Tuesday, 20 January 2009

Pemimpin itu...

Dalam lubuk hati terdalamnya, manusia tak dapat memungkiri bahwa terkadang muncul letupan dan gejolak yang tak terelakkan. Apalagi tatkala melihat sebuah hal yang ia yakini sebelumnya dibenturkan dengan sebuah fakta empirik. Dimana mayoritas manusia, tanpa terkecuali, meyakininya sebagai kemurnian akhlak dan kebaikan. Disonansi kognitif pun terjadi, dibenturkannya keyakinan lama dengan fakta baru yang menggoyahkan membuat seseorang melakukan beberapa tindakan.

1. Mengubah pandangannya terhadap pemahaman lama,
2. mengubah pandangannya disertai dengan melakukan sebuah tindakan, dan
3. lari dari kenyataan dan tetap bertahan dengan keyakinan lamanya.

Kalau saya terus terang cenderung memilih yang nomor 2. karena saya yakin bahwa kemurnian akhlak dan kebaikan adalah hikmah yang tersebar di muka bumi atas kebaikan sang pencipta. Ia merupakan nature dan terberi di dunia ini. Kasih sayang seorang ibu pada anaknya, kesederhanaan seorang pemimpin, kejujuran seorang yang miskin ketika ia dihadapkan pada dua pilihan antara mengembalikan barang temuan berharga dengan tangisan anaknya di rumah, dan lain sebagainya. Banyak hal yang merupakan hikmah dan tidak dipungkiri merupakan kecenderungan yang disenangi dan diikuti manusia.

Seperti ketika seorang ahmadinejad ternyata selalu membawa roti isi atau roti keju yang disiapkan istrinya dan memakannya dengan gembira, ia juga menghentikan kebiasaan menyediakan makanan yang dikhususkan untuk presiden.




atau ternyata ia lebih suka tidur di lantai beralaskan karpet dan selimut ketika menginap di sebuah tempat penginapan dalam acara kunjungan kenegaraan.




atau ketika sholat, kita dapat melihat bahwa ia tidak duduk di baris paling muka karena ia tak merasa sebuah aib ketika seorang presiden harus bergumul dengan rakyatnya di shaf belakang.



Melihat hal ini saya pun mengatakan pada diri saya
"hal inilah yang disebut dengan kebaikan, inilah sebuah akhlak, inilah yang hendaknya dimiliki oleh setiap pemimpin. Pemimpin idaman yang di dambakan umat. Anggaplah kini ia seorang syiah, yang secara tak langsung bertentangan dengan keyakinan yang saya miliki. Tapi tak terelakkan bahwa ini hikmah yang ia pancarkan,
bahwa ia pemimpin yang memang patut dicontoh oleh mayoritas pemimpin dunia islam(yang sebagian besar Sunni atau bahasa lainnya ahlussunnah). Dimana sebagian diantaranya sibuk untuk sekedar menego pemain sepakbola kelas dunia disaat sebagian besar saudaranya menjadi pesakitan di palestina sana."

Salam takzim dan hormat saya berikan pada anda wahai pemimpin hebat. Semoga anda dapat menjadi teladan bagi sebagian besar pemimpin islam yang kini benar-benar menjadi pesakitan. Dimana sebagian diantara mereka, ketika (mungkin) melihat tulisan ini, sekedar mengubah pandangannya terhadap pemahaman lamannya, atau bahkan lari dari kenyataan dan meringkuk pada kemunafikan diri masing-masing.

2 comments:

  1. karena memang kepemimpinan sama halnya dengan kepahlawanan, kebenaran, atau pun kejujuran.
    Mereka bukan hanya sebatas arketip, melainkan sebuah karakter yang dapat terinderakan...

    ReplyDelete
  2. emang keren banget dia Gar, pernah membuatku terharu sampe nangis sambil ngenet di perpus hehe

    ReplyDelete