Monday, 24 December 2012

Dilema. #1



Sebaris sms itu masuk dan membuatku bingung. Akupun terduduk sekejap menyadari bahwa sepertinya kakak ini tidak main-main.
“Ani, udah siap? Saya mau serius dengan Ani”
Tak perlu kutanya lagi apa maksudnya dengan ‘siap’. Usia dewasa muda dengan frase ‘serius’ serta pertanyaan tentang kesiapan, tak lebih dari pembahasan tentang pernikahan.

Siang itu matahari tak jauh beda dengan kemarin. Sinar teriknya menambah cucuran keringat setelah kubaca sms darinya. Ia, duh.. akupun baru mengenalnya, setidaknya belum sampai 2 tahun. Tapi memang beberapa kali kami sempat berinteraksi dan itupun tak lebih dari sekedar pembicaraan biasa lewat media sosial.

Akupun ingat saat pertama kali menyapanya. Eh.. tunggu, ia atau aku dulu ya? Entahlah, yang jelas kamipun berbincang dan di akhir pembicaraan akupun baru menyadari. Ternyata aku salah menyapa orang..ups. untung saja dia tak tahu. :p tapi sepertinya ia tak menyadari hal itu karena setelahnya, beberapa kali kami bertemu dalam obrolan ringan yang tak pernah direncanakan.

Oh ya, ketika itu bulan Ramadhan, dan kami sekeluarga berangkat mudik lebih awal untuk menghindari ganasnya jalur pantura. Dan tebak apa yang terjadi? Ternyata tidak terlalu berpengaruh, jalur pantura tetap padat, padahal kami berangkat H-5 lebaran. Syukurlah, mobil kami dilengkapi pendingin ruangan, kalau tidak, ya ampun, sudah tentu jilbabku sudah penuh dengan peluh keringat. Akupun berusaha membunuh kebosanan dengan membuka facebook dan fasilitas chatnya via smartphone. Dan tak lama, kakak itupun menyapaku.
“Assalamualaikum An, lagi dimana?”
“di mobil kak, lagi otw ke jawa, duh macet”
“hoo.. mudik kemana?”
“ke pasuruan kak.”
“oh.. disana oleh-olehnya apa ya? Saya titip oleh2 yak. Haha”
“hm.. ada sih kak, paling kerupuk2 gitu doank. Hehe. Boleh, insyaAllah, nanti gimana ngasihnya kak?”
“hoo.. nanti kita ketemu aja, di kampus saya atau kampus Ani.”
“eh.. jangan ya kak, nanti saya titip aja dimana gitu..”
“eh iya deh.. maaf ya, nanti kita liat lagi gimana caranya”
“sip deh kak.. eh iya kak, udahan dulu yak, ada yang mau dikerjain. Assalamualaikum”
“walaikumsalam”
Ya Robb, bukannya tidak mau bertemu dengannya, tapi sepertinya pertemuan khusus berdua itu, masih agak janggal bagiku. Dan akupun berniat, aku akan membeli oleh-oleh untuk kakak itu.

Kenanganku pun kembali berputar, sembari keluar dari kamar, akupun mengingat kembali saat ia pertama kali bekerja di sebuah anak perusahaan BUMN. Perusahaan yang cukup besar kurasa. Akupun senang saat tahu bahwa tak sampai 3 bulan ia menganggur dan berhasil mendapat pekerjaan yang sesuai dengan background pendidikannya.
“Selamat kak. Sukses selalu :) ”, sekilas pesan itu pun tertulis di dinding facebooknya, dan ia hanya membalas dengan senyuman dan ucapan terima kasih. Dan kurasa sejak itu kami pun jarang berinteraksi. Sekedar menyapa lewat facebook, ataupun terkadang lewat SMS.

Kini dia mengirim SMS untuk sebuah permintaan yang sesungguhnya berat bagiku. Ah, kenapa, tak ada alasan kuat aku menolaknya. Ia ikhwan yang baik, tokoh di kampusnya, dengan beragam prestasi yang terbilang ‘wow’. Tapi.. bismillah. Akupun membalas sms-nya.
“saya istikhoroh dulu ya kak, saya mesti nanya bapak, ibu, dan Mbak Liqo dulu”
“Oke, saya tunggu ya.”
Dan akupun meminta petunjuk padaNya. Semoga yang terbaik.

*bersambung

1 comment: