Monday 25 February 2008

iklan rokok : tanya kenapa?


brand awareness, konsep marketing yang mengatakan bahwa konsumen memiliki derajat keteringatan terhadap suatu produk yang berbeda-beda. selain dunia marketing, psikologi pun mempelajari hal yang sama dari sisi tingkah laku dan kognisi dari konsumen. psikologi mencoba melihat perilaku yang muncul ketika konsumen melihat ataupun dikenalkan pada suatu produk. apakah si konsumen merasa aware(baca:sadar, mengingat) terhadap suatu produk sehingga memungkinkan dia untuk membelinya ataukah meninggalkannya.

sedangkan dari sisi kognisi, psikologi mencoba melihat bagaimana proses pembentukan dan penyimpanan brand tertentu pada fungsi kognisi manusia. sehingga nantinya secara tepat dapat diterapkan langkah-langkah dalam penyusunan brand tertentu pada suatu produk sehingga konsumen dapat lebih mengingat produk tersebut, dan pastinya membuat konsumen bertahan untuk menggunakan produk tersebut dalam jangka waktu tertentu yang hasilnya berupa profit bagi produsen.

baik, itu sekilas tentang definisi brand awarenes. sebuah konsep psikologi yang diadaptasi dalam dunia marketing. sekarang kita beranjak pada contoh kasus mengenai suatu produk yang mengandalkan teori ini. iklan rokok. iklan rokok sangatlah jeli dalam mencari sebuah brand yang dapat diingat oleh konsumen. dengan berbagai cara mereka melakukannya, tapi lebih didominasi oleh iklah yang memakai sebuah jargon khas, seperti "tanya kenapa?", "bikin hidup lebih hidup", "gak ada lo gak rame", dll. yang jelas mereka kreatif dan berhasil dalam menarik minat konsumen untuk mengingat produk itu.

namun, ada sebuah perbedaan pada cara yang mereka gunakan untuk menarik konsumen dengan cara dari produk2 lain, selain rokok tentunya. contoh, bila ada iklan sepeda motor seperti suzuki, maka mereka biasanya juga mengikutsertakan sample produk dari sepeda motor ini disertai jargon produk. sehingga konsumen mengetahui secara jelas, apa bentuk dari produk tersebut. sedangkan iklan rokok tidak melakukan hal itu. ada yang mengatakan bahwa hal ini tidak lah etis. menampilkan orang yang sedang merokok, sama dengan menyuruh seseorang untuk merokok(bukankah ini tujuan dari iklan?duh...bingung) yang secara tidak langsung mengakibatkan berbagai jenis gangguan(?). intinya seperti itulah, gak etis...

lalu, kalau dipikir-pikir..sebenernya apa sih yang membuat orang yang pertama kali menonton iklan rokok, dapat mengambil kesimpulan bahwa itu iklan rokok?karena klo dilihat-lihat gak ada satupun iklan rokok yang nyambung ama rokoknya. yang ada justru keadaan yang tidak berhubungan sama sekali dengan iklan rokok. bahkan suatu kali ada yang menganggap gencarnya iklan dan poster esia diwarung-warung, tempat hiburan, dll saat itu, sebagai sebuah perkenalan produk rokok terbaru. karena saking rancunya apa yang disebut iklan rokok.

oleh karena itu saya punya satu hipotesis tentang hal ini. tentang iklan rokok yang gak jelas iklannya tapi semua orang bisa tau klo itu iklan rokok. jadi gini ceritanya, pernah gak kita ngeliat himbauan pemerintah tentang bahaya rokok?. "rokok dapat menyebabkan impotensi, serangn jantung, dan gangguan kehamilan dan janin."pernah kan?. klo menurut saya, himbauan pemerintah inilah yang menyebabkan seseorang bisa tau ini iklan rokok atau nggak. karena waktu ada iklan esia yang ditempel poster2nya di warung2 gak pake kata2 itu, orang langsung berasumsi "mungkin sama aja kayak iklan rokok yang laen".

