Saturday, 31 May 2008

Revolusi Tak Akan Mati !!

Malam ini, malam yang sama dengan malam-malam sebelumnya. Penghuni asrama disibukkan oleh aktivitasnya masing-masing. Ada yang mengerjakan tugas  karena pekan ini pekan UAS, ada yang bermain dan membaca buku dengan iringan lagu syahdu,  dan  ada pula yang menonton TV dengan khusyuk di ruang tengah karena memang mereka tidak punya aktivitas yang menyibukkan. Mayoritas komunitas ruang tengah ini adalah para tetua, yang sedang sibuk mengerjakan skripsi dan ingin santai sejenak dari penatnya tugas mereka.

Maka lengkaplah..Para penghuni telah kembali ke asrama mereka tercinta. Tapi, tunggu dulu, ada yang kurang, oh ya…ketua BEM kita belum datang. Ada apa gerangan dengan dirinya? Sampai selarut ini belum kembali?

Akhirnya ia datang juga. Pukul 1.00 WIB tepatnya. Luar biasa dikala yang lain terlelap oleh hangatnya ranjang peraduan, ia baru muncul dengan wajah letih yang menggambarkan betapa beratnya menjadi seorang pemimpin. Kusapa dirinya dengan hangat dan uluran tangan bersahabat. Berusaha menanyakan kabarnya hari ini, bertanya mengapa ia pulang sangat larut.

“win, ente pulang malem banget…dari pusgiwa??”

“iya..abis ngobrol ama RBY, ngalor ngidul gak jelas..berkhayal dan bermimpi tentang revolusi..ha..ha..”

Tawa renyahnya membangkitkan rasa ingin tahu ku atas perbincangan dirinya dengan oknum berinisial RBY ini, salah satu staff nya di BEM UI.

“emang ngomongin apaan aja bareng RBY??”

“omongan dua orang yang sudah jenuh akan pergerakan ini,,,haah(menghela nafas)..kita berdua bermimpi, indonesia memang memerlukan revolusi secepatnya. Kita prediksi revolusi akan terjadi akhir minggu ini ataupun minggu depan(dengan suara yang menggebu dan semangat)…karena yang kita perlukan saat ini adalah pergerakan dari kita (baca:anak UI). Karena saat jaket kuning turun, maka revolusi akan terjadi”

Sontak, ku tertawa terbahak mendengar pernyataan darinya. Mana mungkin revolusi semudah itu, bermodal jaket kuning, apa yang dapat diharapkan dari jaket ini? hah..ada-ada aja..

          Nampaknya ketua BEM kita ini memang sudah frustasi sekali akan pergerakan akhir-akhir ini. Maka, dengan sisa tawa yang masih meluncur deras dari lisan ini, ku berusaha mendengar kembali ocehan dari ketua BEM UI, sebagai rasa hormatku akan pemimpin mahasiswa ini.

“eh..dia ketawa..ini serius dan make sense…mau tahu kenapa?? Lihat          kejadian beberapa hari ini??mahasiswa-mahasiswa sedang sibuk2nya         aksi menentang naiknya harga BBM. Mahasiswa di UNAS, Mahasiswa         UKI, dan lainnya. Tadipun ane liat mahasiswa Pancasila dan IISIP              sedang sibuk menggelar aksi di depan kampus mereka. Ini sebuah             pertanda..pertanda akan adanya sebuah momentum. Klo kata fazrul            rahman, kita membutuhkan dua momentum untuk revolusi, momentum             politik dan ekonomi. Dan yang tadi itu momentum politik”

Mendengar hal ini ku bertanya-tanya. Apa maksudnya aksi mahasiswa sebagai momentum politik?

“Maksudnya apaan win, momentum politik??”

“ente taulah, siapa yang mendalangi aksi di UNAS dan UKI. Itu salah satu manuver politik dari beberapa oknum yang kontra dengan SBY. Jadi pergolakan politik memang sedang panas2nya. Lalu momentum ekonomi juga bakal muncul. Naiknya harga BBM otomatis menaikkan harga barang-barang kebutuhan pokok, tinggal tunggu beberapa hari aja lagi, nanti juga bakal rame lagi demo tentang harga bahan pokok.”

Semangat dalam menyampaikan analisisnya, membuatku sedikit tertegun dan berusaha menyimak lebih jauh.

“ maka, ketika momentum itu muncul, kita tinggal bergerak. Mahasiswa UI bergerak menuntut revolusi, turunkan pemerintahan saat ini dan ambil alih tampuk kepemimpinan. Klo kata RBY, minta secara langsung mereka untuk turun dan menyerahkannya pada yang lebih muda. Ane jadi Presiden dan RBY jadi wakilnya. Dengan ini kita baru benar-benar bisa merealisasikan tugu rakyat (tujuh gugatan rakyat) yang kita rumuskan. Nasionalisasi asset bangsa seketika dan enam tuntutan lainnya.”

Waah..ocehannya nampak telah melampaui batas. Berusaha menggantikan pemerintahan? Sebuah khayalan yang terlalu tinggi

“ha…ha..ente jangan terlalu tinggi ngayalnya win,”

“eh..ane gak ketinggian, ini real dan make sense. Dulu tahun 1998 banyak orang juga yang berpikiran kayak ente, pakar dan analisis politik pun mengatakan hal yang sama. Tapi apa?? Semuanya mental dengan reformasi 98. Sekarang yang jadi masalah, klo pemerintahan benar-benar turun, pastinya bakal banyak yang mau naik. Megawati lah, Gusdur lah, JK lah, banyak yang mau naik. Makanya kita sebagai pemimpin muda harus mengambil tampuk kepemimpinan ini, dan mewujudkan tugu rakyat..ane jadi Presiden, RBY wakilnya ha..ha…”

Dengan tawanya yang menyiratkan sebuah harapan, membuatku berpikir. Akankah revolusi kan terjadi lagi dalam waktu dekat?

Entahlah…mekanisme perputaran sejarah memegang peranan besar dalam hal ini. Sejarah kan terus berulang. Pemerintahan yang jatuh karena revolusi kemungkinan besar akan jatuh pula karena revolusi. Begitupun halnya saat ini, ketika pemerintah dipandang gagal dalam mengemban amanah reformasi maka tak butuh waktu lama revolusi kan terjadi.

