“bila diperkenankan saya ingin membangun peradaban, peradaban yang diimpikan oleh umat islam selama ini”
Begitu indah apa yang diucapkannya. Bermimpi akan sesuatu yang selama ini kita angankan belaka. Terucapnya kata-kata dari lisan sesosok manusia hebat dan luar biasa. Seorang manusia yang begitu ikhlas dan tulus dalam upayanya membangun Indonesia yang lebih baik dan bermartabat.
Ia ucapkan kata-kata indah ini ketika berada pada tahap akhir pemilihan calon walikota pada sebuah instansi politik di kota Depok, sekitar 3 tahun yang lalu. Padahal peluangnya cukup besar untuk terpilih sebagai calon walikota dari instansi politik tersebut. Dengan kapasitas dan integritasnya yang telah diakui tak mungkin ia tidak terpilih dalam pemilihan ini. Namun, dengan berat hati ia menolaknya. Ia lebih memilih membangun peradaban dari sebuah bangsa dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia.
Peradaban suatu bangsa tidak dibangun dalam sekejap mata. Butuh pengorbanan dan linangan air mata untuk mewujudkan ini semua. Hal inipun disadarinya ketika akan membangun peradaban. Keadaan faktual berbicara. Tidak mudah dalam membangun peradaban di negeri ini. Carut-marutnya sistem dan regulasi kenegaraan mencerminkan buruknya kondisi bangsa. Ditambah kondisi SDM yang memprihatinkan menambah peliknya permasalahan yang ada. Padahal kawan, negeri ini adalah negeri dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Seharusnya rahmat dan nikmatNya akan selalu tercurah pada negeri ini. Tapi pada kenyataannya kondisi negeri semakin memburuk kawan, masih jauh dari kata-kata sejahtera. Sungguh ironis.
Melihat hal ini kitapun dapat mengambil sebuah pelajaran. Pastinya terjadi sebuah kesalahan yang tidak kita sadari. Penduduk muslim terbesar namun berada pada kondisi yang mengenaskan?? Sungguh berlawanan dengan janjiNya pada setiap bangsa yang beriman padaNya. Kesalahan sedang kita lakukan kawan.
Kesalahan ini terletak pada aspek kepemimpinan. Sulit membangun peradaban dan revolusi bangsa jika pemimpin negeri ini tidak taat padaNya. Begitupun dengan kualitasnya. Akan sangat sulit mewujudkan negeri yang sejahtera bila kualitas pemimpinnya tidak mumpuni.
Hal ini begitu disadari dan dimaknai oleh beliau. Sesosok manusia luar biasa. Mencoba membangun peradaban dari sebuah proses pembinaan SDM berkualitas dan strategis. Bermodal sumbangan alakadarnya dari individu-individu yang masih peduli akan nasib bangsa ini. Ia bergerak dengan kesungguhan dan keikhlasan bahwa yang ia usahakan ini tidak sia-sia. Membangun kembali peradaban bangsa dengan SDM berkualitas.
Dan apa hasilnya kawan??? Setelah berjalan selama lima tahun. Pembinaan ini telah menunjukkan perkembangan yang signifikan dari sisi kualitas alumni yang dihasilkannya. Banyak orang-orang hebat yang hadir di kampus tempat pembinaan ini berada. Ketua organisasi, akademisi, peneliti, pengusaha dan lainnya. Sebuah bentuk nyata dari pembinaan yang saya rasakan sendiri manfaatnya. Membuat perubahan yang sangat signifikan pada hidup saya.
Ah…luar biasa..anda benar-benar ikhlas pak dalam membangun kembali peradaban bangsa ini. Dan dengan ini terimalah hormat dan takzim saya atas segala upaya yang bapak lakukan untuk saya dan umat ini. Hormat dan takzim yang tak seberapa dibandingkan dengan balasan yang nantinya akan bapak terima dari Robb semesta alam.
Terima kasih Pak
Untuk seseorang.
Pemimpin dari institusi non-partisan yang bergerak dalam pembinaan SDM strategis.
Institusi pencetak pemimpin masa depan…amin..
institusi pencetak pemimpi(n) masa depan?? heuheuheu...
ReplyDelete...pendek kata, maslah ada pada individu yang ga sadar kalau masing2 dari mereka adalah pemimpin
ReplyDeletekayak kata JS Mill, negara terdiri dari individu
kata saya, Islam terdiri dari individu, hehehehe
huyy,,ka... congrats ya dapet beasiswa ke jepang,, walo ga diambil yang penting dapetlah,,hehe..
ReplyDeletemaksudnya, tegar? ustadz M....i ya??
ReplyDeletehehe..