Friday, 28 March 2008

Kesunyian Malam

Tengah malam, pukul 00.45, kala beberapa teman telah terbuai hangatnya ranjang peraduan,kala beberapa teman sesaat meninggalkan hingar bingar perubahan zaman. Diri ku terjaga di kala teman-temanku, sahabat-sahabatku terlelap. Sebelumnya, beberapa jam yang lalu, Tak kuasa ku menahan letih selepas menuntut ilmu pada salah seorang guru.

Sejenak kusandarkan diri di dinding mushola asrama. Rasa kantuk seolah tak ingin beranjak pergi, meski kusadari masih banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan malam ini. hingga ku tertidur dengan mudahnya seiring gerakan pelupuk mata yang semakin tak berdaya.

Begitulah, terlelap di tengah keramaian, terjaga di tengah kesunyian. Mencoba melihat sisi lain dunia kala mereka terlelap. Sungguh merupakan kenikmatan, kala momen ini dapat ku gunakan tuk kembali melihat diri lebih dekat. Mencoba mencari makna keberadaan diri ditengah alam ini…..

Haah…indahnya kehidupan ini…

 

 

Saturday, 22 March 2008

Kronologi Program Khusus buat MPM'ers Psiko Yang lagi Ultah..he..he..

bermula dari ide 'gila' Dea "super sms" Adhicita dan Nila "artis" alias Ninul, para skuad MPM  F4 tercinta, buat ngerjain Jati "filsuf melankolis" Nantiasa di hari kelahirannya, akhirnya ku berhasil memberikan persembahan khusus baginya di hari yang paling berbahagia bagi dirinya.

persembahan khusus tersebut telah di pikirkan jauh-jauh hari, kala Jati dan Dea terlibat "konflik" berkepanjangan. "konflik" yang disertai berbagai macam kekonyolan dari Jati yang membuat Dea kehilangan "kontrol" diri. hingga Dea membuat suatu statetment, "Kak Tegar,,pokoknya kita harus ngasih dia pelajaran di hari Ulang taunnya, biar dia tau rasa, biar dia ngerasain pembalasan dari kita..he..he..(tawa licik di film tom&jerry)" disertai anggukan penuh kemenangan dari Nila dan senyum kecil dari diriku. So,,kita (tegar "nan bijak selalu" hamzah, Dea, Nila) mulai merencanakan "program khusus" bagi si filsuf melankolis ini.

dalam keterangan yang disampaikan oleh Dea, ia pernah melakukan sebuah hal yang sama juga pada salah seorang sahabatnya kala sahabatnya itu merayakan hari kelahirannya. Dea beserta temen2nya pernah membuat kejutan dengan "menggerayangi" rumah sahabatnya di pagi hari saat sahabatnya itu sedang tertidur. disertai kerjasama terselubung dengan anggota keluarga lainnya di rumah, Dea dkk, berhasil datang tepat pada waktunya. namun, apa daya sang sahabat telah terlebih dulu bangun ternyata, hingga akhirnya si Dea dkk kalang kabut pusing tujuh keliling. akan tetapi, keadaan berbalik,  momen yang diperkirakan membuat acara ini gagal justru menjadi akar kemenangan bagi dea dkk. karena sang sahabat perginya tidak lama, maka Dea dkk menunggu di rumah sahabatnya hingga sang sahabat pulang. hatta, ia beserta teman2nya berhasil mengangetkan si sahabat kala sahabatnya itu pulang dari perjalanannya,, dan membuat sahabatnya ini terharu akan pekerjaan yang dilakukan dea dkk..sebuah momen yang so sweet klo kata dea dan nila, minus diriku(ya iya lah)..

berbekal pengalaman yang sangat banyak, Dea berhasil meyakinkan kami (baca:tegar&nila)   untuk membuat momen yang sama. dengan modifikasi yang lebih "seram" dari yang pernah dilakukan dea.

***

hari itu semakin dekat. persiapan telah dilakukan dengan sebaik mungkin. membeli hadiah berupa buku untuk jati, membeli kue tart, membuat ucapan selamat dari kertas warna-warni, hingga membuat "mozaik" reminder bagi jati.

persiapan telah matang, namun terjadi sebuah kericuhan dua hari sebelum hari H. si Jati mau menemani bapaknya ke bandung yang berangkatnya dari kostan bapaknya di cawang, in other word rencana buat ngerjain jati dengan menyambrangi kostanya yang diteruskan dengan makan2 di mang engking pagi harinya jadi berantakan. berbagai hal kami lakukan untuk mencegah jati membatalkan niatnya. dari cara yang halus ampe cara yang hampir kasar. dari perkataan "jat, emang lo mesti ikut?coba dicari cara lain, ya nak?(gak kayak gitu juga deh..)" hingga perkataan "tega lo jat,,masa lo nyuruh gw (dea) ama nila ngebatalin acara ngerjain tugas kuliah, klo jamnya diganti kan kita jadi gak bisa ngerjain tugas!!". so akhirnya, jati pun goyah, akhirnya ia memutuskan untuk melobby bokapnya supaya gak djadi pergi..

perlobian berhasil. Jati gak jadi pergi. tapi apa daya, Jati justru berangkat ke bekasi dari kostan bapaknya di cawang, di hari kamis yang seharusnya dia udah nyampe depok lagi. berbagai cara kami lakukan untuk membuat jati balik lagi ke depok, tetapi jati meminta alasan yang kuat hingga membuatnya benar2 harus ke depok hari itu juga. akhirnya dengan mengucapkan "astaghfirulloh.." ku terpaksa berbohong agar jati bener2 mau balik ke depok. membuat alasan bahwa PMB psikologi bakal diambil alih dekanat (duh..ada-ada aja dah) dan meminta jati membantuku untuk mencari solusi dari permasalahan ini. duh..maaph jat demi keamanan dan kedamaian dunia ku mesti berbohong...

akhirnya jati mau juga balik ke depok. tapi yang jadi permasalahan sekarang, bagaimana caranya dia balik ke depok??. jujur, perjalanan dari bekasi ke depok bukan seperti perjalanan dari kamar mandi ke kamar tidur. jauuuuuh banget!! dan pastinya capek abis. so, supaya sang filsuf melankolis ini mau balik akhirnya dengan hati yang ikhlas dan wajah yang cerah, aku merelakan diri untuk menjemput Jati. berbekal motor yang masih cukup kuat bolak balik depok-bekasi, ku memulai perjalanan. menempuh panasnya udara jakarta dan hirup pikuk keramaian kendaraan. hingga nyaris terjatuh dari motor saking ngantuknya. tapi alhamdulillah, akhirnya ku selamat sampai ke bekasi dengan beberapa waktu sebelumnya beristirahat sebentar di masjid Almuhajirin Bekasi.