Karena revolusi tak akan mati. Sebuah gambaran akan kondisi Indonesia saat ini. Indonesia yang tak pernah berhenti bergejolak dan bergerak. Sebuah gerakan yang dimotori oleh kaum muda yang jenuh akan inkompetensi pemimpin oportunis yang mengambil keuntungan dari revolusi selama ini.

Perbincanganku dan ketua BEM UI , Setidaknya menyiratkan satu hal.

Revolusi berawal dari sebuah impian yang memang tidak masuk akal.

The future belongs to those who believe the beauty of their dream 

Jangan pernah berhenti bermimpi kawan. Kita semua berharap padamu.

 

 

 

Thursday, 29 May 2008

Keajaiban dari sebuah seleksi bernama SPMB..

Seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB) kini tinggal kenangan. Mekanisme yang mengantarkanku pada dunia pasca abu-abu ini telah berganti nama dan terpecah. UMB dan SNMPTN. Esensinya sama, namun penyelenggaranya berbeda. UMB di laksanakan oleh panitia SPMB yang lalu, sedangkan SNMPTN diselenggarakan oleh beberapa universitas yang walk out dari SPMB. Anyway, bukan itu sih inti dari tulisan ini, sekedar refleksi 3 tahun ke belakang saatku dengan impian dan semangat tinggi membidik UI sebagai perantara menuju masa depan cerah (halah...)

Berawal dari sindrom ketakutan pra kelulusan, diri ini mencoba menebak-nebak arah yang akan diambil untuk masa depannya pasca SMA. Beberapa teman ada yang memutuskan untuk langsung bekerja, namun tak sedikit, bahkan sebagian besar, mencoba peruntungan mereka menuju dunia kampus. Banyak yang memulai hal ini sebelum kelulusan bahkan beberapa bulan sebelum ujian nasional. UM UGM, UM STAN, UM STT Telkom, UM ITB,  dan UM-UM lainnya adalah seleksi yang diselenggarakan sebelum kelulusan. Semuanya seolah melintas begitu saja tanpa kuhiraukan. Kuhanya melihat sibuknya kawan dalam mempersiapkan ujian, dan berbagai diskusi mereka tentang seleksi ini.

“ah kemaren susah banget, klo gitu gw milih pilihan kedua aja”..

“eh..klo hasil dari pembagian ini dikalikan , dan ini ditambah ini, bikin konstantanya ngaruh gak?..”

Dan berbagai disksusi lainnya. Kuhanya memandang dan menatap mereka dengan kagum. Betapa tingginya semangat mereka membidik dunia kampus. Begitupun dengan diriku, meski tidak mengikuti seleksi apapun selain SPMB, diriku tetap semangat menghadapi SPMB yang akan datang. Khawatir??iya,,itu sebuah kepastian, khawatir akan spekulasi yang saat itu ku ambil. Diriku berspekulasi dengan hanya mengikuti SPMB saja tanpa mengikuti yang lain. Tapi semuanya telah kutetapkan dalam hati. Bila tak lulus, aku akan melanjutkan aktivitas dengan memperkaya diri dengan keterampilan. Kursus, bekerja paruh waktu atau yang lainnya hingga SPMB tahun depan datang lagi. Mencoba untuk kembali menembus UI, my dream.

Menembus UI, itulah target ku. Di saat sebagian besar kawan membidik jurusan lalu universitas, diriku berbeda, UI dulu baru jurusan, yang penting masuk UI, jurusan belakangan. He.he..aneh memang, dan mungkin sangat jarang dipikirkan anak-anak SMA saat itu, tapi inilah yang kupikirkan. Membayangkan memakai jaket kuning dan menjadi bagian dari perubahan dengan aktivitas sebagai mahasiswa. Sungguh luar biasa, dan bermakna jika dapat seperti itu. Inilah yang kutangkap saat melihat mahasiswa UI muncul di televisi, korban televisi nampaknya..he..he..tapi..mau tak mau, aku harus memilih jurusan juga, dan akhirnya pilihan ku jatuh pada fakultas ku tercinta. Fakultas psikologi UI.

Permasalahan pun muncul. Selama Try Out (simulasi ujian) SPMB, sekitar 6 kali try out, diriku tak pernah mencapai nilai yang maksimal, apalagi lulus di salah satu PTN yang ada pada form Try out itu. Hal ini membuat ku berpikir, Nampaknya, impian ku harus kupendam untuk masuk UI tahun ini, Tahun depan mungkin saatnya ku menembus UI. Berbagai pikiran-pikiran itu muncul.

Tapi terlanjur mengikuti berbagai tahapan, membuatku kembali semangat, Nothing to lose, full filling propechy pada diri sendiri. Apapun yang terjadi biarlah terjadi, gak lulus tahun ini, masih bisa nyoba lagi tahun depan. Akhirnya inilah yang membuatku fokus pada materi dan strategi dalam ujian, mencoba mengenyampingkan berbagai hal dan pikiran-pikiran buruk yang datang.

Hari itu kian dekat. Bermodal nekat, akhirnya ku tetap memilih Psikologi di pilihan pertama. Berbagai masukan dan himbauan telah penuh di kepalaku. Himbauan agar memilih jurusan lain yang tidak terlalu tinggi gradenya. Aaahhh..peduli amat dengan himbauan mereka, hidup ku adalah pilihan ku, ayahku pun tak pernah melarangku, ia justru memberikan ku jaminan, bila tak lulus tahun ini, silahkan coba lagi tahun depan. Membuatku semakin kuat untuk tetap memilih jurusan itu walaupun kemungkinan untuk lulus sangatlah kecil.

Keyakinanku untuk tidak lulus semakin besar. Ternyata soal Bahasa indonesia hari pertama sangat sulit. Bayangkan dari total skor 100, aku hanya mendapatkan nilai 23 dari 100. Ah..nampaknya memang diriku tak ditakdirkan lulus tahun ini, memang nampaknya aku harus merelakan UI tahun ini. Berbagai pikiran itu muncul di benakku saat selesai hari kedua. Namun, ditengah berbagai pikiran pesimis, tersimpan sebuah harapan. Hari kedua (IPS) semoga lebih baik dan mampu mendongkrak nilaiku yang jatuh di hari pertama.