nah! jadi sebenernya klo buat mengatasi penyalahgunaan ataupun mengurangi jumlah perokok sebenernya cukup gampang. hilangkan aja himbauan pemerintah itu(gak juga sih, paling gak pemerintah ingin berlepas tangan atas akibat yang ditimbulkan dari rokok), dijamin insyaAlloh, banyak orang yang baru pernah sekali ngeliat iklan bakal menyangka bahwa ini iklan produk lain, bukan iklan rokok.

maka itulah kenapa rokok susah banget diturunkan jumlah konsumsinya...(dangkal banget ya? gapapalah sekali-kali...)

kesimpulan : pemerintah berhasil meyakinkan konsumen kalau iklan rokok harus diikuti dengan pernyataan bahwa "rokok menyebabkan kanker, impotensi, serangan jantung, dan gangguan kehamilan dan janin"...kalau gak ada pernyataan ini? tanya kenapa?





 

Saturday 23 February 2008

Mencermati RKAT UI 2008



malam ini di asrama, seperti biasa kami semua mengadakan rapat rutin tiap pekan. kalo di lembaga2 formal atau nonformal lebih dikenal dengan krida. malam itu kami seperti biasa membahas hal-hal yang menyangkut asrama dan kegiatan2 di dalamnya. semua santri ppsdms telah hadir, minus ketua BEM UI dan FISIP. klo ketua BEM UI katanya lagi ngisi acara di asrama UI, klo ketua BEM FISIP belum ada kabar. jadi tanpa mengurangi rasa hormat kami kepada mereka berdua, akhirnya kami memulai krida pekan ini.

seperti biasa, krida pekan ini membahas tentang berbagai hal di asrama. dari masalah piket hingga perekrutan calon santri baru PPSDMS 2008-2010. di tengah pertemuan itu akhirnya salah satu dari dua orang yang telah saya sebutkan di awal datang juga, Adhi Ketua BEM FISIP. tanpa banyak bertanya, Adhi mengikuti krida ini hingga selesai. nampaknya ada sesuatu hal yang membuat Adhi terdiam hingga tak bergairah mengikuti krida ini. seperti ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. saya ingin bertanya, namun keinginan itu saya tahan hingga krida selesai dan Adhi menyampaikan sesuatu.

"teman-teman, hari rabu nanti insyaAlloh, Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan UI akan disahkan, dan salah satu point dalam RKAT itu adalah menaikkan anggaran SPP sebesar 300 ribu rupiah. awalnya UI telah mengatakan bahwa SPP akan naik, namun saat itu isu yang beredar adalah kenaikannya hanya 70 ribu." tutur Adhi menjelaskan secara seksama kepada kami.

jujur, saat itu kami sempat terdiam sesaat setelah Adhi menjelaskan hal ini kepada kami. terlintas dalam benak saya wajah-wajah penuh harapan dari anak bangsa yang pupus hanya karena masalah finansial. wajah-wajah yang merupakan representasi indonesia sesungguhnya. karena saya yakin, UI yang menyandang nama besar bangsa ini, masih layak disebut representasi indonesia sebenarnya. sebuah keyakinan yang terbentur dengan realita yang ada. karena sekarang UI hanya milik sebagian orang yang mampu memenuhi mahalnya biaya pendidikan tinggi, meski dengan itu sebagian dari mereka harus rela banting tulang untuk memenuhi tuntutan ini.

Lalu Adhi melanjutkan penjelasannya yang membuat saya terbangun dari khayal sejenak “tapi, hal ini dapat kita ubah dengan menyatukan semua elemen dari mahasiswa. Dengan suara bulat mahasiswa menolak kenaikan SPP, semoga rencana ini tidak akan terjadi. Untuk itu saya harap kita semua dapat menjelaskan hal ini pada teman-teman di fakultas kita untuk menolak kenaikan SPP ini”.

“saya tidak tahu persis apakah hal ini berlaku surut, jadi anak 2007 ke bawah tetap kena kenaikan ini atau tidak. Tapi yang jelas MABA 2008 sudah hampir terkena kenaikan ini jika memang kenaikan ini benar-benar terjadi” jelas Adhi menambahkan pernyataannya tadi. mendengar hal ini seperti sebuah panggilan bagi saya. Panggilan agar tidak menjadi generasi yang tidak bertanggung jawab pada generasi setelahnya. Generasi yang membiarkan calon-calon penerusnya terbebani akibat ketidakberdayaannya untuk mencegah sebuah ketidak adilan terjadi.