***

berbekal kesegaran jasmani yang kembali muncul. ku menjemput jati tuk menghadapi takdirnya..he..he.. mendatangi rumahnya setelah sebelumnya bekerja sama dengan kak nurul, kakaknya jati, agar turut membujuk jati balik ke depok. sepanjang perjalanan, dia terus bertanya mengenai isu PMB, dan dengan hati yang bergejolak menahan kelucuan akibat jati yang terlalu serius menanggapi isu PMB ini, "berbohong" demi kelancaran "program khusus" MPM ini.

sesampainya di kostan jati, perbincangan mengenai PMB semakin serius. berbagai solusi dia tawarkan, ditambah ikut nimbrungnya Kabid SPI BEM UI menambah hangatnya perbincangan kami. ditengah perbincangan ini, bagaimana dengan pekerjaan Dea dan nila dalam menyiapkan berbagai hal untuk program khusus?

ternyata Dea dan Nila sudah menyiapkan Kue Ulang tahun buat jati, membuat kartu ucapan selamat, dan mozaik reminder buat jati. semuanya dikerjakan dua orang yang sangat lebay ini dengan sempurna. hingga sampai suatu saat Dea ama nila SMS. " kak, gimana donk.., saya ama ninul bingung, nila gak boleh keluar dari kostannya lebih dari jam 22.00, terus nanti gimana cara kita keluar ke kostannya jati?”. Ku berpikir, dan berpikir hingga ku berkesimpulan, “cari kostan temen yang ada di kutek aja, gimana?”. Tapi si dea bilang “yah kak,,anak psiko mah dah pada pulang kali,,,lagipula gak ada kayaknya temen saya yang tinggal di kutek,,,tapi kayaknya ada deh,,,temen SMA dulu”. Lalu ku berkata “yaudah itu aja..”. “yaudah deh kak,,,saya hubungin dulu,,tapi klo gak bisa nanti saya hubungin lagi..wasalam”. tak beberapa lama Dea SMS lagi “kak..tempatnya dah dapet,,di kostannya kak Farah”. Sejenak ku berpikir dan mencoba mencari penjelasan rasional atas ucapan yang dikatakan Dea “di tempat Farah??ngapain? jauh banget dari kostannya jati,,sama juga boong tau!!”. Tapi dengan sabar (nampaknya) Dea menjelaskan “iiih…kakak,,kan tadi saya udah bilang,,di kostannya nila paling malem tuh boleh keluarnya jam 22.00,,jadi lebih dari jam itu gak boleh keluar, jadi kite berdua nyari kostan yang bisa keluar jam 3 pagi, nah,,dikostannya kak Farah boleh tuh, dan kak Farahnya juga antusias banget,,yaudah akhirnya kita dikostan kak Farah aja,,jadi gitu kak,,”. “Ya sudah lah” kata ku, tapi yang paling membuatku khawatir adalah perjalanan yang panjang dan jauh di malam hari melintasi margonda, dan jalan-jalan di UI. Berbahaya sekali buat dua orang perempuan MABA 2007 ini. Untuk itu aku memberikan beberapa solusi lain yang nampaknya tidak mereka setujui, dan akhirnya ku persilahkan mereka untuk melakukan rencana mereka ini sembari berdoa agar tidak terjadi apa-apa pada mereka.

Akhirnya waktunya pun tiba. Tepat pukul 3.00 pagi Dea SMS “kak..bangun,,kita udah nyampe FE nih,,tungguin kita di pintu Kutek yah, aku gak tau kostannya Jati,,”. Akhirnya ku keluar menjemput mereka di gerbang kutek, dengan memakai sepedanya Aha. Oiya..ku lupa memberitahu, semalam sebelum ku tidur, ku memberitahukan Aha tentang rencana dari anak-anak MPM ini,dan dia manggut-manggut setuju aja klo sepedanya nanti di pinjem,,he..he..makasih ha.

Akhirnya kusampai di gerbang kutek. Malam itu hanya ada beberapa orang saja yang terlihat. Kusempatkan diri untuk mampir sebentar di warung yang masih buka di dekat gerbang itu, sambil menunggu Dea dan Nila yang kayaknya hampir sampe. Sembari melambaikan tangan, ku memanggil Dea dan Nila. Mereka Nampak tergopoh-gopoh membawa persiapan buat Ngagetin si Jati. Dari Kue Tart Ulang tahun, sampe printilan2 lainnya.

Perjalanan dari gerbang kutek menuju kostannya jati diselingi berbagai macam percakapan. Salah satunya mengenai JAUHnya kostannya jati dari gerbang kutek. Dea “super SMS” berkata “gile kak..jauh amat kostannya, pantesan aja dia kurus kak..” he..he.., yah begitulah,,selama perjalanan mereka selalu mengeluhkan mengenai hal ini, dan ku hanya manggut-manggut aja sambil senyum.

Akhirnya kita sampai di kostannya jati sambil terengah-engah menarik nafas karena medan perjalanan yang naik turun. Setelah menstabilkan nafas, Dea dan Nila menyalakan lilin, sedangkan aku membuka pintu kostannya jati. Di dalam kamar, Jati sedang asyiknya tidur, tidak menyadari kedatangan kami. Disertai teriakan serempak dari kami “JATI……BANGUN…SELAMAT ULANG TAHUN…”. Sambil membuka mata sedikit, Jati seperti tidak percaya klo ada dua orang makhluk yang gak mungkin banget datang ke kostannya dia apalagi jam 3 pagi! (baca:Dea and Nila). Ia malah membalikkan badan, seperti tidak mau menerima kenyataan. Akhirnya tanpa pandang bulu, Nila dengan semangatnya menarik Sprei Jati hingga tuh filsuf melankolis terguling guling, dan untungnya dia bangun sebelum Nila kembali beraksi dengan bersiap-siap mengguyur jati pake aer…(dalam hati jati berkata: “kejam…”).

***

Anyway,,,peristiwa ini membuat jati seolah tak kuasa menahan keterkejutannya, tak kuasa menahan tangis haru(gak nangis juga sih..Cuma matanya agak berlinang gitu..he..he..). Setelah berhasil menstabilkan diri, jati akhirnya sanggup juga niup lilin yang berbentuk angka 21. Representasi dari usianya yang telah menginjak 2 dasawarsa. Sambil meniup lilin, jati tetep aja sewot “duh..ada-ada aja sih MPM,,sumpah..gw bener2 gak nyangka,,sebelumnya gw gak pernah dirayain kayak gini,,apalagi ampe dibangunin jam 3 pagi kayak gini…”.

Dea dan Nila lalu berkata “ayo donk kak…make a wish..”. Diam sejenak..lalu jati berkata, “semoga kebahagiaan ini kan terus berlanjut”,,,bingung dengan penjelasan jati,,akhirnya kita mereka berdua nanya…”kak emang maksudnya apa?”..”yah..kayaknya gw punya masalah gitu,,takut tuk kehilangan orang2 yang deket ama gw..jadi karena itu gw kayaknya agak takut menjalin kedekatan lebih jauh ama mereka..”jelas Jati. Mendengar penjelasan Jati, Dea berkata “kak…lo jangan kayak gitu donk..kan klo misalkan ada yang pergi pasti ada yang lebih baik lagi yang bakal dating,,jadi jangan takut donk kak..”. “yah..mungkin ini semacam penyakit kali ya?gw gak tau kenapa..” Jati membalas penjelasan Dea.

Setelah itu?kita makan2 deh..he.he..makan kue tart yang lilinnya dah meleleh banyak gara2 jati kelamaan niup sama cerita-cerita tentang scenario ini. Tambahan,,pas siang harinya,, kita berempat akhirnya makan-makan juga di mang engking, bareng ama kak Nurul yang sukses membujuk jati buat balik ke depok..he..he..makasih kak.

P.S:

Buat Jati…Met Milad Bro..Sorry keterlaluan..he..he..

Tuesday, 18 March 2008

Abstraksi Orasi Ilmiah IFLF

        Inilah draft ataupun abstraksi ataupun apalah namanya, Orasi Ilmiah IFLF(Indonesian Future Leaders Forum). entah mengapa, akhirnya aku lolos seleksi. Oleh karena itu aku diharuskan menyelesaikan karya tulis ini menjadi sebuah karya  yang utuh. 

