Thursday, 8 November 2012

Perkara Tauhid

Luqman berpesan pada anaknya.
"Wahai Anakku, Laa tusyrik billah, Jangan sekutukan Allah, sesungguhnya menyekutukan Allah adalah kedzoliman yang besar." 
 dan itu adalah pesan utama dari seorang ayah kepada anaknya. Pesan pokok yang pertama kali di tekankan Luqman sebelum ia berpesan tentang nasihat-nasihat lainnya dalam surah Luqman.

Kedzoliman berarti menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Seperti ketika seorang mekanik motor ditempatkan sebagai seorang perawat di rumah sakit. Itu salah satu bentuk kedzoliman. Atau ketika seorang Ibu tidak diperlakukan layaknya seorang Ibu yang harus dihormati, dikasihi oleh anak-anak dan keluarganya. Itu juga salah satu bentuk kedzoliman.

Maka sangatlah tepat ketika Luqman berkata bahwa menyekutukan Allah merupakan kedzoliman yang paling besar. Karena orang-orang yang menyekutukan Allah menempatkan Allah tidak pada tempatnya. Dzat yang maha pencipta, maha pengasih, maha penolong, pengampun dan sebagainya disandingkan dan disekutukan dengan sesuatu yang jauh lebih rendah daripadaNya.

Jadi tidak mengherankan jika risalah kenabian para Rasul sebagian besar dan yang paling utama adalah menyerukan manusia untuk tunduk dan patuh hanya kepada Allah yang sesungguhnya dan sebenarnya harus disembah. Para Rasul ibarat para Pendobrak, pejuang yang merevolusi tradisi penyembahan antar makhluk, entah seorang manusia dengan patung, pohon, jin atau dengan sesama manusia lainnya menjadi hanya menyembah dan tunduk kepada Allahu Robbul 'Alamin.

Pastinya perkara mentauhidkan Allah bukanlah sesuatu yang mudah. Manusia cenderung memiliki ego untuk menguasai dan memiliki segala sesuatu hanya untuk dirinya. Ia ingin menguasai manusia lainnya untuk menjalankan dan memenuhi semua keinginannya, itu memang kodrat manusia, harta dan tahta, dua hal yang jadi tujuan manusia. Sehingga begitu sulit jika dua hal itu semata-mata diserahkan hanya kepada Allah semata. Jadi tidak heran mengapa pemuka kafir Quraisy begitu enggannya menerima risalah Rasulullah karena mereka paham, jika sekali bertauhid, mereka harus konsekuen dengan pilihan mereka. Menyerahkan segala milik mereka, baik harta, tahta, dan diri sendiri hanya untuk Allah satu-satunya.

Perkara tauhid bukan perkara main-main, sekali kufur dan musyrik, maka Allah menjanjikan tempat yang abadi di neraka kelak, Naudzubillah. Bahkan jikalau mereka insyaf, mereka tidak sekedar memohon ampun pada Allah, tapi harus benar-benar bertaubat dan itupun belum tentu ada jaminan ampunan. Sedangkan orang-orang yang beriman dan memurnikan tauhid mereka, balasannya adalah ganjaran yang berlipat dari Rabbnya.

Sungguh perkara tauhid adalah perkara paling intim dari diri manusia. Hanya dirinya dan Robbnya saja yang tahu. dan beruntunglah orang-orang yang berhasil membangun hubungan yang romantis dengan Robbnya, Allahu 'Azza Wa Jalla.

No comments:

Post a Comment