda sebagai keturunan Muhammad lebih berhak menjadi Imam”. Sebuah bentuk penegasan bahwa Al Masih tidak turun dengan membawa agama baru ataupun membenarkan agama yang lain.
Selepas sholat, kami semua bersiap untuk memulai peperangan. Peperangan yang telah dicatat berabad-abad sebelumnya dalam Alquran dan Sunnah. Kami semua telah mengikhlaskan diri padaNya. Yakin akan janjiNya yang pasti kan datang, kemenangan yang dekat pada kaum Muslimin. Peperangan tersebut dipimpin oleh Al Mahdi. Dengan semangat yang membara ia meneriakkan kalimat-kalimat suci. Membuat kami semua kehilangan gairah akan dunia dan sesegara mungkin ingin menjemput syahid.
Peperangan berlangsung dengan hebatnya. Tak salah jika ada yang menyebut bahwa ini adalah peperangan akhir zaman atau Armageddon. Peperangan yang menyiratkan besarnya dampak yang akan ditimbulkannya dan besarnya jumlah manusia yang berperang di dalamnya. Peperangan berlangsung sangat sengit antara kaum muslimin dengan yahudi la’natulloh. Nabi Isa yang ikut berperang, menuntaskan janjiNya dengan membunuh Dajjal di Bab Ludd, sebuah kota di dekat Ramallah Jerussalem. Seperti anak ayam yang kehilangan induknya, para yahudi itupun kocar-kacir mendengar kematian Dajjal. Mereka berhamburan tidak beraturan ke segala arah menghindar dan berlindung dari kejaran kaum muslimin. Saat itu seluruh pohon dan batu membantu kami dengan memberitahukan keberadaan yahudi yang berlindung di balik mereka. Saat itu aku beberapa kali menangkap basah yahudi yang berlindung di balik pohon. Namun, ada satu pohon yang tidak bersuara sama sekali untuk memberitahu keberadaan yahudi-yahudi tersebut. Pohon itu bernama pohon gorgot. Hingga ku kembali menyadari bahwa pohon itu adalah pohon dari para yahudi tersebut. Hingga aku kembali menyadari mengapa Israel dulu rela menghabiskan jutaan uangnya untuk menanam pohon-pohon ini.
**
Peperangan berakhir. Kaum muslimin telah mendapatkan apa yang telah dijanjikan oleh Alloh. Kemenangan mutlak atas kaum kuffar. Sebuah pertanda akan bangkitnya kembali kejayaan islam. Sebuah pertanda pula bahwa ini adalah babak akhir dari episode panjang kehidupan manusia.
Imam Mahdi, selepas peperangan ini beberapa tahun kemudian, kembali kehadapan kekasihNya, seolah kedatangan dan kepergiannya hanya untuk membantu kaum muslimin dalam menggapai kembali kejayaan Islam. Isa Al Masih, beberapa tahun selepas perang, menunaikan beberapa tugas lainnya yang diperintahkan Alloh. Setelah tuntas menunaikan segala tugasnya, Isa Al Masih kembali memenuhi tugas lainnya sebagai seorang muslim, menikah dengan wanita sholihah. Hingga beberapa tahun kemudian ia benar-benar kembali pada Kekasihnya.
Satu persatu saudara, sahabat, seperjuanganku kembali menghadap Kekasih yang selama ini mereka rindukan. Satu persatu mereka meregang nyawa dengan indahnya. Sedangkan diriku masih terperangkap dalam dunia ini. Dunia yang sungguh indah dan tak pernah kubayangkan sebelumnya. Dunia yang penuh dengan ketaqwaan dan kemakmuran seperti dulu kala saat Rasul masih bersama kaum muslimin. Seluruh dunia saat ini sebagian besar beriman pada Alloh, dimana sholat subuh berjamaah di masjid hingga memenuhi semua saf menjadi pemandangan yang lumrah setiap harinya, dimana kaum muslimin tidak memerlukan hartanya untuk diinfakkan karena kaum muslimin saat itu sebagian besar dalam keadaan yang berkecukupan, dimana akhlak mulia terpancar di seluruh sendi kehidupan ini. Subhanalloh…
Namun, keindahan ini tetap saja menyisakah keresahan di hatiku. Keresahan akan sebuah sabda yang ditorehkan dalam Hadits Rasul yang mulia, “seburuk-buruknya manusia adalah manusia yang bertemu dengan hari kiamat”. Kenyataan yang ada saat ini adalah diriku semakin dekat dengan hal itu. Setiap hari, ku selalu memanjatkan doa tuk segera diberikan kenikmatan bertemu denganNya, setiap hari ku berharap bahwa ini adalah hari terakhir ku di dunia dan segera bertemu denganNya dan terhindar dari julukan seburuk-buruknya manusia.
Akhirnya kusadari bahwa tak ada yang perlu kuresahkan. Biarlah semua terjadi apa adanya. Biarkan hari-hariku berlalu dengan tunduk dan patuh beribadah padaNya. Memohon ampunan dan keikhlasan diri. Selalu berusaha tuk memperbaiki diri dan memohon ampun atas segala kesalahan yang kuperbuat. Hingga suatu saat ku telah mengikhlaskan diri atas segala keputusanNya, hingga kurelakan hidupku untuk ikut dalam rencanaNya.
Hari itu akhirnya tiba. Hari yang juga telah disabdakan Rasul dalam haditsnya. Hari dimana seluruh manusia di dunia akan tercabut nyawanya seketika saat Alloh mengutus angin dingin dari Syams. Siapapun yang terkena angin itu akan terputus kehidupannya di dunia bila masih terdapat sebiji zarah keimanan dalam hatinya.
Dengan diiringi kalimat La ilaha ilalloh ku kembali keharibaanNya, sebuah akhir dari kehidupan dunia yang sangat indah. Sebuah pertemuan yang sekian lama kunantikan. Pertemuan dengan Kekasih yang sangat kucinta. Kekasih yang selama ini mewarnai setiap hari-hariku. Kekasih yang selalu menepati segala janji yang pernah ia tuliskan beberapa abad yang lalu. Sungguh sebuah akhir kehidupan yang sempurna.
Ya ayyatuhan nafsul muthmainnah (Hai jiwa yang tenang).
Irji’I ila robbiki rodhiyatammarodiyah (Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.)
Fadhkhuli fi ibadih (Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku)
Fadhkhuli jannati (masuklah ke dalam syurga-Ku)
No comments:
Post a Comment