Semangat
, tiada kata lain selain menjadi yang nomor 1.
Fastaqim ! , Faidza azzamta fa tawakal 'alallah

Degenerasi kepemimpinan (PEMIMPIN MITOS vs PEMIMPIN KOMPETENSI) 

Oleh

Tegar Hamzah

Fakultas Psikologi  Universitas Indonesia

        Konsepsi ratu adil tidaklah sekedar legenda bagi sebagian besar masyarakat jawa. Akan tetapi lebih dari itu, konsepsi ini melahirkan sebuah skema pemikiran yang mengarah kepada pembentukan perilaku bagi sebagian besar masyarakat yang meyakininya. Sebuah perilaku yang terkait erat dengan proses pencarian sosok ‘satria piningit’ yang membebaskan rakyat dari kesengsaraan.

        Sosok ini telah menjadi sebuah obsesi bagi sebagian besar masyarakat khususnya masyarakat jawa, tempat dimana legenda ini bermula. Sebuah obsesi untuk membebaskan rakyat dari kesengsaraan. Sang juru selamat pertama kali di sebut-sebut oleh salah seorang legenda yang pernah diperkirakan menjadi raja di mameneng (kediri) melalui ramalan yang dibuat olehnya, dia adalah Jayabaya. 

        Ramalan Jayabaya tidak saja terkenal di kalangan masyarakat Jawa, tetapi juga penjajah Belanda. Pada era-penjajahan, berkali-kali terjadi gerakan rakyat mengatas namakan Ratu Adil di berbagai penjuru tanah Jawa. Gerakan ini bertujuan mengusir penjajah Belanda. Menurut laporan gubernur J.P Coen kepada direksi VOC di Belada, disebutkan bahwa penyerangan Sultan Agung atas VOC di Batavia (1613-1645) sedikit banyak di latar belakangi mitos Sultan Agung sebagai sang Adil tersebut.

        Sejatinya mitos Ratu Adil hanya merupakan fenomena sosiokultural yang imaginatif, dan sebuah hal yang absurd untuk direalisasikan, tetapi mampu memberikan harapan sekaligus semangat “elan vital” bagi masyarakat pribumi guna melawan penindasan.

Pemimpin Mitos
        legenda ratu adil memunculkan sesosok pemimpin yang memanfaatkan legenda ini. Pemimpin yang berlandaskan mitos ratu adil dan bukan pada kompetensi yang dimiliki. Pemimpin-pemimpin ini terkenal dengan sebutan pemimpin-pemimpin mitos. Salah satu karakteristik utama dari kepimpinan ini antara lain usia mereka yang telah senja dan pemikiran yang konservatif. Mereka memanfaatkan legenda ini untuk menutupi inferioritas yang mereka miliki yaitu hal-hal yang telah saya sebutkan di atas, usia yang telah senja dan pemikiran yang konservatif dan non-mutakhir.

        Soeharto, soekarno, Megawati, dan pemimpin-pemimpin yang pernah memimpin bangsa ini sebelumnya, merupakan beberapa contoh pemimpin mitos. Berbekal dukungan dari sesepuh masyarakat yang mempunyai pengaruh, sesepuh-sesepuh masyarakat yang satu zaman dengan mereka membuat suatu frame berpikir bagi masyarakat awan untuk memahami konteks kepimpinan sesuai keinginan sang pemimpin mitos. 

Pemimpin kompetensi

Kompetensi yang dimiliki terkait erat dengan ide-ide segar yang berkembang. Ide-ide ini merupakan racikan pemikiran mutakhir dari orang-orang yang memiliki usia dan kematangan intelektual yang sedang mencapai puncaknya. Namun, seringkali posisi mereka yang telah mencapai puncaknya terbentur dengan berbagai birokrasi dan konstitusi yang belum memihak mereka, sehingga tidak memungkinkan mereka untuk muncul dikancah kepimpinan nasional.

Degenerasi kepemimpinan dan pemimpin mitos.

Berdasarkan usia dan kematangan intelektual, posisi mereka (baca: pemimpin mitos) saat ini tidak memiliki nilai jual yang tinggi. Usia yang telah mendekati 60 tidak memungkin mereka untuk bersaing dalam urusan pemerintahan yang membutuhkan fisik yang prima. Ortega salah satu filsuf spanyol mengatakan bahwa usia 35-40 tahun merupakan usia pemberontakan mereka dengan rezim dimasa mereka berada, usia 40-55 merupakan usia dimana mereka hendaknya telah memegang tampuk kepemimpinan sedangkan usia antara 60-70 merupakan usia ‘survivor’ agar mereka bisa tetap melanjutkan hidup dan dapat menyaksikan peristiwa-peristiwa yang terjadi saat itu atau saksi sejarah.

Rentang usia 15 tahun semenjak mereka memimpin merupakan rentang usia ideal bagi seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya. Untuk itu, bila usia kepimpinan melebihi rentang waktu itu maka akan terjadi degenerasi kepimpinan seperti yang dialami oleh pemimpin-pemimpin yang lahir pada masa orde baru. Yaitu megawati, SBY, Gusdur, dan pemimpin nasional lainnya.

        Saat orde baru memerintah selama 32 tahun, mereka tidak mendapat tempat dan menjadi sebuah generasi kepimpinan yang hilang. Untuk itu mereka mengkompensasi ketidak ikutsertaan mereka dalam kepemimpinan nasional saat itu dengan menduduki tampuk kepemimpinan selanjutnya yang bukan menjadi hak mereka lagi. 

Memutus lingkaran setan degenerasi kepemimpinan

Bila frame berpikir ini tetap dipertahankan maka akan terjadi diskualifikasi dan inkompetensi kepemimpinan. Dimana setiap masa bukan ditempati oleh tokoh pemimpin seharusnya, akan tetapi pemimpin mitos yang telah habis masa jayanya. Membaca salah satu hadits dari Rosul “setiap pekerjaan yang tidak dikerjakan oleh ahlinya, tinggal tunggu saja kehancurannya”. Setiap masa yang tidak ditempati oleh pemimpin kompetensi, tinggal tunggu saja kehancurannya.

Salah satu solusi dari hal ini adalah mengakomodir terpilihnya pemimpin kompetensi sebagai solusi masalah bangsa. Dengan mengubah konstitusi yang melarang calon perseorangan untuk maju sebagai calon independen pada pemilihan kepala daerah atau pemilihan umum. Sehingga bibit-bibit pemimpin kompetensi dapat tumbuh tanpa terhalang birokrasi partai politik yang lebih berpihak pada kepentingan pemimpin mitos.

solusi selanjutnya adalah menyegarkan kembali perspektif masyarakat mengenai kepemimpinan nasional. Bahwa pemimpin yang adil dan baik tidak selalu diindentifikasikan sebagai ratu adil yang berusia lanjut, terlihat sepuh dan lainnya. Namun, seorang pemimpin yang telah mencapai masanya untuk memimpin sebagai implikasi dari pola regenerasi kepemimpinan nasional.


Saturday, 15 March 2008

Merenungi Kebahagiaan Hari Ini...

Mengutip perkataan Forrest Gump si “jenius” ber IQ (menurut skala binet) dibawah rata-rata,
“Hidup itu seperti sekotak coklat. Kita tak akan tahu bagaimana rasanya bila kita tidak mencobanya.” (Gump, 1994) Bahasa ilmiahnya, hidup itu tak bisa ditebak, penuh dengan misteri. Seperti film horror yang tak jelas endingnya, yang penuh dengan suasana mencekam dan ketidakpastian.

Nampaknya jika dilihat dan diamati secara seksama, hidup itu bagai sebuah kutukan bila deskripsi kita seburuk ini. Bagaimana seharusnya seorang manusia yang diberikan kebebasan memilih, terjebak dalam sebuah realita yang membuat mereka tak dapat menentukan pilihan. Ketika mereka terjebak dalam sebuah paradigma yang telah lama terbangun, bahwa hidup adalah misteri, untuk itu anda harus berhati-hati dan bangunlah sikap prejudice dan sinis pada setiap orang yang mendekati.

