Mau tahu tanggapan saya atas aksi kemarin? aksi yang katanya replikasi kejadian 10 tahun silam. Tanggapan saya Cuma satu, KECOLONGAN.
Loh??? Kenapa kecolongan?? Emang ada apa sih??
Mau tahu?? Jadi gini yah..saya jelasin sedikit deh…
Baik kawan-kawan semua, saya menyadari bahwa kita sebagai mahasiswa mempunyai tanggung jawab moral yang besar bagi bangsa ini. Karena klo bukan kita siapa lagi yang akan menyuarakan suara rakyat? Di tengah tarik ulur berbagai kepentingan, sungguh sangat mustahil ada sekelompok orang yang mau membantu rakyat kecuali tanpa pamrih. Pasti ada balas jasa yang diminta oleh orang-orang itu. Karenanya mahasiswa yang tidak mempunyai kepentingan-kepentingan tertentu, mempunyai tanggung jawab yang besar untuk menyuarakan perubahan bagi rakyat.
Berbagai suara telah kita dengungkan, berbagai tulisan telah kita sebarkan, namun jangan lupa kawan-kawan. Kita adalah warga dari sebuah universitas, dan khususnya bagi saya, saya adalah warga Universitas Indonesia. Maka saya secara tidak langsung mempunyai tanggung jawab pula untuk menyuarakan perubahan bagi kampus ini disamping bersuara bagi rakyat indonesia.
Suara saya bagi perubahan kampus ini, telah saya dengungkan jauh-jauh hari, dikala ada isu-isu kenaikan BOP. Seluruh mahasiswa bergerak menolak kenaikan, tak terkecuali mahasiswa yang mengatasnamakan FMN yang juga menolak walaupun dari kacamata saya, tindakan yang mereka lakukan beberapa waktu lalu di bunderan psiko sungguh sangat memalukan. Anyway, intinya seluruh mahasiswa menolak kenaikan kecuali ada penjelasan dan solusi yang lebih baik jika memang harus terjadi kenaikan.
Syukurlah penjelasan dan solusi itu dapat kita hasilkan. Perlu menjadi catatan disini, saya memakai kata KITA dalam hal ini. Karena memang system BOP berkeadilan merupakan buah karya dari mahasiswa akan sebuah system pembiayaan kuliah yang lebih baik. Berbekal hasil survey ke beberapa Universitas, rapat-rapat FORMA dengan mahasiswa, dan hasil analisa beberapa elemen mahasiswa, maka dihasilkanlah sebuah system yang disetujui oleh Rektor kita. System BOP berkeadilan yang dirasakan dapat menjadi jalan tengah bagi kenaikan yang nampaknya memang harus terjadi.
Secara jujur saya menyadari bahwa system BOP berkeadilan ini merupakan capaian yang luar biasa bagi UI. Dimana seluruh element terlibat dalam perumusan system ini terutama mahasiswa. Mahasiswa tidak lagi memakai cara-cara lama dengan hanya bersuara dan mencerca kebijakan rektorat, akan tetapi mahasiswa juga bisa menghasilkan sebuah usulan yang bermanfaat bagi Universitas.
Capaian ini memang sangat besar dan merupakan lompatan yang luar biasa bagi mahasiswa. Akan tetapi, sadarkah kita, bahwa kita terlalu berbangga hati, kita terlalu berpuas diri akan capaian ini. Membuat kita menjadi lengah dan terlalu fokus pada aksi yang terjadi tanggal 12 kemarin. Padahal kebijakan rektorat sewaktu-waktu bisa saja berubah. Bahwa nantinya akan ada kebijakan yang mungkin tidak melibatkan mahasiswa.
Dan itulah yang terjadi kawan-kawan. Kita terlalu puas sehingga kita kecolongan. Ditengah kesibukan kita merayakan 10 tahun reformasi 12 mei kemarin, rektorat mengeluarkan kebijakan untuk mengadakan Ujian Masuk Bersama (UMB) UI.