Hari-hari pasca SPMB kulewati dengan gundah gulana. Enggan untuk melakukan aktivitas. Bagaikan orang yang terkena sindrom bipolar disorder. Kadang ketawa kadang sedih. Begitulah, kulewati hari menuju pengumuman SPMB dengan hal-hal itu.

Hari itupun tiba. Hari dimana masa depanku akan tergambar. Antara semangat tuk melihat pengumuman dan ketakutan tuk menghadapi kenyataan. Namun, ahirnya kutetapkan dalam hati,

“ya Alloh,,jika kau berikan kesempatan dan amanah ini padaku, ku akan mensyukuri nikmat Mu ini dengan kontribusi maksimal bagi AgamaMu dan juga hamba-hambaMu yang lain..”

Kalimat pendek yang kuucapkan dalam sujudku yang panjang ketika sholat Maghrib. Setelah selesai sholat, akupun berusaha menguatkan diri untuk segala kondisi yang mungkin terjadi. Ku membuka internet yang terpasang pada komputer rumah. Membuka situs SPMB, www.spmb.or.id . Memasukkan verifikasi sandi serta nomor peserta ku.

 

“Selamat anda diterima pada program studi 223546”

 

begitu cepatnya tulisan itu muncul. Membuatku terdiam sesaat menyadari akan sebuah keajaiban yang Alloh datangkan untukku.

 

“Alhamdulillah…papa, mama, besok ega kuliah di psikologi UI”  sebuah kalimat yang begitu bangga kuucapkan pada kedua orang tuaku

 

Terimakasih Ya…Robb,,Kau telah menjawab doaku..

 

Wednesday, 28 May 2008

Antara SBY, Blue Energy, dan Mitos Ratu Adil..hah..ada-ada aja Presiden kita..

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (selanjutnya di baca SBY) nampaknya tak pernah menyisakan sensasi dalam kehidupannya menjelang pemilu 2009. Setelah menaikkan harga BBM dan mengucurkan program BLT, SBY nampaknya siap menelurkan sensasi baru. Sebuah bahan bakar yang disebut-sebut sebagai bahan bakar alternative yang hemat dan ramah lingkungan.

 

Tersebut lah nama Joko Suprapto, seorang insinyur yang katanya lulusan UGM. Ia mengklaim telah menemukan bahan bakar alternative baru yang hemat dan ramah lingkungan berbahan dasar air bernama Blue Energy. Percobaan terhadap bahan bakar ini pada kendaraan telah dilakukan. Menjelang konferensi perubahan iklim global (UNCFCCC) SBY secara langsung telah mencoba kendaraan yang memakai Blue Energy dan menurut keterangan yang di dapatkan oleh Pers, SBY begitu mengapresiasi hasil temuan dari Joko Suprapto ini. Luar biasa, sebuah penemuan yang menurut saya pribadi mampu menjawab permasalahan energy di Indonesia. Namun, apakah benar Blue energy dapat menjadi solusi?? Lebih jauh lagi, apakah Blue Energy itu memang ada?? Mari kita tilik satu persatu.

 

Menurut beberapa ahli, hakikatnya, penggunaan air sebagai bahan bakar sangatlah bermanfaat dan mungkin luar biasa. Karena memang air merupakan sumber daya alam paling utama dan paling melimpah di dunia. Sehingga penggunaannya secara berlebihan sekalipun tidak perlu dikhawatirkan. Tetapi sampai saat ini, penggunaan air sebagai bahan bakar belum sampai pada tahap implementasi, bahkan bagi Negara sebesar jepang sekalipun. Proses yang berlangsung sampai saat ini masih pada tahap riset dan penyempurnaan. Salah satu sebabnya adalah sulitnya mengubah air menjadi bentuk hidrokarbon yang mampu menjalankan suatu mesin. Perlu sebuah mekanisme yang panjang dan rumit untuk mengubah air menjadi bentuk hidrokarbon yang tidak bisa saya jelaskan dalam tulisan ini. Ditambah lagi, saya memang tidak terlalu paham berbagai istilah fisika yang asing bagi saya. Tapi intinya penggunaan air dengan berbagai variasinya masih sulit dilakukan bahkan untuk Negara secanggih jepang.

 

Lalu??bagaimana cara Joko Suprapto mewujudkan hal ini??? Bahkan menurut beberapa pihak, penggunaan bahan bakar ini pun telah di sesuaikan dengan berbagai jenis kendaraan. Bagaimana caranya menciptakan bahan bakar ini?? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang berputar pada otak saya saat ini dan juga mungkin di kepala para ahli fisika sekalipun.

 

Cara yang dilakukan oleh Joko sungguh misterius. Ia tidak pernah secara empiris membuktikan hasil karyanya itu di depan khalayak ilmuwan. Membuat peneliti dari berbagai lembaga menerka-nerka bagaimana caranya menciptakan Blue energy ini. Misteriusnya cara yang digunakan Joko diperbesar dengan menghilangnya ia ditengah hangat-hangatnya isu blue energy. Sebelumnya Joko telah mengkonfirmasi kepada pihak wartawan untuk mempublikasikan hasil karyanya ini. Namun, tiba-tiba secara sepihak ia membatalkan pertemuan itu. Keputusannya ini menambah besarnya prasangka saya akan adanya sebuah mitos yang bermain di dalam permasalahan Blue Energy ini.

 

Seperti yang kita tahu, SBY adalah sosok yang kental dengan symbol ratu adil dalam mitos jawa. Kita tidak mungkin memungkiri hal ini karena memang setiap pemimpin yang berasal dari Jawa selalu dipersepsi oleh sebagian masyarakat khususnya masyarakat jawa sebagai pewaris ratu adil. Hal ini yang mungkin mempengaruhi kognisi SBY dalam menyikapi isu Blue energy kali ini. Mengapa?? Karena ada indikasi ke arah sana.