Apa jadinya bila paradigma ini telah lama mengendap dalam pola pikir manusia? kembali, saya tegaskan, Bagai sebuah kutukan, dimana banyak orang-orang yang mementingkan diri sendiri dalam perilaku kesehariannya.  Karena telah terpola dalam pikiran bahwa hidup itu misteri maka anda harus berhati-hati, maka tak masalah bila anda memanipulasi orang lain atau bahkan diri sendiri. Pola pikir yang tercermin dalam perilaku egois, mau menang sendiri, dan enggan berkontribusi.

Kasihan orang-orang seperti ini, menganggap segalanya sebagai ancaman. Takut akan sebuah keadaan yang tidak beralasan. Ketakutan akan sebuah masa depan yang masih menjadi misteri. Sebuah gambaran masa depan yang idealnya dapat diantisipasi. Dengan memaknai segala hal yang dirahmati oleh sang Pemberi Kasih. 

Caranya??
Hanya satu… Nikmati hidup kita saat ini, rasakan kebahagiaan di setiap aktivitas yang kita jalani.
 

Terkadang ada beberapa orang yang memilih untuk menunda kebahagiaannya.  Kebahagiaan menurutnya adalah ketika ia telah menggapai sesuatu. Ketika ia berkata “aku akan bahagia jika aku telah menjadi manajer, aku bahagia jika aku telah menjadi direktur, atau aku bahagia jika aku telah mendapat beasiswa, dan sebagainya” . hingga ia tersadar bahwa kebahagiaan tak pernah menghampirinya. 

Atau menjadi seorang yang memilih untuk berkeluh kesah dan menyesali pilihan yang telah ia ambil. Sebuah pilihan yang mereka andaikan untuk terulang kembali. Ketika mereka berkata “seandainya dulu aku memilih untuk menginvestasikan uangku..., seandainya dulu aku bersekolah di tempat itu..., atau seandainya dulu aku bersikap seperti itu, pastinya aku kan bahagia”. Membuatnya tak menyadari bahwa masih banyak kebahagiaan yang tersisa dalam kehidupannya kini. 

Lalu...Masih adakah pilihan dalam mencapai kebahagiaan, selain dua opsi diatas??

Masih ada saudaraku..masih ada…

dengan menikmati kebahagiaan sesuai dengan hakikatnya. Memaknai kebahagiaan sebagai sebuah momen ke-kini-an dan ke-disini-an yang akan hilang sekejap dan menguap bila tak segera kita dekap. Rasakan kebahagiaan disetiap nafas kita. Hinggapi raga dan jiwa  dengan sebuah keinginan untuk menikmati dan mensyukuri segala hal yang ada pada diri saat ini. Maknai hal itu saudaraku..maknai sebuah kebahagiaan sebagai momen SAAT INI, bukan nanti, besok atau kemarin.

Dengan ini kita tak lagi menilai sebuah kehidupan sebagai misteri. Sebagai sebuah bentuk ketidakjelasan duniawi. Rasakan dan resapi bahwa hidup ini indah dengan bersyukur dan berbahagia akan nikmat yang telah diberikanNya. Teguhkan hati tuk memandang hidup yang mungkin penuh misteri sebagai sebuah bentuk kebahagiaan yang tertunda layaknya pelangi yang tak muncul tepat pada waktunya.

Monday, 10 March 2008

Sesaat Setelah ngumpulin Tugas Psikometri

psikometri, klo pake bahasa awamnya pengukuran jiwa, ato pake bahasa
yang lebih kerennya lagi ilmu tentang mengukur jiwa, dan memang ilmu
ini merupakan salah satu pengejawantahan (bener gak?
) ilmu psikologi
yang sebelumnya terus berkutat pada ranah filsafat menjadi bagian dari
sains modern.

ilmu psikologi saat ini memang hanya mengukur perilaku yang overt
(baca:terlihat) saja, walaupun psikologi tidak mengenyampingkan aspek
kovert (baca:tidak terlihat) dari seseorang yang diasumsikan terlihat
dalam perilaku yang nampak dari orang tersebut. perilaku yang tampak
ini lalu dikategorikan dalam sebuah klasifikasi sistematis pada sebuah
teori ataupun hipotesa tertentu. sehingga menjawab berbagai pertanyaan
tentang sejarah kejiwaan ataupun permasalahan psikologis dari orang
tersebut.

pengukuran psikologis tidak sesederhana yang kita bayangkan. ada satu
atau bahkan puluhan syarat agar sebuah pengukuran dikatakan layak atau
tidak. salah dua syaratnya itu adalah valid dan reliabel. pertama
adalah valid. valid itu bahasa sederhananya adalah mengukur apa yang
seharusnya diukur. jangan sampai item-item dalam alat ukur tersebut
mengukur hal lain yang seharusnya tidak ingin diukur, nama lainnya lagi
adalah mubazir. kedua adalah relliabel. reliabel adalah konsistensi
dalam pengukuran. sehingga setiap alat ukur yang diujikan dapat
memberikan hasil yang sama pada seorang ataupun lebih subjek di waktu
yang berbeda.

butuh uji coba berulang kali pada satu atau lebih subjek yang sama pada
waktu yang berbeda untuk membuat satu alat ukur yang valid dan
reliabel. hingga nantinya alat ukur tersebut dikatakan layak digunakan
untuk mendiagnosis kepribadian ataupun masalah psikologis dari
seseorang.

itulah sekilas mengenai psikometri. ilmu yang memfasilitasi psikologi
dalam menjelaskan fenomena-fenomena kejiwaan. lalu muncul sebuah
pertanyaan, apakah setiap orang dapat dikategorikan sama dalam sebuah
pengukuran psikologis?. karena kita tahu bahwa setiap orang memiliki
kecenderungan tingkah laku yang berbeda satu sama lain. setiap orang
juga memiliki motivasi ataupun landasan yang berbeda ketika bertindak.
sedangkan psikometri terkadang menggeneralisir setiap orang pada sebuah
pola yang telah ditemukan sebelumnya oleh pengukuran psikologis.
sehingga terkadang pemahaman yang kita dapatkan mengenai seseorang
tidaklah komprehensif dan mendalam dikarenakan penggunaan alat ukur
dalam psikometri.

melihat permasalahan ini, diperlukan suatu metode lain yang dapat
memfasilitasi perbedaan dan keunikan antar individu. metode tersebutpun
bertujuan untuk mengkaji secara mendalam perilaku ataupun permasalahan
psikologis individu yang pastinya berbeda satu sama lain. metode ini
dikenal dengan nama metode pendekatan fenomenologis atau bahasa
kerennya metode kualitatif.

metode kualitatif memiliki beberapa cara dalam hal pengumpulan data.
diantaranya adalah wawancara dan observasi. wawancara mendalam untuk
menggali lebih jauh mengenai permasalahan yang dialami oleh individu
dan observasi pada tingkah laku individu yang kemungkinan besar
merupakan kondisi kejiwaan dari individu.

begitulah selayang pandang singkat mengenai psikometri dan pengukuran
psikologis lainnya. semoga tulisan ini bermanfaat bagi anda yang memang
menikmati sekali segala rupa dari pernak-pernik pengukuran psikologis.
semoga pula tulisan ini dapat menjadi ajang katarsis ria bagi diri saya
yang hampir setengah hidup menyelesaikan tugas psikometri...fuih...

semangat...kuliah psikometri...








Saturday, 8 March 2008

[Cerpen] Lelaki Akhir Zaman bag II

Lanjutan Bagian I...