…Ayo, bangkit bersama agar UI tetap menjadi Kampus rakyat. Agar UI dapat menjadi tempat yang nyaman bagi seluruh anak bangsa…




Thursday 21 February 2008

Ketika Kemewahan bersinergi dengan Pergerakan

ada sesuatu yang unik di fakultasku. kucoba mencari keunikan ini di fakultas lain, namun (mungkin) ku tak menemukannya. fakultasku mempunyai keunikan, institusi ini mempunyai organisasi atau lembaga atau apapun namanya yang menggabungkan 3 elemen utama. elemen mahasiswa, orang tua mahasiswa, dosen, dan Alumni,,,oiya maaf, bukan 3 elemen, namun 4. elemen-elemen ini bersinergi dibawah sebuah paguyuban(lebih tepatnya) yang bernama POMDA.

ya...POMDA nama lembaga itu, persatuan orang tua mahasiswa, mahasiswa, dosen, dan alumni (mungkin terdapat kesalahan dalam penulisan kepanjangan dari POMDA, tapi esensinya, lembaga ini, ataupun paguyuban ini, atau apapun namanya menggabungkan beberapa elemen di fakultas..). tak kusangka dan tak pernah kubayangkan aku dapat bertemu dengan pimpinan-pimpinannya yang konon mempunyai pengaruh yang cukup kuat pada fakultasku.

tepatnya kemarin tanggal 19 februari 2008, saat ku sedang mempunyai agenda lain yang sangat penting ketika Mufti KaBEM Psiko UI memberitahuku lewat SMS, "Gar, pomda ngajakin rapat sekarang, lo bisa ikut ga?". otakku langsung memproses sinyal ini serta mencoba mengambil sebuah silogisme dari kabar ini. Rapat POMDA sekarang=batalin kursus bahasa inggris+gak ikut rapat asrama. suatu konsekuensi yang berat untukku, karena membatalkan kegiatan asrama sama saja dengan melanggar komitmenku di asrama(ciee...). namun, karenaku tahu klo gak dateng bakal lebih runyam lagi, khususnya buat MPM-ku, maka kuputuskanlah untuk ikut "muf, gw ikut!tapi bareng ama lo ya?". singkat cerita akhirnya aku ikut rapat POMDA di rumah ketuanya, Pak Tubagus, di bilangan permata hijau.

perjalanan menuju tempat itu memakan waktu yang tidak sedikit, setidaknya dapat membuatku dua kali tidur dan dua kali bangun(intinya jauh banget!!). tak terbayangkan klo gak lewat tol, pasti bakal lebih lama lagi. setelah menempuh perjalanan yang melelahkan walaupun cuma duduk doang di mobil KIA picanto-nya Mufti,akhirnya aku sampai di rumah Pak Tubagus, ketua POMDA.

saat turun dari mobil, aku disajikan oleh pemandangan rumah-rumah mewah beserta gedung apartemen permata hijau sebagai latarnya. sungguh permukiman kelas wahid dan elite. tak mungkin menurutku orang-orang yang hanya mengandalkan gaji UMR (baca:upah minimum regional jakarta=800-900ribu/bulan,dikali 10 tahun=tolong itungin) yang meskipun sudah didepositakan olehnya selama 10 tahun dapat membeli rumah semewah ini.

rumah pak Tubagus berada diantara belantara rumah-rumah mewah lainnya. meski tak pantas bila ku mengatakan bahwa rumah beliau itu kecil, namun untuk ukuran rumah di kompleks itu, rumahnya tergolong 'sederhana'. yah...sederhana disana mungkin standarnya punya garasi satu, lapangan basket atau olahraga satu, dan ada pagar tinggi di depan rumah, satu.

seiring jalannya waktu, aku memasuki rumah pak Tubagus. rumahnya, seolah tak membiarkan diriku untuk terpana sejenak, kembali aku disajikan oleh pemandangan luar biasa. interior dan pelengkapnya yang sangat 'elegan'(bentuk eufimisme, sangat vulgar klo pake kata aslinya) menyambutku. interior dari tata ruang dan cahaya yang apik dan interior dari furniture kelas wahid.

