Tanpa dinyana sebelumnya nyanyian itu bagai candu yang merangsek masuk ke dalam ketidaksadaran. Yang akhirnya membuatku terus dan terus mengulang tiap bait dalam alunan yang sedikit berkarakter hispanik. Seakan tak sanggup tuk melepas sedikitpun kesempatan tuk sekedar menikmati alunan yang lain.
ah..luar biasa kekuatan makna yang terkandung di dalamnya.
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight
Tergambar jelas dalam alunannya, ini bukan perang Israel-Hamas. Ini perang Israel dengan rakyat Palestina. Dalam perspektif seorang Michael Heart mungkin itulah yang terekam. Atau bahkan dalam perspektif sebagian besar manusia di bumi ini. Ketika banyak dan mungkin sebagian besar korban adalah wanita dan anak-anak yang tak bersalah. Dimana sebagian diantara bocah-bocah syuhada itu adalah penghapal quran.
***
Memasuki hari ke dua puluh satu, seribu orang lebih telah meninggal. Mendapatkan nama
panjang baru di atas nisan masing-masing. Assyahid Fulan bin Fulan, Assyahidah Fulanah bin Fulan. Bertambahlah kebanggaan jika itu didapatkan dengan sebab musabab yang jelas, berperang misalnya, jihad fisabilillah. Tapi yang kini ada justru terbilang tak direncanakan oleh mereka. Terkena peluru tajam zionis ketika mengungsi di kamp penampungan, ataupun terkena ledakan bom fosfor dari pesawat tempur Israel.
Tapi tak apalah, toh insyaAlloh tetap mendapat kehormatan di sisiNya dengan gelar yang disandang. Setidaknya tak seperti sekutu Amerika Serikat(www.kompas.com) lainnya yang -bingung mau dikasih gelar apa- dimana terdapat dua kota suci di dalamnya. Dikala rakyat Gaza berteriak -we will not go down- mereka seolah berteriak dalam diamnya -we will not go fight against my boss(guess who?)-. Yang sangat terlihat ketika mereka memboikot untuk hadir dalam KTT darurat pemimpin arab di Doha.
Alasannya? menurut pemberitaan di media karena khawatir akan kemungkinan Hamas dan sekutunya, Suriah dan Iran, menggunakan KTT tersebut untuk menyampaikan posisi garis keras serta menghalangi upaya Mesir menjadi mediator gencatan senjata Hamas-Israel(kompas.com). Tak soal benar atau tidaknya alasan itu, yang jelas saat KTT di Doha itu terlihat betapa cemerlangnya Khaleed Meshael (pemimpin hamas).
Dengan gaya yang diplomatis, dipadu dengan ucapan yang tegas dan setengah berteriak ia
berkata.
"alasan kami melemparkan roket ke israel karena blokade yang dilakukan mereka. kalau saja arab/negara islam solid, kita akan kuat dan tak terjadi hal seperti ini. kejadian ini sudah dua kali terjadi, dimana negara islam dilecehkan, setelah libanon...sekarang palestina. dan perlu anda semua ketahui kondisi di gaza lebih seram dan mengenaskan daripada di tv-tv"
"kalian-kalian ini pemimpin di negara masing-masing, kalian punya kekuatan seharusnya kalian bisa menolong palestina, dan ini bukan perang antara israel dengan hamas, tapi israel dengan rakyat palestina.takutlah dengan Allah !!!"
" untuk itu kami minta agar agresi israel dihentikan, dan diakhirinya blokade oleh mereka, tarik mundur semua personel israel dari gaza. dan meminta tolong kepada anda semua sebagai pemimpin arab untuk membantu rekonstruksi gaza pasca perang."
Disambut dengan antusias dan decak kagum ahmadinejad yang saat itu hadir(meski tak bisa berbahasa arab). Dimana seperti biasa, negara-negara arab hanya bisa berbicara tanpa bukti yang nyata.
Damailah Palestina,,,
ReplyDelete