 

Pertama, SBY langsung memanggil Joko Suprapto ke rumahnya November silam pra pertemuan di Bali untuk menjelaskan secara langsung di hadapan presiden mengenai Blue Energy. Bagaikan memanggil seorang pemenang sayembara yang berhasil memecahkan persoalan yang selama ini menggelayuti SBY, sang pewaris ratu adil. Indikasi kedua adalah enggannya SBY memakai jasa para ilmuwan dari LIPI atau lembaga riset lainnya dalam memecahkan persoalan energi di Indonesia. SBY lebih mempercayakan hal ini pada Joko Suprapto yang notabene belum membuktikan penemuannya ini secara empiris. Hal ini pula yang menimbulkan kekecewaan yang mendalam dari bebeberapa orang ilmuwan atas sikap SBY saat ini. Sikap SBY ini seolah menggambarkan seorang pemimpin mitos (ini terminology saya untuk pemimpin seperti ini) yang lebih menyukai hal-hal yang mistis dan instant sekali jadi. Abracadabra, luar biasa.

 

Entahlah..analisa saya mungkin terlalu jauh, dan agak kacau. Tapi inilah yang saya rasakan saat ini. Sebuah kondisi yang lucu ketika seorang pemimpin bertindak irasional atas sebuah permasalahan yang membutuhkan pemikiran yang jernih dan bersih..

 

Haah..Indonesia..kau begitu unik…

 

Faisal Karim KSM UI...-Dynamite Coke and Thought Drops-

http://icalkarim.blogspot.com
Ketua KSM UI 2008 (saat ini), ideolog sejati, calon kuat peraih MaPres PPSDMS di akhir masa pembinaan kali ini.

mempunyai cita agar tulisannya mendunia dengan blog. sehingga tulisan di dalam blognya di tulis benar-benar dalam bahasa inggris.

tulisan yang secara jujur gw akui, punya daya kekuatan yang luar biasa..
silahkan kunjungi...

Tuesday, 27 May 2008

Tribute to My Father..(makna sebuah syukur)

Pekan lalu, 22 Mei 2008, ayahku genap berusia 53 tahun. Hah…bahagia mendengar dirinya -via komunikasi jarak jauh- masih dikaruniai kesehatan di usianya yang tidak lagi muda. Suaranya yang tegas namun penuh kelembutan membuat hati ini terenyuh dan bersyukur dianugerahi seorang yang luar biasa sebagai panutan.

 

Papa..begitulah biasa ku memanggilnya. Agak aneh memang, di sebuah komunitas yang masih erat memegang adat istiadat, diriku memanggilnya Papa. Ha..ha..sedikit ku tergelak mendengar sindiran orang tentang sapaan ku padanya, “masa orang minang manggil orang tuanya, papa”. Mau bagaimana lagi? Ku telah terbiasa dengan panggilan itu. Ditambah, ku merasakan sebuah kehangatan dan kelembutan setiap ku ucapkan kata itu, papa.

 

Beliau, sosok yang penuh dengan hikmah dan kehangatan. Pengalaman hidup mengajarkannya tuk mendidik buah hati dengan kelembutan, kasih sayang serta perhatian. Tak mendapatkan itu semua dari orang tuanya mungkin yang menyebabkan ia tak pernah memaksakan kehendaknya kepada kami putra dan putrinya. Setiap keputusan yang kami ambil selalu ditanggapinya dengan senyuman dan sedikit gurauan yang berisi. Cerdas dalam memasukkan nasihatnya pada kami sehingga kami seolah tak pernah merasa digurui.

 

Pengalaman hidup juga mengajarkannya tuk mensyukuri segala nikmat yang diberikan olehNya dengan sebenar-benarnya syukur. Walaupun dalam kondisi yang serba kekurangan. Kondisi yang mengharuskannya memutar otak dan memacu keringat tuk menghidupi kami semenjak dirinya di pensiunkan secara tidak sah.

 

Ya..kondisi ini tidak menyurutkan langkahnya tuk tetap bersyukur di setiap waktu. Bersyukur atas segala nikmat yang terberi walau dalam kondisi yang serba tak pasti. Selalu bersyukur dengan tetap menyisihkan sebagian rezeki sebagai penyuci harta duniawi.

 

Haah…papa kau luar biasa, kau memang benar-benar telah memaknai ayat-ayatNya dengan sempurna.

 

“barang siapa yang bersyukur pada Ku , maka akan kutambahkan nikmatnya, dan barang siapa yang ingkar padaKU, sungguh adzabKu sangatlah pedih…”

 

Dan itu yang baru saja ku alami hari ahad lalu. Pulang ke rumah dengan keadaan letih, membuatku enggan bertanya tentang motor yang terparkir dengan indahnya di halaman rumah kami. Menyangka bahwa pemiliknya mungkin adalah salah satu dari saudara papaku.

 

Hingga suatu saat mama (baca: pasangannya papa..he..he..) alias ibuku, memberitahu bahwa motor itu milik kita, hadiah dari seorang kawan untuk papa...

 

Haah…ayat itu memang benar….Subhanalloh…

Asa

Semua telah jelas. Pertaruhan ini bukan main-main. Do it or leave it. Sekali ku melakukan maka selanjutnya, ku harus menerima segala konsekuensi yang terjadi. Konsekuensi akan sebuah prasangka yang mungkin sulit tuk dihapuskan begitu saja. Namun, sekali ku meninggalkan, maka selamanya ku terjebak dalam permainan ini yang entah sampai kapan kan berakhir.

 

Yah…itulah yang kupilih mengambil resiko dari pertaruhanku. Sungguh bodoh memang, tapi apa yang dapat kulakukan??semua sudah terlanjur. Seolah terjadi begitu saja, tanpa dapat kukendalikan. Aggh..inginku berteriak menyadari kebodohanku... 

 

Sampai suatu saat.... dirikupun terpekur dalam renungan panjang dari sebuah kekhilafan.

 

Ya..Robb,,Ampuni segala kekhilafan hamba. Ampuni dosa hambaMu yang mudah diombang-ambingkan perhiasan dunia.

Ku hanya berharap dan menyerahkan diri pada Mu akan sebuah asa tuk dapat memperbaiki hati dan juga diri ini. euh...

 

Sekarang…

saatnya menanggung segala konsekuensi…..