Kota Makkah penuh dengan hiruk pikuk para pengungsi dari berbagai Negara. Tujuan mereka tiada lain berlindung dari fitnah Dajjal yang akan segera muncul dan membaiat Imam kaum muslimin yang baru. Diriku yang baru saja sampai dengan berbagai pengorbanan akhirnya mendarat ke kota suci ini. Tepat satu pekan perjalananku menempuh berbagai Negara tuk sampai ke kota ini. Berpindah-pindah kendaraan dari satu Negara ke Negara lain. Ku tak menyangka dapat sampai ke Mekkah dalam waktu sesingkat ini melihat kondisi perjalanan dan berbagai peristiwa yang terjadi saat itu, hingga kuberpikir mungkin Alloh mempunyai rencana lain bagi diriku. Perjalananku melalui udara tidak dimungkinkan. Kebanyakan alat transportasi udara sudah tidak beroperasi lagi. Berbagai gejolak dunia yang terjadi akhir-akhir itu memaksa seluruh maskapai penerbangan menutup rute perjalanan udara untuk sementara hingga waktu yang belum ditentukan. Mengantisipasi segala kemungkinan buruk yang bisa saja muncul.

Keadaan kota suci bagaikan sebuah barak militer. Setiap orang memfasilitasi diri dengan berbagai senjata. Mengantisipasi kemungkinan perang yang sewaktu-waktu terjadi antara kaum muslimin dengan berbagai pihak yang menentang mereka. Dengan mengikuti komando dari sang Imam yang terpilih, Muhammad bin Abdullah, kami semua bersiap-siap untuk bertempur, menagih janji Alloh yang segera datang.

Persinggahan pertama kami dalam perjalanan jihad adalah kota-kota dan Negara-negara di Jazirah Arab. Kami dengan berbagai kekurangan yang ada berhasil menaklukan beberapa Negara, hingga akhirnya seluruh jazirah arab saat itu kembali kepada Islam yang berlandaskan Alquran dan Sunnah yang sesungguhnya dalam pimpinan Al Mahdi.

Selanjutnya, berbagai peristiwa kulalui bersama saudara-saudaraku yang lain beserta Al Mahdi. Menyadari akan hakikat hidup yang sebenarnya sebagai tempat persinggahan dan beramal, sebuah filosofi yang selama ini telah kulupakan. Bersama, kami mencoba peruntungan dengan berjihad tuk mendapatkan tiket langsung menuju surga dengan gelar Syuhada. Dibawah pimpinan Al Mahdi akhirnya kami sampai pada pertempuran terakhir melawan Yahudi dan Dajjal yang berada dibalik mereka.

Kala itu sebelum pertempuran berlangsung, salah satu janji Alloh yang lain akhirnya datang. Turunnya Al Masih Isa ibnu Maryam di sebelah timur kota Damaskus. Dengan memakai dua jubah yang berwarna ia menghampiri kami yang hendak melaksanakan sholat subuh. Kami bersholawat dan bertakbir serta menyebut asmaNya untuk menyambut sang Nabiullah yang selama ini berada dalam lindungan Alloh. Selanjutnya dengan lembut Al Mahdi berkata pada Isa A. S “silahkan anda yang menjadi imam” namun dengan tegas Al Masih menolak seraya berkata “anda sebagai keturunan Muhammad lebih berhak menjadi Imam”. Sebuah bentuk penegasan bahwa Al Masih tidak turun dengan membawa agama baru ataupun membenarkan agama yang lain.

Selepas sholat, kami semua bersiap untuk memulai peperangan. Peperangan yang telah dicatat berabad-abad sebelumnya dalam Alquran dan Sunnah. Kami semua telah mengikhlaskan diri padaNya. Yakin akan janjiNya yang pasti kan datang, kemenangan yang dekat pada kaum Muslimin. Peperangan tersebut dipimpin oleh Al Mahdi. Dengan semangat yang membara ia meneriakkan kalimat-kalimat suci. Membuat kami semua kehilangan gairah akan dunia dan sesegara mungkin ingin menjemput syahid.

Peperangan berlangsung dengan hebatnya. Tak salah jika ada yang menyebut bahwa ini adalah peperangan akhir zaman atau Armageddon. Peperangan yang menyiratkan besarnya dampak yang akan ditimbulkannya dan besarnya jumlah manusia yang berperang di dalamnya. Peperangan berlangsung sangat sengit antara kaum muslimin dengan yahudi la’natulloh. Nabi Isa yang ikut berperang, menuntaskan janjiNya dengan membunuh Dajjal di Bab Ludd, sebuah kota di dekat Ramallah Jerussalem. Seperti anak ayam yang kehilangan induknya, para yahudi itupun kocar-kacir mendengar kematian Dajjal. Mereka berhamburan tidak beraturan ke segala arah menghindar dan berlindung dari kejaran kaum muslimin. Saat itu seluruh pohon dan batu membantu kami dengan memberitahukan keberadaan yahudi yang berlindung di balik mereka. Saat itu aku beberapa kali menangkap basah yahudi yang berlindung di balik pohon. Namun, ada satu pohon yang tidak bersuara sama sekali untuk memberitahu keberadaan yahudi-yahudi tersebut. Pohon itu bernama pohon gorgot. Hingga ku kembali menyadari bahwa pohon itu adalah pohon dari para yahudi tersebut. Hingga aku kembali menyadari mengapa Israel dulu rela menghabiskan jutaan uangnya untuk menanam pohon-pohon ini.

**

Peperangan berakhir. Kaum muslimin telah mendapatkan apa yang telah dijanjikan oleh Alloh. Kemenangan mutlak atas kaum kuffar. Sebuah pertanda akan bangkitnya kembali kejayaan islam. Sebuah pertanda pula bahwa ini adalah babak akhir dari episode panjang kehidupan manusia.

Imam Mahdi, selepas peperangan ini beberapa tahun kemudian, kembali kehadapan kekasihNya, seolah kedatangan dan kepergiannya hanya untuk membantu kaum muslimin dalam menggapai kembali kejayaan Islam. Isa Al Masih, beberapa tahun selepas perang, menunaikan beberapa tugas lainnya yang diperintahkan Alloh. Setelah tuntas menunaikan segala tugasnya, Isa Al Masih kembali memenuhi tugas lainnya sebagai seorang muslim, menikah dengan wanita sholihah. Hingga beberapa tahun kemudian ia benar-benar kembali pada Kekasihnya.

Satu persatu saudara, sahabat, seperjuanganku kembali menghadap Kekasih yang selama ini mereka rindukan. Satu persatu mereka meregang nyawa dengan indahnya. Sedangkan diriku masih terperangkap dalam dunia ini. Dunia yang sungguh indah dan tak pernah kubayangkan sebelumnya. Dunia yang penuh dengan ketaqwaan dan kemakmuran seperti dulu kala saat Rasul masih bersama kaum muslimin. Seluruh dunia saat ini sebagian besar beriman pada Alloh, dimana sholat subuh berjamaah di masjid hingga memenuhi semua saf menjadi pemandangan yang lumrah setiap harinya, dimana kaum muslimin tidak memerlukan hartanya untuk diinfakkan karena kaum muslimin saat itu sebagian besar dalam keadaan yang berkecukupan, dimana akhlak mulia terpancar di seluruh sendi kehidupan ini. Subhanalloh…

Namun, keindahan ini tetap saja menyisakah keresahan di hatiku. Keresahan akan sebuah sabda yang ditorehkan dalam Hadits Rasul yang mulia, “seburuk-buruknya manusia adalah manusia yang bertemu dengan hari kiamat”. Kenyataan yang ada saat ini adalah diriku semakin dekat dengan hal itu. Setiap hari, ku selalu memanjatkan doa tuk segera diberikan kenikmatan bertemu denganNya, setiap hari ku berharap bahwa ini adalah hari terakhir ku di dunia dan segera bertemu denganNya dan terhindar dari julukan seburuk-buruknya manusia.