selanjutnya, pelengkap dari interior itu tentu saja hal-hal diluar bentuk fisik bangunan. seperti makanan yang disajikan dan minumannya. bila tidak dikatakan mewah, makanan ini mungkin layak disebut 'unavailable' di pasaran. nama2nya yang asing membuatku cukup tahu akan rasanya saja, daripada repot-repot lagi mencari nama dari makanan2 ini.

setelah berbagai ritus (baca:seremonial,cth:makan, minum, haha, hihi, bengang, bengong, etc) selesai, acara (akhirnya) dilanjutkan dengan rapat POMDA antara mahasiswa yang dengan ini diwakili olehku dan mufti, alumni yang diwakili (mungkin) oleh pak tubagus, dan dosen yang diwakili oleh bu wadek II. sebenarnya ada beberapa orang lagi yang hadir dalam pertemuan itu. mbak Novi dari POMDA yang selalu menjadi primadona kami para pengurus BEM dan MPM(dia yang megang duit, jadi gak bisa macem2), bu Tubagus(?), Robi waka 2 BEM, Anggun Bendum BEM dan lain2(kurang kenal).

kembali lagi ke cerita tentang rapat POMDA ini. rapat POMDA mempunyai esensi untuk merekatkan hubungan antara lembaga di fakultas dengan mahasiswa dan alumni. jadi setidaknya ada semacam aspirasi yang kami(aku dan mufti) bawa dari mahasiswa untuk dibicarakan dalam rapat ini. setidaknya kami langsung berhubungan dengan orang2 yang berpengaruh di psikologi sehingga tindak lanjut dari aspirasi ini tidak terlalu lama.

semangat kami untuk mengaspirasikan keinginan mahasiswa sebelum kami sampai di sana, seolah-olah tereduksi oleh berbagai peristiwa yang kami lewati sebelumnya(baca:makan, minum, liat rumah mewah, dll). kami seolah tak mampu untuk berbicara dengan lantang tentang keinginan mahasiswa. seakan diri kami cenderung untuk mengikuti alur dan keinginan dari peserta rapat POMDA lainnya.

mungkin ini yang disebut dengan kemewahan yang melalaikan. kenyamanan yang mereduksi keinginan untuk terus bergerak. serasa telah mencapai suatu yang ideal dan lupa akan esensi dari eksistensi diri. kami serasa tak mempunyai posisi yang tegas dan independent dalam menyuarakan aspirasi. meskipun tak sepenuhnya terdiam, namun hal ini membuat kami benar-benar pasif dalam menyampaikan aspirasi teman-teman.

entahlah, aku berpikir bahwa inilah virus-virus yang menyerang para pemimpin bangsa ini. ketika posisi mereka yang dekat dengan kemewahan berdampak pada kinerja mereka di lapangan. mereka seolah telah lupa dengan janji2 mereka ketika kampanye saat pemilu dulu. saat kemewahan masih jauh dari mereka. saat kemewahan belum bersinergi dengan pergerakan.

belajar dari pertemuan pertama ini. kuberpikir untuk meluruskan niat, meluruskan hati-hati kami untuk melihat kemewahan sebagai sebuah bonus dari perjuangan sejati menuju ridho ilahi, namun.., bila bonus ini tak tak dapat kugapai, cukuplah balasan dari Alloh sebagai penebus kekhilafan diri ini...amiinnn...

doakan selalu...tetap istiqomah...  



PPSDMS - Creates Future Leaders

http://www.ppsdms.org
Yang kami harap adalah terbentuknya Indonesia yang lebih baik dan bermartabat serta kebaikan dari Alloh pencipta alam semesta.

Agung -ppsdms'ers-

http://agungfirmansyah.wordpress.com
anak fasilkom ui....