Mungkin diri ini masih dapat berharap padaMu, tapi pada manusia??

Kukembalikan segalanya padaMu..

 

Sunday, 25 May 2008

Jaminan Kehidupan dari Maha pemberi Hidup....

….Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar (QS: Ath Thaalaq : 2)

Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.(QS: Ath Thaalaq : 3)

Membaca kisah manusia-manusia hebat merupakan salah satu kegemaran yang sulit saya tinggalkan sejak kecil. Tak tahu mengapa dan bagaimana saya begitu terpikat oleh magnet kehidupan mereka. Mungkin saat itu saya sedang mencari role model yang tepat bagi diri saya disamping (tentunya) dari kedua orang tua yang luar biasa. Hingga saya begitu menggebu dan bersemangat membaca kisah kehidupan manusia-manusia hebat itu.

Kegemaran inilah yang saya coba pertahankan hingga saat ini. Meski saat ini saya tak sesering dulu dalam menggali mutiara kehidupan mereka, namun setidaknya memori-memori indah mengenai kehidupan mereka begitu jelas terekam dalam benak diri ini. Manusia-manusia hebat itu begitu menggugah saya. Menggugah seorang bocah laki-laki berusia 8 tahun untuk menggapai impiannya.

Bila dihitung-hitung ada beberapa buku tentang biografi tokoh-tokoh besar yang selalu menemani saya ketika kecil, menemani bocah laki-laki dari kecenderungannya untuk menyendiri. Marie Curie, Albert Einstein, Louis Pasteur, Wright Bersaudara, adalah beberapa tokoh penemu dunia yang menemani saya ketika kecil, seolah kehidupan mereka menjadi bagian dari kehidupan saya.

Dari sekian banyak kisah tentang manusia-manusia hebat. Bagi saya, tak ada yang mampu menandingi kisah para sahabat. Sungguh, tak ada kata yang terucap dan mampu menggambarkan betapa indahnya kehidupan mereka. Di tengah padang pasir yang luas dan iklim yang ganas, mereka mampu membangun sebuah peradaban yang luar biasa hebat dengan pimpinan seorang manusia hebat, Rosululloh Muhammad bin Abdullah.

Peradaban yang mereka bangun tak hanya peradaban yang bersifat fisik semata. Namun, peradaban yang sifatnya fundamental dan esensial dari sebuah masyarakat madani yang diidam-idamkan manusia. Peradaban berbasis Quran dan Sunnah yang menciptakan pribadi-pribadi muslim yang kuat dan kokoh ketika diterpa berbagai cobaan dunia.

Ya…Quran dan sunnah menempa dan membentuk mereka sebagai manusia-manusia yang kuat dalam menghadapi cobaan dunia. Berbagai ayat dalam Quran dan Sunnah begitu melekat dalam benak mereka dan membawa mereka pada sebuah perspektif baru dalam melihat dunia. Melihat dunia dan berbagai cobaan di dalamnya sebagai sebuah kondisi yang tak perlu mereka khawatirkan. Karena memang telah ada jaminan dari Alloh atas segala kebutuhan mereka.

Cobalah tengok ayat di atas, ayat yang berkenaan tentang jaminan Alloh bagi hambaNya yang bertaqwa. Alloh menjamin hambaNya dengan sebuah jaminan yang indah. Barang siapa yang bertaqwa padaNya Alloh akan memberikan jalan keluar yang tidak disangka-sangka. Dan barang siapa yang bertawakal padaNya niscaya Ia akan mencukupkan segala kebutuhannya dan memudahkan segala urusannya. Ayat ini secara terang-terangan menyebutkan jaminan Alloh. Tanpa sebuah usaha dan tanpa sebuah persyaratan yang berbelit. Just Taqwa and Tawakal. Just Do it, and So simple. Dan ini nampaknya yang betul-betul mengilhami Abu Bakar dalam menginfakkan seluruh hartanya, karena mungkin ia telah menyerap secara utuh makna dari ayat di atas. Ataupun Abdurrahman Bin Auf yang menginfakkan hartanya yang tak kunjung habis untuk keperluan dakwah karena mungkin terilhami oleh ayat ini.

Mereka memang telah tertempa dengan indahnya oleh akhlaq Quran dan Sunnah. Tak membiarkan cobaan dunia berupa kemiskinan menghalangi mereka tuk bertaqwa dan bertawakal padaNya. Karena mereka yakin Alloh takkan pernah mengkhianati hamba-hambaNya. Karena mereka yakin Alloh takkan membiarkan hambaNya larut dalam kesedihan.

Sebuah kondisi yang mungkin masih belum terpatri kuat dalam pribadi-pribadi muslim saat ini. Sebuah kondisi yang sedang dikonstruksi ulang oleh salah seorang muslim yang saya kenal.

Allahualam..


Wednesday, 21 May 2008

Kekonyolan yang Terjadi Saat Perayaan 100 Tahun Kebangkitan Nasional

Gaung kebangkitan nasional bertabuh dengan meriahnya tadi malam. Dalam memperingati kebangkitannya yang ke seratus tahun, Negara Indonesia atau khususnya bangsa Indonesia menyambut kedatangan hari ini dengan suka cita dan penuh senyuman. Di tengah kegalauan masyarakat akan harga BBM yang tidak menentu, kasus-kasus korupsi yang tak kunjung selesai, dan kekhawatiran akan maraknya film-film vulgar tak bermoral, ternyata bangsa ini masih sempat-sempatnya meluangkan waktu dalam menyambut hari kebangkitan nasional di gelora bung karno, yang dalam hemat saya, sungguh sangat konyol dan tak penting. Mohon maaf bila saya memakai kata-kata yang agak kasar, namun inilah yang memang terjadi.