Akhirnya kusadari bahwa tak ada yang perlu kuresahkan. Biarlah semua terjadi apa adanya. Biarkan hari-hariku berlalu dengan tunduk dan patuh beribadah padaNya. Memohon ampunan dan keikhlasan diri. Selalu berusaha tuk memperbaiki diri dan memohon ampun atas segala kesalahan yang kuperbuat. Hingga suatu saat ku telah mengikhlaskan diri atas segala keputusanNya, hingga kurelakan hidupku untuk ikut dalam rencanaNya.

Hari itu akhirnya tiba. Hari yang juga telah disabdakan Rasul dalam haditsnya. Hari dimana seluruh manusia di dunia akan tercabut nyawanya seketika saat Alloh mengutus angin dingin dari Syams. Siapapun yang terkena angin itu akan terputus kehidupannya di dunia bila masih terdapat sebiji zarah keimanan dalam hatinya.

Dengan diiringi kalimat La ilaha ilalloh ku kembali keharibaanNya, sebuah akhir dari kehidupan dunia yang sangat indah. Sebuah pertemuan yang sekian lama kunantikan. Pertemuan dengan Kekasih yang sangat kucinta. Kekasih yang selama ini mewarnai setiap hari-hariku. Kekasih yang selalu menepati segala janji yang pernah ia tuliskan beberapa abad yang lalu. Sungguh sebuah akhir kehidupan yang sempurna.

Ya ayyatuhan nafsul muthmainnah (Hai jiwa yang tenang).

Irji’I ila robbiki rodhiyatammarodiyah (Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.)

Fadhkhuli fi ibadih (Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku)

Fadhkhuli jannati (masuklah ke dalam syurga-Ku)




[Cerpen] Lelaki Akhir Zaman bag I

Rasa ini telah lama berkecamuk didadaku, gelisah, gundah, dan khawatir, ingin tuk segera kembali ke haribaanNya. Di setiap rukuk dan sujud berharap agar takdirNya itu kan segera menjemput. Sekian lama kunantikan saat-saat indah itu. Namun, apa daya, Dia yang menguasai rahasia kehidupan belum mengizinkanku meninggalkan dunia. Hingga rasa ini kan tetap ada, berkecamuk dalam kalbu.

Berawal dari berita beberapa sahabat seperjuangan, yang telah lebih dulu menikmati indahnya bertemu denganNya. Memenuhi janji yang selama ini begitu manis menembus relung-relung telinga kami.
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?
(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu.
Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”
Membuat kami merasa fananya dunia. Membuat kami berlomba tuk menagih janjiNya.

Sebagian besar dari mereka begitu beruntung bertemu dengan Kekasihnya di medan jihad, bergelar syuhada yang menjadi cita-cita kami selama ini. Sebagian yang lain, satu persatu dipanggil kembali oleh sang Kekasih dengan cara yang berbeda namun dengan satu pertanda yang sama, senyuman manis terpancar dari cahaya wajah mereka, husnul khotimah.

Diriku yang termasuk dalam rombongan jihad bersama mereka, telah lama menantikan saat-saat perjumpaan itu. Di medan jihad, seolah menantang kematian, diriku maju dan takkan mundur sebelum kemenangan itu datang, baik dengan matinya diriku atau tanpa kematianku sekalipun. Di luar medan jihad, diriku tetap setia menantikan saat-saat pertemuan itu. Berita-berita tentang wafatnya teman-temanku satu per satu membuat rasa gundah, resah, dan khawatir itu semakin kuat.

**

Akan terasa aneh bila yang kurasakan ini terjadi di masa-masa dahulu, ketika Islam masih dalam fase sejarah yang di sabdakan rosul sebagai masanya raja-raja menggigit dan masanya raja-raja diktator. Namun, saat ini zaman telah berganti. Islam telah menemukan hakikatnya yang tertuang dalam sabda rosul, Islam yang sama seperti islam pada masa Rosul dan sahabat yang dipenuhi dengan atmosfer ketaqwaan.

Fase sejarah saat ini telah kucapai bersama saudara-saudaraku sesama muslim dan tentu saja bersama Almasih Isa ibnu Maryam A.S serta Almahdi Muhammad bin Abdullah. Sebuah fase sejarah yang sempat kuragukan kebenarannya hingga suatu saat ku dengar melalui media-media massa tentang suatu prahara yang terjadi di dua kota suci umat islam, Makkah dan Madinah.

Prahara tersebut terjadi pada saat musim haji. Saat berkumpulnya seluruh muslim di dunia untuk berhaji dan untuk membaiat seorang muslim dari kalangan keluarga rasul. Pembaiatan tersebut terjadi kala dunia berada dalam keadaan yang tidak menentu dengan berbagai pertentangan antar berbagai golongan baik muslim ataupun diluarnya.

Pembaiatan itu menimbulkan gejolak di dunia. Ibadah haji yang selama ini biasanya dijalankan dalam bentuk ritual semata, tanpa disangka membuat suatu perubahan. Konsolidasi diantara seluruh muslim di dunia tuk membaiat seseorang. Membuat beberapa pihak yang tidak senang akan hal ini menyerang para pembaiat dengan pasukan yang tenggelam tanpa sebab diantara Makkah dan Madinah.

Berita-berita ini kudengar dan kubaca dari media-media massa baik cetak maupun elektronik yang selalu menyiarkan dan menulis tentang peristiwa ini setiap hari, tak henti-hentinya mereka melakukan hal ini. Para ulama pun tak kalahnya membahas peristiwa ini sebagai sebuah pertanda akan babak baru dalam sejarah umat islam, babak awal kebangkitan kembali umat islam.

Serasa terbangun dari tidur panjang, diriku menyadari bahwa ini adalah babak akhir dari sejarah umat Islam. Disertai dengan munculnya imam mahdi yang sekaligus merupakan babak awal dari seri terakhir dunia ini. Teringat akan sedikit ilmu yang kudapat dari bangku sekolah tentang imam mahdi, bahwa sebisa dan sesegera mungkin kita berlindung dari fitnah yang akan segera muncul, fitnah kubro Al-masih Al Dajjal.

Dari kisah yang pernah kudengar saat sekolah, Rasul telah bersabda bahwa Dajjal akan muncul di akhir zaman. Disertai dengan berbagai fitnah yang akan ditimbulkan oleh dirinya. Dalam kisah itu disebutkan pula bahwa setiap kaum di dunia pasti akan didatangi oleh Dajjal dengan fitnah-fitnah yang ia bawa. Menghidupkan seorang lelaki yang telah mati dihadapan banyak orang, memunculkan orang yang telah lama meninggal dihadapan keluarga mereka, dan fitnah-fitnah lainnya. Seluruh kota akan didatanginya kecuali dua kota suci, Makkah dan Madinah. Mungkin dua kota tersebut yang dapat kujadikan tempat berlindung saat itu, karena aku telah terlena dengan gemerlapnya dunia sehingga sampai-sampai tidak hafal awal surat Alkahfi yang dapat melumpuhkan fitnah Dajjal.