Monday 18 February 2008

kompetensi berbanding lurus dengan idealisme


layaknya sebuah laboratorium, kampus adalah tempat berbagai idealisme disemai dan dikembangkan. bagaikan sebuah eksperimen, mahasiswa merupakan anasir utama dalam laboratorium ini. tak heran berbagai kemungkinan coba diterapkan dalam laboratorium ini, dalam eksperimen ini. kemungkinan untuk menjadikan perguruan tinggi sebagai tempat percontohan idealnya negara, percontohan idealnya birokrat berperilaku, tempat percontohan idealnya manusia indonesia sesungguhnya. maka tak salah bila ada yang mengatakan bahwa kehidupan mahasiswa adalah dunia idea yang dimaksud oleh aristoteles, plato, dan filsuf yunani lainnya.

bila itu tujuan dari eksperimen ini, maka seharusnya telah banyak bibit-bibit unggul hasil binaan laboratorium besar perguruan tinggi sebagai solusi bagi permasalahan bangsa. karena hendaknya ilmu dan pengalaman yang mereka dapatkan dalam laboratorium ini dapat membawa dampak yang sama pada negara tempat mereka tinggal. namun, apa yang terjadi saat ini? justru para alumni laboratorium ini yang membawa permasalahan baru di negara mereka. mereka yang tadinya berteriak-teriak bagaimana idealnya negara dijalankan, justru mengingkari perkataan mereka sendiri ketika mereka menjadi anasir dari eksperimen laboratorium.

sungguh, ini adalah sebuah hal yang memprihatinkan. bagaimana sebuah fungsi intelektual dan moral mahasiswa tidak berfungsi utuh ketika mereka terjun ke dunia nyata. sebuah gambaran kecil yang memperlihatkan pada kita bahwa idealisme semu dengan berbagai bungkusnya telah menjadi sebuah fenomena di kalangan intelektual negeri ini. bungkus-bungkus yang terlihat sebagai militansi, loyalitas pada negeri. hingga mereka(baca:mahasiswa) tidak lagi memperhitungkan kompetensi di dalam membangun idealisme.

telah kita bahas di awal tulisan ini bahwa mahasiswa dengan berbagai aktivitas mereka merupakan laboratorium dalam membangun idealisme. yang secara tidak langsung berusaha mempersiapkan mahasiswa untuk terjun di dunia pasca kampus, dunia real dan nyata. dunia pasca kampus adalah dunia yang berbeda dengan dunia kampus. dunia yang tidak hanya mengandalkan militansi, loyalitas ataupun solidaritas belaka. dunia ini butuh kompetensi dari manusia-manusia yang ingin berkecimpung di dalamnya. sebuah hal pokok(baca:kompetensi) yang seringkali dilupakan oleh mahasiswa.

mahasiswa terlalu asyik masyuk dengan semangat mereka. semangat perubahan untuk memperbaiki negeri ini. tak salah memang bila kita mau membahas hal ini, namun hendaknya kita semua menyadari bahwa dunia kita bukan hanya dunia kampus semata, dunia kita adalah dunia yang terintegrasi dengan dunia nyata. dunia yang membutuhkan kompetensi dan tidak hanya militansi. maka sebuah framework berpikir baru harus kita bangun. bahwa kita memang harus militan, loyalis pada isu-isu kemasyarakatan dan negeri ini namun jangan kita lupakan kompetensi yang akan kita bawa nantinya.

karena menurut saya, kompetensi berbanding lurus dengan idealisme. seorang yang mempunyai kompetensi dapat mempertahankan idealismenya ketika ia diterpa berbagai masalah. terutama masalah keuangan, masalah kebutuhan pokok, salah satu kebutuhan dasar dari manusia. ia tidak mudah tergoda dengan berbagai rayuan-rayuan sesat yang membawa dirinya melakukan pekerjaan yang bertentangan dengan idealisme hanya karena masalah kebutuhan dasar manusia. karena ia memiliki kompetensi, skill untuk mengais rezeki dari sesuatu yang halal. tidak hanya mengandalkan keahliannya ketika menjadi seorang mahasiswa yang aktif, yaitu berorasi, berdialektika, dan memanfaatkan jaringan. tidak, ia tidak hidup dari hal itu, ia hidup dari kompetensinya sebagai manusia pasca kampus. yang tidak hanya memiliki idealisme tapi juga kompetensi.