Ya, kekonyolan-kekonyolan yang luar biasa ditunjukkan bangsa ini tadi malam. Berniat tuk menggapai kebangkitan yang selama ini dinantikan alih-alih justru bangsa ini terjebak dalam euphoria kebangkitan nasional yang digelar tadi malam. Dengan gagahnya seluruh elemen bangsa ini menyambut hari lahirnya Budi Oetomo yang (katanya) menjadi penanda bangkitnya kesadaran bangsa ini akan sebuah nasionalisme. Berbagai persiapan matang sudah dilakukan, seluruh stasiun TV menyiarkan secara langsung acara ini.  Dan akhirnya muncullah pertunjukkan spektakuler dari berbagai elemen bangsa ini. Sebuah pagelaran yang mungkin menghabiskan APBN bermilyaran rupiah yang jika saja dapat digunakan untuk membantu rakyat miskin mungkin sangat berarti bagi mereka. inilah sebuah bentuk representasi euphoria bangsa ini. Namun, Setidaknya kita dapat “bersyukur”  APBN yang digunakan kali ini jelas penggunaannya, dibandingkan beberapa APBN sebelumnya yang terdistribusi tak jelas kemana.  Luar biasa, Salah satu bentuk kekonyolan tadi malam.

Kekonyolan lainnya adalah jaket kuning yang mewarnai gelora ini tadi malam. Mungkin masih segar dalam ingatan kita bagaimana sebagian pengguna jaket kuning ini yang notabene mahasiswa UI, berkoar-koar mendengungkan perubahan, berretorika akan nasib malang bangsa ini. Namun, apa yang kita lihat tadi malam? Mereka dengan manisnya duduk menyanyikan berbagai lagu-lagu indah bangsa ini untuk pagelaran yang menghabiskan uang rakyat bermilyar rupiah. Sungguh sangat kontras dengan apa yang mereka dengungkan selama ini. Kembali, salah satu bentuk kekonyolan yang luar biasa.

Lagi-lagi, kekonyolan lainnya muncul dalam pagelaran tadi malam.  Presiden kita tercinta yang katanya akan kembali mencalonkan diri sebagai presiden di periode yang akan datang, mengatakan sebuah semboyan yang agak mengganggu saya. Semboyan Indonesia bisa! Sungguh saya agak gatal mendengar kata-kata ini, sebuah semboyan yang idealnya dikatakan oleh seorang yang sudah berusaha lalu mengatakan “baiklah, pasti kita bisa”, yang idealnya dikatakan oleh seseorang yang masih lama masa kerjanya sehingga dapat optimis dalam mengatakan “kita bisa!”. Namun kenyataanya sungguh kontradiktif. Presiden kita ini saya lihat tidak berusaha dan tidak berniat berusaha dalam mewujudkan perubahan bangsa ini. Pekerjaannya hanya keliling Negara-negara di dunia, dan menaikkan harga BBM. Membuat “bisa” bangsa ini menjadi “bisa” pesimistis, bisa miskin, bisa melarat, bisa kelaparan, dan bisa mati.

Sungguh, saya tidak dapat membayangkan bagaimana pola pikir para pemimpin bangsa ini. Mereka seperti lari dari kesalahan dan kegagalan dengan berlindung di balik kebangkitan nasional. Menjadikan moment seratus tahun kebangkitan nasional sebagai dalih untuk memulai perubahan bangsa ini. Mereka seolah tak sadar (baca:mabok) bahwa mereka telah lama memimpin bangsa ini, WOOII sadar bung, anda telah lama memimpin bangsa ini. Jangan kira masa jabatan yang telah anda dapatkan 4 tahun belakangan ini sebagai pemanasan, lalu dengan seenaknya menunggu seratus tahun kebangkitan nasional untuk memulai perubahan.

Fiuh..(menghela nafas..) konyol….  

 

Friday, 16 May 2008

Aksi 12 Mei dan Mahasiswa UI yang 'kecolongan'

Mau tahu tanggapan saya atas aksi kemarin? aksi yang katanya replikasi kejadian 10 tahun silam. Tanggapan saya Cuma satu, KECOLONGAN.

 

Loh??? Kenapa kecolongan?? Emang ada apa sih??

 

Mau tahu?? Jadi gini yah..saya jelasin sedikit deh…

 

Baik kawan-kawan semua, saya menyadari bahwa kita sebagai mahasiswa mempunyai tanggung jawab moral yang besar bagi bangsa ini. Karena klo bukan kita siapa lagi yang akan menyuarakan suara rakyat? Di tengah tarik ulur berbagai kepentingan, sungguh sangat mustahil ada sekelompok orang yang mau membantu rakyat kecuali tanpa pamrih. Pasti ada balas jasa yang diminta oleh orang-orang itu. Karenanya mahasiswa yang tidak mempunyai kepentingan-kepentingan tertentu, mempunyai tanggung jawab yang besar untuk menyuarakan perubahan bagi rakyat.

 

Berbagai suara telah kita dengungkan, berbagai tulisan telah kita sebarkan, namun jangan lupa kawan-kawan. Kita adalah warga dari sebuah universitas, dan khususnya bagi saya, saya adalah warga Universitas Indonesia. Maka saya secara tidak langsung mempunyai tanggung jawab pula untuk menyuarakan perubahan bagi kampus ini disamping bersuara bagi rakyat indonesia.

 

Suara saya bagi perubahan kampus ini, telah saya dengungkan jauh-jauh hari, dikala ada isu-isu kenaikan BOP. Seluruh mahasiswa bergerak menolak kenaikan, tak terkecuali mahasiswa yang mengatasnamakan FMN yang juga menolak walaupun dari kacamata saya, tindakan yang mereka lakukan beberapa waktu lalu di bunderan psiko sungguh sangat memalukan. Anyway, intinya seluruh mahasiswa menolak kenaikan kecuali ada penjelasan dan solusi yang lebih baik jika memang harus terjadi kenaikan.

 

Syukurlah penjelasan dan solusi itu dapat kita hasilkan. Perlu menjadi catatan disini, saya memakai kata KITA dalam hal ini. Karena memang system BOP berkeadilan merupakan buah karya dari mahasiswa akan sebuah system pembiayaan kuliah yang lebih baik. Berbekal hasil survey ke beberapa Universitas, rapat-rapat FORMA dengan mahasiswa, dan hasil analisa beberapa elemen mahasiswa, maka dihasilkanlah sebuah system yang disetujui oleh Rektor kita. System BOP berkeadilan yang dirasakan dapat menjadi jalan tengah bagi kenaikan yang nampaknya memang harus terjadi.

