Saturday 31 May 2008

Revolusi Tak Akan Mati !!

Malam ini, malam yang sama dengan malam-malam sebelumnya. Penghuni asrama disibukkan oleh aktivitasnya masing-masing. Ada yang mengerjakan tugas  karena pekan ini pekan UAS, ada yang bermain dan membaca buku dengan iringan lagu syahdu,  dan  ada pula yang menonton TV dengan khusyuk di ruang tengah karena memang mereka tidak punya aktivitas yang menyibukkan. Mayoritas komunitas ruang tengah ini adalah para tetua, yang sedang sibuk mengerjakan skripsi dan ingin santai sejenak dari penatnya tugas mereka.

Maka lengkaplah..Para penghuni telah kembali ke asrama mereka tercinta. Tapi, tunggu dulu, ada yang kurang, oh ya…ketua BEM kita belum datang. Ada apa gerangan dengan dirinya? Sampai selarut ini belum kembali?

Akhirnya ia datang juga. Pukul 1.00 WIB tepatnya. Luar biasa dikala yang lain terlelap oleh hangatnya ranjang peraduan, ia baru muncul dengan wajah letih yang menggambarkan betapa beratnya menjadi seorang pemimpin. Kusapa dirinya dengan hangat dan uluran tangan bersahabat. Berusaha menanyakan kabarnya hari ini, bertanya mengapa ia pulang sangat larut.

“win, ente pulang malem banget…dari pusgiwa??”

“iya..abis ngobrol ama RBY, ngalor ngidul gak jelas..berkhayal dan bermimpi tentang revolusi..ha..ha..”

Tawa renyahnya membangkitkan rasa ingin tahu ku atas perbincangan dirinya dengan oknum berinisial RBY ini, salah satu staff nya di BEM UI.

“emang ngomongin apaan aja bareng RBY??”

“omongan dua orang yang sudah jenuh akan pergerakan ini,,,haah(menghela nafas)..kita berdua bermimpi, indonesia memang memerlukan revolusi secepatnya. Kita prediksi revolusi akan terjadi akhir minggu ini ataupun minggu depan(dengan suara yang menggebu dan semangat)…karena yang kita perlukan saat ini adalah pergerakan dari kita (baca:anak UI). Karena saat jaket kuning turun, maka revolusi akan terjadi”

Sontak, ku tertawa terbahak mendengar pernyataan darinya. Mana mungkin revolusi semudah itu, bermodal jaket kuning, apa yang dapat diharapkan dari jaket ini? hah..ada-ada aja..

          Nampaknya ketua BEM kita ini memang sudah frustasi sekali akan pergerakan akhir-akhir ini. Maka, dengan sisa tawa yang masih meluncur deras dari lisan ini, ku berusaha mendengar kembali ocehan dari ketua BEM UI, sebagai rasa hormatku akan pemimpin mahasiswa ini.

“eh..dia ketawa..ini serius dan make sense…mau tahu kenapa?? Lihat          kejadian beberapa hari ini??mahasiswa-mahasiswa sedang sibuk2nya         aksi menentang naiknya harga BBM. Mahasiswa di UNAS, Mahasiswa         UKI, dan lainnya. Tadipun ane liat mahasiswa Pancasila dan IISIP              sedang sibuk menggelar aksi di depan kampus mereka. Ini sebuah             pertanda..pertanda akan adanya sebuah momentum. Klo kata fazrul            rahman, kita membutuhkan dua momentum untuk revolusi, momentum             politik dan ekonomi. Dan yang tadi itu momentum politik”

Mendengar hal ini ku bertanya-tanya. Apa maksudnya aksi mahasiswa sebagai momentum politik?

“Maksudnya apaan win, momentum politik??”