Berbekal sebagian harta yang kumiliki, kucoba untuk berhijrah dari kota kelahiranku di Jakarta menuju Makkah dan Madinah. Istri dan anak-anakku yang selama ini menemani tidak mau mengikutiku dan menganggap aku telah kehilangan akal karena telah termakan isu yang menurut mereka kacangan. Kutahu bahwa dunia telah membutakan mereka, gemerlapnya sangat kuat hingga menutupi pintu hatinya. Pesan terakhir kusampaikan pada mereka “baca dan hafalkan awal surat Alkahfi, semoga dapat menolong kalian dari fitnah Dajjal”. Kutinggalkan mereka dengan sisa hartaku disertai doa yang selalu kupanjatkan agar mereka mendapat hidayah. Terasa perih hatiku memikirkan mereka, mungkin ini yang dirasakan oleh nabi Alloh Nuh A.S ketika istri dan anaknya tak mau naik ke atas bahtera penyelamat. Dengan Bismillah, kutinggalkan dunia kelam Jakarta tuk melunaskan hutang-hutangku pada agama ini, berjihad di JalanNya.

**

Bersambung...

Wednesday, 5 March 2008

Peristiwa di Subuh Hari...

hari ini, seperti biasa, kuawali dengan sholat berjamaah dengan teman-teman seasrama. sholat berjamaah yang menjadi tolok ukur keimanan seorang muslim, dimana Alloh memberikan jaminanNya bagi setiap mukmin yang sholat berjamaah di rumahNya. lelah letih tak terperi di tubuhku, setelah semalaman membuat "prakarya" mahadahsyat bagi kelangsungan studiku di fakultas. bila memakai hitung-hitungan logika, sholat subuh plus sholat sunnah fajar sebelumnya, tidak cukup dikatakan logis. bantal guling yang seolah merayu tuk kembali ke alam mimpi, mencoba peruntungannya dengan berbagai macam alasan logis tuk mengajak kembali terlelap. namun, syukurlah, ku masih memiliki sahabat di asrama tercinta ini, yang menarikku kembali dari bujuk rayu setan yang dengan lihainya menyamar sebagai sosok sebuah bantal dan guling. syukur alhamdulillah...

 

tepat pukul 4.45 pagi, diri ini telah sepenuhnya 'kembali' dan tak lagi kehilangan akal tuk meninggalkan janji-Nya yang pasti kan datang. dengan memakai sarung pemberian bunda tercinta, diri ini siap bertemu denganNya di tempat mulia yang dipenuhi wangi-wangian surga. nyaman dan damai kurasakan pagi ini, tak dapat kubayangkan bagaimana seseorang dapat melewati hari tanpa merasakan kedamaian ini. kedamaian yang kebanyakan orang cari di tengah deru derap kesibukan penghuni dunia, sebuah paradoks kehidupan zaman modern. terlepas dari semua itu, sungguh tak terelakkan kedamaian pagi ini yang diiringi indahnya langit malam.

 

kulangkahkan kaki memijak pintu masjid mardhotillah, diiringi dengan lantunan shalawat bagi nabi yang mulia. disertai dengan berjabat tangan dengan jamaah yang telah datang terlebih dulu. sebuah prosesi yang dinyatakan oleh rosul sebagai penggugur dosa sesama mukmin. seiring bertambahnya jamaah yang berdatangan, iqomatpun dikumandangkan sang muadzin, pertanda sholat kan segera didirikan.

 

sejenak, kutinggalkan hiruk pikuk dunia. mencoba mengembalikan fitrah diri dengan mendekatkan diri padaNya. sebuah puncak dari seremoni indah di subuh hari. keindahan tiada tara yang dilukiskan dengan sujud para ibadurrahman, tunduk, ikhlas menyerahkan segala urusan dunia dibawah kuasaNya. Subhanalloh, kusadari telah banyak nikmatMu yang telah kudustakan ya Robb. telah banyak waktu yang terbuang, telah banyak amal yang sia-sia. dimana diri ini kan berpaling? sungguh tak ada tempat berlari, tak ada tempat bersembunyi. diri ini seolah membuka aibnya sendiri. Ya..Robb...mohon ampun pada Mu atas kekhilafan diri, atas kepongahan diri, dan atas kebohongan diri. lama ku bersungkur seolah menemukan kembali apa yang selama ini kucari. sungguh, tak ada yang menandingi kedamaian ini.

 

tak terasa peristiwa ini pun berlalu. meninggalkan sejuta hikmah bagi diri yang lemah. kucoba bangkit kembali tuk mewarnai hari dengan suntikan semangat dari Sang pemberi rahmat. Allohu Akbar. hari ini kan lebih baik dari hari kemarin..insyaAlloh...

     

 

 

Monday, 3 March 2008

Tribute to Mapres Psikologi 2008 bag. I

    Pertemuan pertamaku dengannya terjadi di hari pertama Pra-PSAU (baca:OSPEK fakultas). Pertemuan yang mengawali perjalanan panjang dirinya menjadi salah satu laki-laki pencetak sejarah di psikologi (?), jadi Mapres pertama (mungkin) dari kalangan laki-laki..he..he… jadi gini ceritanya, Saat itu kami semua (baca : MABA psiko 2005) dikumpulkan di tepi danau dekat MUI. Seperti biasa, para senior berorasi menyampaikan harapan-harapan mereka pada kami, “kalian penerus perjuangan…”, “kalian orang2 terpilih…”, “tak banyak yang seberuntung kalian…” dll, intinya segala hal yang merupakan sosok mahasiswa ideal, intelek dan gemar bergerak(?). Kalo mau jujur, saat itu aku sangatlah malas mengikuti jalannya pra-PSAU. Disamping sibuk ngurusin administrasi akademik di fakultas, tidak memiliki banyak kenalan membuat ku semakin malas ikut acara ini, maklum aku tipe orang yang sungkan memulai percakapan dan pembicaraan (itu dulu...sekarang??)

    Di tengah kesepian itu (gara2 gak ada orang yang diajak ngomong..), tiba-tiba muncul seseorang yang mengulurkan tangannya. Dengan wajah yang berseri ia bertanya padaku dengan logat sundanya yang sangat khas “assalamualaikum…saya rizqi, boleh tau namanya?”. Dengan wajah yang rada terkejut, kusambut uluran tangannya sembari menjawab “eh..eh..iya..saya tegar , kamu (kamu??) juga anak psikologi?” pertanyaan bodoh pun terlontar dari mulutku, karena saat itu hanya dia  yang menyapaku. “iya saya psikologi juga, tegar asalnya darimana? Saya dari tasik…”. Dengan lugas ku menjawab pertanyaannya “ ooohhh..dari tasik, saya dari bekasi…”. Tak tahu harus memulai percakapan yang seperti apa, akhirnya ku bertanya tentang acara ini padanya “ qi abis ini acaranya ngapain (sehabis pengantar dari para panitia)??”. Dan rizqi pun menjawab “gak tahu nih, kayaknya pemilihan ketua angkatan”.   

    Awalnya ku sempat bingung atas jawabannya. mengapa dia tahu?? Karena saat itu rundown acara tidak diketahui oleh peserta. Namun, ku berpikir, mungkin rizqi telah bertanya pada senior-senior psikologi yang ada di asrama. hingga sampailah kami, para Maba psikologi angkatan 2005 yang baru, pada tahapan memilih ketua angkatan sementara. Ketua angkatan yang akan mengoordinir angkatan ini sampai ketua angkatan yang permanen terpilih.

    sejenak kuberpikir..Duh.. gak enak juga ya sendirian di sini. Mau kenalan salah, gara-gara kebanyakan sungkan-nya, gak kenalan juga salah, jadi gak ada yang bisa dikenal. Untung ada rizqi yang nemenin, kalo nggak mungkin ku hanya bengong sendirian kayak sapi ompong. Tak lama, terdengar suara dari pembawa acara kegiatan ini, “sekarang kita masuk ke acara selanjutnya, pemilihan ketua angkatan, bagi yang ingin mencalonkan diri sebagai ketua angkatan, silahkan berdiri..” . Kuberpikir dalam hati “mana ada yang mau maju klo gak ditunjuk, ditunjuk aja susah…gimana klo gak ditunjuk..” begitulah, pola pikir anak SMA yang masih melekat di benakku, pola pikir malu-malu dan basa-basi.