 

Secara jujur saya menyadari bahwa system BOP berkeadilan ini merupakan capaian yang luar biasa bagi UI. Dimana seluruh element terlibat dalam perumusan system ini terutama mahasiswa. Mahasiswa tidak lagi memakai cara-cara lama dengan hanya bersuara dan mencerca kebijakan rektorat, akan tetapi mahasiswa juga bisa menghasilkan sebuah usulan yang bermanfaat bagi Universitas.

 

Capaian ini memang sangat besar dan merupakan lompatan yang luar biasa bagi mahasiswa. Akan tetapi, sadarkah kita, bahwa kita terlalu berbangga hati, kita terlalu berpuas diri akan capaian ini. Membuat kita menjadi lengah dan terlalu fokus pada aksi yang terjadi tanggal 12 kemarin. Padahal kebijakan rektorat sewaktu-waktu bisa saja berubah. Bahwa nantinya akan ada kebijakan yang mungkin tidak melibatkan mahasiswa.

 

Dan itulah yang terjadi kawan-kawan. Kita terlalu puas sehingga kita kecolongan. Ditengah kesibukan kita merayakan 10 tahun reformasi 12 mei kemarin, rektorat mengeluarkan kebijakan untuk mengadakan Ujian Masuk Bersama (UMB) UI.

 

Betapa kagetnya saya ketika mendengar hal ini. Ditengah hiruk pikuk 12 mei, rektorat seolah mencium aroma kelengahan mahasiswa sehingga dirasakan oleh mereka, memunculkan kebijakan pada moment ini sangatlah tepat. Mahasiswa sedang sibuk merayakan reformasi, jadi apa salahnya jika memunculkan kebijakan ini?

 

Itulah yang terjadi kawan, kita kecolongan. Kita terlalu puas akan capaian kita sehingga UMB akan dilaksanakan awal juni nanti dan telah ada SK pula dari rektor akan ujian ini.

 

Sebenarnya saya tidak mempermasalahkan akan adanya UMB, tetapi saya mempermasalahkan penyetujuan UMB yang tidak melibatkan mahasiswa dan diketahuinyapun lewat media massa bukan dari pihak kampus langsung. Saya tahu bahwa nasib SPMB tidak jelas, bahwa nantinya ada SPMB atau tidak, sayapun tidak tahu. Maka saya pun memaklumi pihak rektorat yang membuat UMB dengan beberapa kampus agar terjadi kejelasan akan masalah ini.

 

Akan tetapi saya kecewa pada kita yang tidak peka akan hal ini. Tidak peka bahwa masih ada masalah loh dengan SPMB dan seleksi mahasiswa, masih ada masalah loh dengan hal ini??

 

Sehingga saya memaklumi rektorat yang mengeluarkan kebijakan UMB tanpa melibatkan mahasiswa. Karena saya tahu bahwa kita terlalu berpuas diri akan capaian kita yang telah kita lakukan kemarin dan terbesit dalam benak kita "ya sudahlah, rektorat pasti kooperatif dengan kita, jadi gak usah khawatir, kita urus aja dulu urusan rakyat", membuat kita tidak fokus untuk mengurusi rumah kita sendiri yang sebenarnya juga perlu kita perhatikan.  Selain tentunya rakyat indonesia yang perlu kita suarakan haknya.  

 

Wednesday, 14 May 2008

Malam Apresiasi Prestasi Mahasiswa UI dan Pengumuman Maprestama UI 2008

Hatiku terpaut oleh indahnya undangan itu. Mewangi harum, bertorehkan tinta emas tuk melukiskan sebuah makara, lambang eksistensi Universitas Indonesia. Edisi lux yang dikeluarkan rektorat untuk membuat undangan ini bukanlah tanpa alasan. Benda berbentuk art paper dan dilingkupi oleh amplop tebal untuk membungkusnya, sengaja dirancang untuk mengundang para tamu-tamu pilihan. Mereka diundang untuk menghadiri sebuah perhelatan akbar dari universitas indonesia, Malam Apresiasi Prestasi Mahasiswa UI dan Pengumuman Mahasiswa Berprestasi Utama UI 2008.

Tidak disangka, diriku masuk kategori tamu-tamu pada acara itu. Karena dari nama acaranya, sebenarnya, hanya para mahasiswa berprestasi saja yang datang dan diundang, disamping tentunya para petinggi UI, baik fakultas ataupun universitas. Namun, ternyata perwakilan mahasiswa dari setiap lembaga kemahasiswaan di UI turut diundang dalam acara ini. Wah...! beruntungnya diriku walau hanya duduk manis melihat para nominator bersukacita. Membuat diriku kagum dan mungkin iri akan prestasi mereka.

Anyway,,,acara malam itu sangat meriah. Dengan berbagai ornamen-ornamen pemanis, Balairung disulap menjadi sebuah tempat yang nyaman dengan berbagai dekorasi penghias. Meja, bangku, panggung dan seluruh ornamen didalamnya didekorasi agar setiap mata yang memandang menjadi nyaman dan betah tuk berlama-lama di dalamnya. Diiringi lantunan lagu-lagu indah, para undangan menyantap sajian yang telah disediakan. Sungguh sebuah sajian yang nyaman dan pantas bagi para intelektual-intelektual dalam ruangan itu. Setidaknya ini membuktikan salah satu firman Alloh bahwa setiap orang yang berilmu akan ditinggikan derajatnya beberapa tingkat, dan acara ini adalah salah satu bukti dari firmanNya itu.

Setelah beberapa saat para undangan menyantap hidangan yang disediakan, tibalah saatnya acara dimulai. Dibuka dengan beberapa seremoni, kata sambutan dari ketua panitia, direktur kemahasiswaan, dan juga pak rektor yang membuat kekhidmatan acara ini semakin bertambah. Selanjutnya pembawa acara membacakan beberapa nominasi pemenang dari kategori Seni dan Olahraga. Para nominasi ini berasal dari 3 fakultas yang berbeda FISIP, FH, dan FE. Kumaklumi para pemenang bukan dari fakultas ku karena memang kurasa tidak ada anak psikologi yang mencapai raihan prestasi di kategori ini selama setahun belakangan. sehingga masih dapat kumaklumi pemenang dari kategori ini adalah mahasiswa FISIP dengan Film Independent mereka yang menjuarai salah satu ajang penghargaan tingkat nasional yang ku lupa apa nama ajang itu.