Sunday 17 February 2008

Kalkulasi Rumus Simbol Bahasa

racauan di malam hari sehabis menonton film yang mengecewakan

Kalkulasi Rumus Simbol Bahasa

Ibarat sebuah rumus aritmatika, bahasa merupakan symbol-simbol dari susunan angka dari sebuah kalkulasi bilangan kehidupan. Bilangan kehidupan yang dilafalkan melalui sebuah rumus kalkulasi symbol bahasa. Karena rumit dan indahnya susunan rumus tersebut,maka tak semua orang memahami makna yang terkandung di dalamnya. Namun dilain sisi, tak satupun orang yang mengingkari adanya bilangan kehidupan yang terlihat melalui panca indera mereka yang sebenarnya merupakan representasi rumus symbol bahasa.

            Sulit memang memandang kehidupan tanpa melibatkan bahasa. Karena bahasa yang menggambarkan kehidupan kita. Tanpa bahasa mungkin kita tak dapat memaknai apa itu gunung, apa itu sungai, ataupun apa itu kehidupan. Untuk itu tak heran bila ada yang beranggapan bahwa bahasa membentuk pola dan skema berpikir manusia.

            Bahasa yang menerjemahkan pola pikir tentang kehidupan. Ia bagai mengurai pola berpikir kehidupan manusia menjadi bilangan kehidupan yang tersusun melalui kalkulasi symbol bahasa. Sangat rumit untuk dipahami namun sangat dalam bila kita telah mengerti. Maka banyak diantara kita yang menerjemahkan bilangan kehidupannya dengan symbol-simbol bahasa karena kerumitannya ,karena keindahannya.

            Namun kadangkala, kita seringkali terlena dengan keindahan rumus symbol bahasa ini. Hingga kita memaknai seluruh bilangan kehidupan yang terjadi dengan representasi symbol bahasa. Bahwa bilangan kehidupan ini haruslah sesuai dengan hukum-hukum kalkulasi symbol bahasa ini, seindah dan serumit rumus ini.

            Maka, janganlah terlalu kecewa bila symbol-simbol bahasa yang indah tersebut di representasikan dengan bilangan kehidupan yang tak seindah rumus kalkulasi symbol bahasa. Karena memang segala hal yang terjadi dalam bilangan kehidupan lebih kompleks bila dibandingkan dengan rumus-rumus kalkulasi symbol bahasa. Ia memiliki berbagai dimensi yang membuatnya tak selalu sesuai dengan apa yang kita inginkan. Yang membuatnya sulit ditebak walau telah dirumuskan melalui symbol-simbol bahasa sekalipun.

             

Friday 15 February 2008

Konsepsi Relativitas Waktu

Konsepsi Relativitas Waktu

 

Saat berpikir mengenai waktu dan masa yang terlewati. Terbesit suatu keinginan untuk kembali ke masa paling penting dalam hidup. Masa yang paling berpengaruh dalam hidup. kuingin kembali ke masa itu untuk memperbaikinya. Namun, kutahu bahwa itu tidaklah mungkin terjadi. Karena waktu tak bisa berputar kembali. Setiap perjalanannya menyisakan kenangan, tangisan, ataupun kebahagiaan dalam hidupku.

Waktu adalah makhluk yang paling misterius sepanjang pengetahuanku. Tak ada yang dapat menduga apa yang akan dilakukannya pada manusia. Bahkan orang secerdas Einstein pun berkata, ”waktu adalah relatif, tergantung bagaimana dan kapan kau mengamatinya”. Perkataannya ini yang membuatnya menjadi salah satu ilmuwan yang masuk kategori manusia paling berpengaruh, sebuah perkataan yang menjadi dasar sebuah teori fisika, teori relativitas.

Terdapat beberapa bukti mengenai relativitas waktu. Mungkin diantara kita sudah tidak asing lagi dengan kisah Isra’ dan Mi’raj. Sebuah perjalanan yang dilakukan Rosululloh dari Makkah menuju baitul maqdis di Jerussalem dan dilanjutkan dengan perjalanan menuju sidratul muntaha. Waktu yang dibutuhkan rosul untuk melakukan perjalanan ini tidak membuat Rosul perlu bersusah payah mengendarai unta hingga beberapa minggu. Perjalanan ini hanya memakan waktu tidak kurang dari satu malam. Padahal jarak dari Makkah menuju Jerussalem Palestina mencapai berpuluh-puluh kilometer, setara dengan perjalanan selama beberapa pekan bahkan beberapa bulan.

