Aku tak sanggup bertanya pada Bapak.
Serasa ada sesuatu yang naik dari perutku setiap kali ingin memulai
membicarakan tentang hal ini. Kami sekeluarga dalam perjalanan pulang menuju
Jakarta. Nampaknya bapak sedang sibuk menyetir dan tidak bisa diganggu, ah aku
semakin tak sanggup membicarakan hal ini. Si kakak pun sepertinya sudah lama
menunggu. Sesaat kemudian, sebuah SMS masuk ke hape ku.
“jadi gimana? Sudah ada jawaban dari
bapak?”
“belum kak, setiap saya mau ngomong
tentang ini, perut saya tiba-tiba mules. Duh..”
“hm.. yaudah, saya aja yang sms
bapak, tolong kirim nomornya ya”
Hah? Seriusan nih orang? Wah..
nantangin ya. Akupun mengirimkan nomer bapak padanya.
“ini nomernya kak. 0816xxxxx. Tapi
jangan di sms sekarang ya kak, bapak lagi nyupir takutnya keganggu, soalnya
bapak sensitive klo ada sms yang gak jelas dari siapa, biasa ditawarin kartu
kredit. Hehe”
“sip.. oke”
Coba kita lihat, apakah si kakak itu
berani mencoba menghubungi bapak langsung. Ada semacam keraguan, sepertinya ia
akan berpikir puluhan kali kalau ingin mengirim sms langsung ke orang tua ku.
Beberapa saat kemudian, bapak
memanggilku.
“An, ini ada yang sms siapa ya? Temen Ani ya?”
“hah? Temen Ani? Siapa pak? Ngapain
juga ada yang sms bapak”
akupun tak sadar, bahwa sebelumnya ada seseorang yang
meminta nomor bapak dan akan menghubunginya. Dan ternyata, ya Ampun, si kakak
yang mengirimkan sms dengan tulisan yang sangat lugas.
“Assalamualaikum pak, Saya Adi, temannya
Ani, saya ingin mencoba serius untuk taaruf menuju pernikahan dengan anak
bapak. Kalau bapak mengizinkan, saya akan coba mengirimkan CV saya lewat email.
Terima kasih pak”
Ya salam, ini orang serius ya, dan
bapak pun hanya terdiam, akupun salah tingkah, ah tak tahulah.
“bapak akan balas SMSnya, nanti kamu
baca lagi. Kalau ada yang mau ditambahkan tambahkan saja” bapak pun hanya
berkata singkat padaku. Ah biarlah, ikuti saja kemana proses ini akan berjalan.
Sepekan berlalu, dan ia telah
mengirimkan CV nya padaku lewat email. Oh ya, ia juga mengirimkan Proposal
nikahnya. Ah niat sekali.. akupun membaca dan terpaku dengan CV dan
proposalnya. Apa lagi yang bisa membuatku menolaknya. Tapi.. ah selalu ada
gundah, mungkin karena orang itu. Tapi.. sudahlah. Akupun membalas SMSnya
“CV dan proposalnya sudah saya baca
kak, masya Allah, saya masih gak percaya, kenapa saya kak, seharusnya ada yang
lebih baik dari saya”
“Gak An, insyaAllah saya udah
berpikir matang, dan memang, sepertinya Ani orang yang tepat.”
Duh.. akupun tak tahu lagi harus
membalas apa. Bapak ku pun ikut membaca proposalnya pula. Ah sepertinya ia
begitu tertarik dengan si kakak ini. Terlihat jelas dari pancaran wajahnya,
senyumnya menyiratkan bahwa pemuda ini orang yang tepat untuk putrinya. Aku
juga mengirimkan CV ku padanya, CV yang biasa saja, itupun aku contek formatnya
dari CV yang ia kirim, hehe.
“An.. coba bilang ke dia, kalau
misalkan bisa, hari sabtu nanti datang ke rumah. Kamu kasih alamat ke dia ya”
Hah? Ke rumah? Secepat ini kah? Ya
ampun. Akupun mengirimkan SMS padanya meminta agar dia bisa datang ke rumah.
Sesuai dugaanku, ia pun menyanggupinya. Rumah ku di daerah tangerang banten
memang lumayan jauh, dan semoga si kakak ini tidak tersesat.
Pertemuan itu dan
pertemuan-pertemuan selanjutnya, semuanya berjalan lancar. Orang tuanya pun
sudah datang bersilaturahmi ke rumah. Tapi, ah selalu ada tapi, gundah ini
selalu menyertai. Bayangan orang itu masih terekam jelas di benakku.
Berhari-hari, akupun jarang membalas sms Kak Adi. Akupun tak tahu apa yang
terjadi padaku. Selalu ada keraguan dan semuanya bermuara pada orang itu.
Baiklah, kurasa semuanya harus menjadi jelas, aku harus mengatakan yang
sebenarnya pada kak Adi.
“sebenarnya, saya udah punya pilihan
sendiri kak. Tapi jujur, ini murni karena kedekatan, minat dan kesenangan kami
yang sama. Ia satu fakultas dengan saya, seangkatan dengan saya. Dan kemaren
saya blom bisa memberi tahu kak Adi karena sayapun bingung, orang tua saya
lebih menyukai kak Adi dibandingkan dengan calon saya ini. Karena menurut
bapak, kak Adi adalah figure ideal untuk seorang suami, sayapun sadar sih kak,
tapi saya sudah memutuskan, saya akan coba dengan calon saya sendiri”
Fiuh.. ah ada rasa sesal, tapi satu
sisi, akupun lega. Semoga ini yang terbaik untuk kami. Kak Adi pun menerima
dengan senyuman, setidaknya itu yang tertulis dalam sebaris pesan SMS darinya.
“semoga Kak Adi dipertemukan dengan
orang yang lebih baik”
“insyaAllah An, InsyaAllah,
begitupula dengan Ani”
Ya Rabb..
*bersambung