Saturday 17 November 2012

Kita dan Palestina

Ada yang bilang hubungan sedarah dari ayah ke anak, adik ke kakak, ataupun ibu ke putra-putrinya adalah bentuk ikatan yang paling kuat. Ada benarnya, dan memang sudah selayaknya ikatan kekerabatan semacam itu dihargai sebagai representasi hubungan paling kuat antar sesama manusia. Tidak ada keraguan dan setiap orang sepakat dengan hal ini.

Namun jika ditelisik lebih jauh, sebenarnya ada gak sih ikatan paling kuat dibandingkan hubungan kerabatan?  sebagian dari kita mungkin menjawab, tidak ada. ya karena mau bagaimana pun yang namanya garis keturunan tidak akan bisa dihapuskan. mau bagaimanapun jeleknya dia, mau bagaimanapun bejatnya dia, kalo kita dilahirkan dari rahimnya, ya dia tetap (misalnya) ibu kita. Darahnya sama dan sebagian dari diri kita berasal dari dia.

Iman sebagai batasnya

Pernah baca Surah Al A'rof ayat 172-173 ? saya coba tulisin deh.


Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”, atau agar kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?” [QS. Al-A’rof (7): 172-173].

ternyata terlepas siapa orang tua kita, dan apa yang terjadi pada kita nantinya setelah dilahirkan. Allah  Azza Wa jalla telah lebih dulu mengambil persaksian kepada calon-calon manusia yang bakal lahir bahwa Allah adalah Rabb mereka, tuhan mereka, pemilik mereka dan pencipta mereka. Agar nantinya manusia gak protes bahwa mereka tidak pernah tahu siapa tuhan yang patut disembah disebabkan orang tua mereka tidak meng esakan Allah. lalu muncul pertanyaan,
loh kalau gitu Allah gak adil donk, enak banget yang dapet orang tua muslim, bisa langsung beriman.
Bos, itu beda lagi babnya, kita bahas lebih lanjut nanti di bab Hidayah. balik lagi, nah, sekarang sudah jelas, bahwa terlepas siapa orang tua kita, Allah adalah pemilik kita sebenarnya. Dari Allah dan akan kembali pada Allah. Orang tua hanya dititipkan saja. pemilik sesungguhnya ya Allah.

Jika dia beriman pada Allah dan Rasulnya, dia tetap pada fitrahnya. Tunduk dan patuh pada penciptanya. Jika tidak beriman ya dia telah keluar dari sebuah lingkaran keimanan yang secara otomatis membuatnya lepas dari tanggung jawab Rabbnya. itu sebabnya Aqidah yang kuat ibarat tali yang kokoh (Albaqorah 256) dan takkan putus yang dapat dijadikan pegangan bagi manusia

Jika Aqidah adalah sebuah tali yang kokoh dan pegangan erat bagi manusia agar tidak tersesat dan jatuh, maka persaudaraan yang dilandaskan akidah logikanya adalah persaudaraan yang paling kuat, bahkan melebihi ikatan kekerabatan. loh kok bisa? lah iya donk, kan kita ini sama-sama ciptaan Allah, yang beriman pada Allah, maka dari itu kita yang satu iman dan satu ciptaan otomatis bersaudara, yang diluar itu berarti gak masuk itungan.

Bukannya memandang remeh ikatan kekerabatan, orang tua-anak, tapi memang Aqidah diatas segalanya, dan alangkah lebih baiknya jika orang tua dan anak sama-sama beriman. Tapi kalaupun beda aqidah, Islam tetap mencontohkan untuk berbuat baik kok kepada orang tua yang beda keyakinan. Seperti nabi Ibrahim kepada Ayahnya, dan perintah luqman untuk berlaku makruf dan baik kepada orang tua walaupun ia tidak beriman pada Allah.

Kita dan Palestina

sebagian dari kita bilang,
buat apa sih mikirin palestina, kayak di sini (indonesia) gak ada yang harus dipikirin aja, masalah di indonesia aja udah banyak, make mikirin urusan orang laen juga. urusin dulu tuh indonesia, baru urusin negara lain.
sekilas sih emang bener apa yang dibilang sama dia, kalau pakai view geografis dan suku kebangsaan, emang palestina masih jauh dari kita, mending mikirin yang deket2 aje. tapi balik lagi bos ke tulisan ane yang diatas, kalau ente muslim, berarti ente bersaudara sama muslim palestin. Ikatan persaudaraan berdasarkan aqidah itu hakikatnya ikatan paling kuat. Kalau ente merasa gak peduli atau kurang peduli sama nasib muslim-muslimah palestina, cuma ada dua indikasi. ente kurang iman, atau ente kurang ilmunya. karena kalau ente beriman dan punya Ilmu seharusnya ente peduli sama nasib sodara-sodara kita di palestin.

Sekarang palestina sedang dalam gempuran zionis laknatullah Israel. kini saatnya membuktikan bahwa kita bersaudara. Allahummanshurnal mujahidina wal muslimina fii Gaza. amiin.

1 comment:

  1. Sepakat, ka! Kita dan Palestina, keimanan-lah penghubungnya. Allohu Akbar!!

    ReplyDelete