Bukti lainnya adalah saat kita tertidur. Ketika tertidur, waktu yang kita alami dengan waktu orang-orang yang terjaga sungguh berbeda. Setidaknya saat kita merasa akan terlelap dan masuk ke relung-relung mimpi tiba-tiba seseorang membangunkan kita sesaat kemudian. Dan saat itu kita sadari bahwa kita telah lama tertidur. Mungkin, inilah yang dialami oleh Ashabul kahfi, pemuda yang lari dari penguasa yang dzalim ke dalam gua hingga Alloh menyelamatkan mereka dengan membuat mereka tertidur hingga ribuan tahun.

Beberapa bukti ini menegaskan bahwa waktu bersifat relatif. Tergantung bagaimana dan kapan kita mengamatinya. Sebuah konsepsi yang membuat naluri dan impian terliar manusia menginginkan sebuah alat yang dapat membuat mereka kembali ke masa lalu ataupun berjalan ke masa depan.

Konsepsi mengenai perjalanan menembus ruang dan waktu tertuang dalam beberapa film yang pernah diputar stasiun televisi indonesia. Dari Back to the future, Butterfly Effect hingga film atau sinetron local seperti lorong waktu. Semua film ini menceritakan tentang usaha manusia kembali ke masa lalu. Sebuah usaha untuk memperbaiki kehidupannya di masa depan dengan mengubah kejadian di masa lalu.

Film-film ini mungkin terilhami oleh teori Butterfly effect. Sebuah teori yang ditemukan oleh seorang fisikawan dalam eksperimentnya (saya lupa nama fisikawannya siapa). Dalam eksperimentnya ia menemukan sebuah pola dari beberapa rumusan bilangan aritmatika. Pola tersebut sangatlah simetris dan sungguh mengagumkan, menyerupai bentuk sayap kupu-kupu. Mungkin ini yang menyebabkan teori ini dinamakan teori Butterfly.

Namun karena terlalu banyaknya angka yang membentuk pola tersebut, maka si peneliti mencoba menyederhanakan bilangan tersebut dengan membulatkan bilangannya. Sebagai contoh (angka didalam contoh tidak mewakili angka sebenarnya) angka 2,0000001 menjadi 2,000. penyederhanaan ini membuahkan hasil, dan hasil yang didapatkan pun sungguh diluar dugaan. Pembulatan yang dilakukan olehnya membuat perubahan yang sangat signifikan pada pola bilangan tersebut. Pola itu membentuk pola yang berbeda dengan pola sebelumnya. Padahal pembulatan yang dilakukan hanya sebesar 0,000001. Namun, hal ini dapat membuat perubahan yang sangat besar pada hasil penelitian.

Sama halnya kehidupan kita. Perubahan yang sangat kecil saat ini dapat membuat suatu perubahan besar di masa depan. Kejadian-kejadian kecil yang terjadi saat ini akan membuahkan satu konsekuensi vital di masa depan.

Berbagai konsekuensi dari hal-hal kecil inilah yang membuat beberapa orang menyesali tindakan yang dilakukannya di masa lalu. Sehingga banyak diantara kita yang berkata”seandainya saat itu aku menginvestasikan uangku yang sepuluh juta pada temanku, tentu saat ini aku telah menjadi orang yang sangat kaya” atau perkataan-perkataan yang bernada penyesalan lainnya.

Penyesalan mungkin tak akan terjadi bila waktu dapat diputar kembali. Namun apa daya,waktu yang telah berjalan takkan pernah kembali dan waktu yang telah kita pakai pasti akan membuahkan satu konsekuensi. Segala konsekuensi yang terjadi harusnya kita hadapi dengan kepala tegak dan hati yang ikhlas, karena inilah pilihan yang kita inginkan. Bila pilihan kita berbuah hal yang pahit, jangan kita sesali terlalu dalam. Mari jadikan itu sebagai harga mahal bagi sebuah pengalaman yang akan mengajarkan kita di masa datang. Sebuah masa yang pasti akan kita lewati dengan berbagai macam keraguan dan ketakutan, namun janganlah terlalu ragu dalam berjalan karena kita telah membawa bekal sekantung pengalaman yang mengajarkan kita di masa depan.