Betapa kagetnya saya ketika mendengar hal ini. Ditengah hiruk pikuk 12 mei, rektorat seolah mencium aroma kelengahan mahasiswa sehingga dirasakan oleh mereka, memunculkan kebijakan pada moment ini sangatlah tepat. Mahasiswa sedang sibuk merayakan reformasi, jadi apa salahnya jika memunculkan kebijakan ini?
Itulah yang terjadi kawan, kita kecolongan. Kita terlalu puas akan capaian kita sehingga UMB akan dilaksanakan awal juni nanti dan telah ada SK pula dari rektor akan ujian ini.
Sebenarnya saya tidak mempermasalahkan akan adanya UMB, tetapi saya mempermasalahkan penyetujuan UMB yang tidak melibatkan mahasiswa dan diketahuinyapun lewat media massa bukan dari pihak kampus langsung. Saya tahu bahwa nasib SPMB tidak jelas, bahwa nantinya ada SPMB atau tidak, sayapun tidak tahu. Maka saya pun memaklumi pihak rektorat yang membuat UMB dengan beberapa kampus agar terjadi kejelasan akan masalah ini.
Akan tetapi saya kecewa pada kita yang tidak peka akan hal ini. Tidak peka bahwa masih ada masalah loh dengan SPMB dan seleksi mahasiswa, masih ada masalah loh dengan hal ini??
Sehingga saya memaklumi rektorat yang mengeluarkan kebijakan UMB tanpa melibatkan mahasiswa. Karena saya tahu bahwa kita terlalu berpuas diri akan capaian kita yang telah kita lakukan kemarin dan terbesit dalam benak kita "ya sudahlah, rektorat pasti kooperatif dengan kita, jadi gak usah khawatir, kita urus aja dulu urusan rakyat", membuat kita tidak fokus untuk mengurusi rumah kita sendiri yang sebenarnya juga perlu kita perhatikan. Selain tentunya rakyat indonesia yang perlu kita suarakan haknya.
boleh tanya,
ReplyDeleteberapa persen kapasitas UMB?
untuk biaya masuk atau spp beda ndak dr yang reguler?
untuk tau lebih banyak,, dateng aja ke acara bincang dengan rektor, jumat 16 mei jam 13.30 di balsid BNI. insya Allah disana kita bisa bertanya lebih banyak dengan sang rektor untuk menentukan langkah apa yang akan diambil selanjutnya..
ReplyDeletewua ndak bisa tante....
ReplyDeletejam segitu harus kerja
untuk UMB, tidak dibedakan dalam sistem pembayaran kuliah, hanya saja hal ini belum diatur dalam SK rektor yang baru saja dikeluarkan tentang biaya kuliah. mudah-mudahan hari ini bisa terjawab dengan adanya dialog dengan pak rektor langsung.
ReplyDeleteUMB itu bukan merupakan pemisahan antara reguler dan non-reguler dan sekali lagi saya tegaskan disini, UMB BUKAN JALUR KHUSUS. jadi input dari mahasiswa yang nantinya masuk melalui UMB tidak berbeda kualitasnya dengan mahasiswa yang melalui SMPTN.
untuk kapasitas, UMB itu 80% dan SMPTN 20%. tapi mudah-mudahan hal ini akan berubah karena dikhawatirkan sosialisasi yang tidak efektif membuat pendaftar menjadi sedikit dan tingkat persaingan menjadi rendah, sehingga kualitasnya tidak terjamin. kami dari mahasiswa menargetkan untuk prosentase yang sama bagi calon mahasiswa yang masuk melalui UMB ataupun melalui SMPTN.
demikian sedikit penjelasan dari saya. insyaAlloh bila ada info2 terbaru akan saya kabari.
wassalamualaikum..
UMB cuma 50, sekian %
ReplyDeleteada di koran kompas edisi sabtu ini.
masa sih?
ReplyDeletentar deh diliat..soalnya sejauh ini beritanya masih 70-80 sekian %..
thx chi..
g lulus UMB (lulusnya malah dari SNMPTN, huhu)
ReplyDelete