Berikutnya penghargaan dan prestasi yang diraih dari bidang penalaran(PKM, LKTM, dll) dan lagi-lagi. Mahasiswa FISIP, FE, dan FH merajai kategori ini, diselingi oleh beberapa fakultas lainnya seperti F.MIPA, FK, FIB, dan fakultas-fakultas lainnya. Berturut-turut prestasi mereka disebutkan oleh pembawa acara, prestasi dari ajang nasional maupun internasional. Namun, ada satu hal yang membuat hatiku sedikit miris. Ternyata hanya ada satu anak psikologi yang disebutkan namanya dalam daftar panjang  para mahasiswa yang meraih prestasi.

Beberapa kategori lainnya yang disebutkan oleh pembawa acara tidak kusimak dengan baik. Diriku terlalu sibuk memikirkan apa penyebab dari minimnya prestasi yang diraih oleh mahasiswa fakultas lain, khususnya dan pastinya mahasiswa Fakultas Psikologi. Sehingga tidak terasa telah sampailah kami pada acara puncak, pengumuman mahasiswa berprestasi utama UI 2008.

Seperti yang sudah-sudah, sejak acara ini dimulai, diriku sudah dapat memprediksi, pastinya pemenang Mapres (baca:mahasiswa berprestasi) tidak jauh-jauh dari 3 fakultas tadi, FH, FE, ataupun FISIP. Ternyata dugaanku benar, bahkan akurat. 3 BESAR mahasiswa berprestasi UI berasal dari 3 fakultas itu, dan pemenangnya (lagi-lagi, 3 tahun berturut-turut) dari FISIP UI.

Belajar dari hal ini, diriku mulai menyadari bahwa prestasi yang mereka raih, khususnya mahasiswa FISIP, FH, dan FE tidak lain karena dukungan dan atmosfer berprestasi yang dibangun oleh ketiga fakultas itu. Mahasiswa FISIP misalnya diiming-imingi sejumlah penghargaan jika mereka terus berprestasi dengan diadakannya FISIP Award. Ajang bergengsi yang menurutku salah satu yang terbaik di UI. Lalu FH, apresiasi yang kita lihat dari Fakultas ini nampaknya besar bagi para mahasiswa yang mencatatkan prestasi di ajang nasional maupun internasional. Hal ini dapat kita lihat dari spanduk-spanduk ucapan selamat yang selalu menghiasi halaman depan Fakultas Hukum tiap bulannya. Membuat para mahasiswa terpacu untuk terus berprestasi. Bagaimana dengan FE? FE tidak kalah hebatnya, setiap mahasiswa DIWAJIBKAN untuk dapat berpartisipasi aktif disetiap acara kemahasiswaan baik akademis ataupun organisasi. Setidaknya informasi ini kudapatkan dari adikku yang katanya Manejer kemahasiswaannya langsung yang mengatakan itu. Tidak heran jika setiap mahasiswa FE mempunyai hasrat untuk berprestasi.

Lalu bagaimana dengan fakultas lain, khususnya dan pastinya di Fakultas Psikologi?

Nampaknya kultur ini belum sepenuhnya terbangun ataupun bila sudah terbangun belum dimaksimalkan secara baik. Butuh usaha yang keras untuk membangun dan memaksimalkan hal ini, karena mengubah kultur yang selama ini terbangun sangat sulit dibandingkan jika kita membuat tugas kuliah yang begitu rumit. Saranku sebagai salah seorang yang datang pada acara itu, sudah saatnya kita bergerak. Sudah saatnya mengubah perilaku, pola pikir, dan kultur yang telah kita bangun. Bila perlu, kita contek habis-habisan budaya dari ketiga fakultas itu agar kita lebih mudah membangun kultur yang lebih baik. Bukankah tidak masalah jika kita mencontek sebuah kebaikan?

Untuk itu diriku benar-benar berharap hal ini dapat terbangun di fakultas ku. Setidaknya dari mahasiswa dapat memiliki andil dan kontribusi bagi terbangunnya hal ini. Karena jika tidak, kapan lagi kita akan terus berhenti dan tertidur ditengah deru derap perubahan zaman yang semakin cepat berputar.

AYO...kita MULAI PERUBAHAN di KAMPUS PSIKOLOGI UI tercinta...


Thursday, 8 May 2008

Sebuah Renungan

Sabtu, 3 Mei 2008, pukul 11.00

menelingkup kedalam pusara bumi.

beralaskan tanah beratapkan langit.

menghantarkan sesosok perempuan tangguh ke tempat peraduan terakhirnya.

hatiku luluh oleh setiap kenangan yang tersimpan, hati ku sendu sedan oleh kenyataan yang kini tlah datang.

Menangis, ya,,ku menangis. menangis karena ia telah pergi, menangis karena takut takkan bertemu dengannya lagi disana.

karena ku tahu, di akhir waktunya, ia sempat mengucapkan kalimat indah, kalimat La Ilaha ilallah..kalimat pembuka pintu surga, kalimat kunci dalam menggapai ridhoNya.

dan kini ku merenung, sembari melihat sedikit demi sedikit tanah merah itu menutupi tempat peristirahatannya. merenung akan nasibku nanti. apakah ku dapat merasakan akhir yang bahagia seperti dirinya? apakah ku dapat bertemu kembali dengannya di tempat yang mulia, akhirat sana?

tak terasa, setetes air menggenang di mataku.

semoga setetes air ini menjadi saksi akan sebuah harapan dari seorang anak manusia yang selalu rindu mendapatkan husnul khotimah seperti Alm. Neneknya.

selamat jalan nek, insyaAlloh ega akan terus berjuang memenuhi harapan nenek, walaupun nenek tak sempat melihat ega di wisuda nanti, seperti harapan nenek

 

in Memoriam, My Grandma

Rosiah binti Yusuf

selasa 5 Januari 1928 - Jumat, 2 Mei 2008 pukul 18.00