“ente taulah, siapa yang mendalangi aksi di UNAS dan UKI. Itu salah satu manuver politik dari beberapa oknum yang kontra dengan SBY. Jadi pergolakan politik memang sedang panas2nya. Lalu momentum ekonomi juga bakal muncul. Naiknya harga BBM otomatis menaikkan harga barang-barang kebutuhan pokok, tinggal tunggu beberapa hari aja lagi, nanti juga bakal rame lagi demo tentang harga bahan pokok.”

Semangat dalam menyampaikan analisisnya, membuatku sedikit tertegun dan berusaha menyimak lebih jauh.

“ maka, ketika momentum itu muncul, kita tinggal bergerak. Mahasiswa UI bergerak menuntut revolusi, turunkan pemerintahan saat ini dan ambil alih tampuk kepemimpinan. Klo kata RBY, minta secara langsung mereka untuk turun dan menyerahkannya pada yang lebih muda. Ane jadi Presiden dan RBY jadi wakilnya. Dengan ini kita baru benar-benar bisa merealisasikan tugu rakyat (tujuh gugatan rakyat) yang kita rumuskan. Nasionalisasi asset bangsa seketika dan enam tuntutan lainnya.”

Waah..ocehannya nampak telah melampaui batas. Berusaha menggantikan pemerintahan? Sebuah khayalan yang terlalu tinggi

“ha…ha..ente jangan terlalu tinggi ngayalnya win,”

“eh..ane gak ketinggian, ini real dan make sense. Dulu tahun 1998 banyak orang juga yang berpikiran kayak ente, pakar dan analisis politik pun mengatakan hal yang sama. Tapi apa?? Semuanya mental dengan reformasi 98. Sekarang yang jadi masalah, klo pemerintahan benar-benar turun, pastinya bakal banyak yang mau naik. Megawati lah, Gusdur lah, JK lah, banyak yang mau naik. Makanya kita sebagai pemimpin muda harus mengambil tampuk kepemimpinan ini, dan mewujudkan tugu rakyat..ane jadi Presiden, RBY wakilnya ha..ha…”

Dengan tawanya yang menyiratkan sebuah harapan, membuatku berpikir. Akankah revolusi kan terjadi lagi dalam waktu dekat?

Entahlah…mekanisme perputaran sejarah memegang peranan besar dalam hal ini. Sejarah kan terus berulang. Pemerintahan yang jatuh karena revolusi kemungkinan besar akan jatuh pula karena revolusi. Begitupun halnya saat ini, ketika pemerintah dipandang gagal dalam mengemban amanah reformasi maka tak butuh waktu lama revolusi kan terjadi.

Karena revolusi tak akan mati. Sebuah gambaran akan kondisi Indonesia saat ini. Indonesia yang tak pernah berhenti bergejolak dan bergerak. Sebuah gerakan yang dimotori oleh kaum muda yang jenuh akan inkompetensi pemimpin oportunis yang mengambil keuntungan dari revolusi selama ini.

Perbincanganku dan ketua BEM UI , Setidaknya menyiratkan satu hal.

Revolusi berawal dari sebuah impian yang memang tidak masuk akal.

The future belongs to those who believe the beauty of their dream 

Jangan pernah berhenti bermimpi kawan. Kita semua berharap padamu.

 

 

 

2 comments:

  1. hmm,,hmm,,,iya deh, ditunggu revolusinya.. (smoga bner-bner kejadian,,dan bukan aksi mahasiswa yang garing kaya kmarin ituh)

    ReplyDelete
  2. The future belongs to those who believe the beauty of their dream

    setuju sama yg satu ini. tapi revolusi?tampaknya kita butuh solusi, bukan sekedar revolusi. reformasi yg cuma ganti format aja sudah dimanfaatin banyak orang pragmatis yg cuma mengail di air keruh.
    buat apa revolusi kalo harus dibayar dengan penderitaan rakyat yg jauh lebih dahsyat??
    tetep berpikir jernih deh
    ga ada yg instan
    belajar dari sejarah, revolusi sepertinya tidak selalu berakhir menjadi solusi
    korbannya banyak, itu pasti
    bilangin ya sama ketua bemnya..

    ReplyDelete