    Namun, tak lama, temanku yang selama ini kuajak ngobrol berdiri (baca : rizqi). Dengan tenangnya ia maju mencalonkan diri sebagai ketua angkatan. Tak tersirat rasa canggung dalam langkahnya. Tak lama setelah ia maju, berdiri calon kedua yang juga dengan gaya yang hampir sama, mencalonkan diri sebagai calon ketua angkatan. Merasa ditinggal sama temen yang bisa diajak ngobrol (satu-satunya..) ku berpikir dengan cepat tak sampai semenit, mengenai sebuah tindakan ekstrim, maju juga jadi calon ketua angkatan. dibenakku terngiang “gw gak banyak kenal nih ama temen gw yang lain, buat kenalan gw bermasalah. Klo gitu biar gak terlalu parah, gw maju aja buat calon ketua angkatan, paling nggak mereka bisa kenal gw dulu sebelum gw kenal mereka…”. Pola pikir pragmatis, yang sewaktu-waktu bermanfaat..he..he..

    Dengan gerakan yang sama kucoba meniru gaya kedua orang temanku yang telah maju lebih dulu. Sempat berpikir tuk menarik kembali keinginan ini, tapi terlanjur terjadi, aku sudah berjalan jauh mendekati tempat pemilihan. Sejujurnya, saat itu tak terlintas sama sekali apa yang akan kukatakan saat ditanya apa fungsi dan tugas ketua angkatan. dua kandidat yang lain menjawab dengan sangat lugas dan tenang tentang pertanyaan dari pembawa acara. Sedangkan diriku yang belum ada persiapan sebelumnya hanya bisa menjawab seadanya, jawaban klise tentang penyalur aspirasi angkatan, penghubung angkatan ini dengan angkatan di atas ku, dan bla..blaa… lainnya.

    Alhasil, setelah semua proses berjalan, akhirnya hasilnya pun keluar. seperti yang sudah diduga sebelumnya, aku tidak terpilih, dan temanku yang rela meluangkan waktunya untuk ngobrol denganku itu berhasil meraih suara tertinggi. Dengan ini, ia sah menjadi ketua angkatan 2005 untuk periode beberapa tahun kedepan. Sebuah jabatan yang membutuhkan usaha dan keinginan yang kuat untuk melaksanakannya.

Lalu bagaimana kelanjutan dari kisah manusia yang satu ini??apa yang akan dilaluinya di kampus psikologi tercinta ini beberapa tahun ke depan??bagaimana ia mengatasi segala hambatan dan rintangan dalam perkuliahan psikologi yang sungguh menegangkan?? hingga ia menjadi Mapres psikologi?? Tunggu kisahnya..di episode selanjutnya..he..he..

….to be continued…  (halah...) 

 

Sunday, 2 March 2008

Begini Idealnya Seorang Muslim

Berbicara tentang leader, berarti berbicara tentang 3 hal. Transformation, people, dan contribution. Dalam bukunya yang berjudul good to great, Jim Collins berkata bahwa 3 hal ini yang merupakan ciri utama dari seorang leader (baca:pemimpin). Bagaimana ia mengubah orang dan lingkungan sekitarnya (transformation), bagaimana kepeduliannya terhadap masyarakat (people), dan bagaimana kontribusinya pada dunia dimana ia berpijak (contribution).

Ketiga hal ini bukanlah perkara mudah bagi seorang biasa. Perlu daya dan upaya yang luar biasa untuk mewujudkan hal ini. Namun, bagi seorang leader perkara ini bukanlah suatu hal yang sulit. Pikiran dan pola perilaku mereka telah memfasilitasi untuk mengemban tugas ini. Tugas mengubah masyarakat, berkontribusi, dan memberikan pelayanan bagi setiap orang di sekitarnya.

Pola pikir merupakan fungsi dari perilaku. Segala yang kita perbuat mencerminkan pola pikir yang kita miliki, setidaknya begitulah yang telah pak Taufik Bahaudin sampaikan dalam bukunya brainware management systems. Sehingga sangat mudah untuk melihat pola pikir pada seorang pemimpin. Bila dalam kesehariannya ia selalu mendahulukan orang lain, tak segan dalam mengeluarkan uangnya untuk membantu yang lemah, dan selalu memahami serta memberikan solusi yang baik pada permasalahan tiap orang. Maka tak salah bila kita mengatakan bahwa perilaku mereka ini cerminan pola pikir Transformation, people, dan contribution.

Apa bila kita sedikit berpikir lebih dalam, ketika pola pikir ini ada di setiap kepala pemimpin bangsa ini, seharusnya telah lama Indonesia terlepas dari jerat krisis berkepanjangan. Mungkin saat krisis melanda, bangsa ini akan segera bangkit disebabkan pola pikir dan perilaku pemimpinnya yang membantu menyelesaikan masalah. Namun, apa yang terjadi? Justru sebagian pemimpin kita disana (baca: gedung DPR), ironisnya turut memperkeruh masalah dan bukan menjadi bagian dari solusi. Apa yang dapat bangsa ini harapkan jika pemimpinnya saja sudah tidak dapat diandalkan?

Lelah bila kita hanya melihat kekurangan-kekurangan mereka. Tak berguna pula bila kita hanya berkutat pada masalah-masalah itu. Saatnya kita melangkah kedepan, memandang tantangan bangsa ini di masa yang akan datang. Saatnya kita memulai lagi ataupun mengoreksi kembali cara pandang kita tentang leader. Leader tak harus orang yang memiliki karisma yang tinggi, karisma yang tinggi akan tercipta seiring dengan perilaku dan pola pikir mereka yang berfokus pada kontribusi dalam masyarakat. Leder tak harus orang yang paling tua dikarenakan pengalamannya, namun leader adalah orang yang berpengalaman dalam memberi manfaat bagi orang sekelilingnya.

Mungkin kita dapat sedikit bercermin dari sirah para sahabat. Manusia-manusia pilihan yang memiliki pola pikir yang sama, yaitu Transformation, people, contribution. Hingga seorang Umar bin Khattab Amirul Mu’minin pernah berseru “ orang yang paling kuat diantara kalian adalah orang yang paling lemah di hadapanku, orang yang paling lemah diantara kalian adalah orang yang paling kuat di hadapanku…”. Sebuah pernyataan yang menyiratkan sebuah bentuk keadilan dan kontribusi bagi setiap orang yang meminta bantuannya.

Banyak sebenarnya bentuk nyata dari seorang leader yang dapat kita jadikan teladan. Salah satunya dari sahabat Rosululloh yang kisahnya saya tuliskan di atas. Karena dalam kisahnya kita dapat mengambil tauladan dari perilaku yang mereka perlihatkan. Perilaku para leader yang sebenar-benarnya leader. Perilaku yang idealnya juga ada dalam diri kita. Rosululloh Sholallohu alaihi wassalam bersabda “setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya..”. Sebuah bentuk pernyataan bahwa perilaku dan pola pikir leader haruslah menjadi sesuatu yang inhibit dalam diri setiap muslim. Perilaku yang menggambarkan bagaimana seharusnya setiap muslim benar-benar berperilaku. Perilaku yang mendeskripsikan Islam yang sebenarnya, yaitu Islam yang Rahmatan lil ‘Alamin.