Monday, 30 June 2008

Rekonsolidasi Spanyol Pasca Euro 2008.

       Spanyol, negeri di semenanjung Iberia. Tempat dimana surga Eropa berpadu dengan eksotisme Afrika. Berbatasan langsung dengan Perancis membuat aroma Eropa masih terasa kental di dataran Spanyol. Namun, tak sedikit angin lembut dari selatan membawa hangatnya padang rumput Afrika nan eksotik. Perpaduan keduanya menarik hati para pelancong dari berbagai Negara, berlomba menikmati keindahan alam Iberia. Integrasi dari berbagai elemen ini berbuah manis pada kondisi masyarakat Spanyol. Secara umum membuat taraf hidup masyarakat Spanyol berada di atas rata-rata masyarakat Eropa lainnya. Sebuah dampak dari berkembangnya industri pariwisata dan perdagangan antar benua di Negara itu.

       Tak hanya pariwisata dan perdagangan. Negeri ini pun menyuguhkan industri lainnya yang tak kalah bersaing. Industri sepakbola. Perlu diketahui bersama, 2 dari 10 klub terkaya di dunia terdapat di Negara ini. Barcelona dan Real Madrid. Keduanya merupakan dua klub sepakbola yang memiliki sejarah panjang dalam persepakbolaan di negeri matador maupun eropa. Barcelona telah 18 kali menjuarai kompetisi liga spanyol atau yang dikenal dengan la liga, sedangkan Madrid telah 31 kali. Hitung-hitungan statistic memang menunjukkan bahwa Madrid lebih unggul, dan ini memang diakui merupakan buah dari kualitas tim yang memang mumpuni. Tak mengeherankan karena Madrid dihuni oleh berbagai bintang sepakbola dunia. Namun, tak kalah dengan Real Madrid, Barcelona menunjukkan performa hebat dengan menghadirkan beberapa gelar juara beberapa tahun belakangan. Gelar juara liga champion Eropa dan piala dunia antar klub menjadi buktinya. Akan tetapi, tahukah kita bahwa dibalik persaingan di lapangan hijau, terdapat persaingan sesungguhnya di dalam masyarakat Madrid dan Barcelona. Sejarah panjang yang tak hanya terjadi di lapangan hijau.

       Tersebutlah tahta aragon, kerajaan yang berdiri beratus tahun setelah kekaisaran Islam runtuh. Kerajaan ini merupakan ‘merger’ antara dua wilayah yang sedari dulu selalu berseteru memperebutkan wilayah, distrik aragon dan distrik Catalonia. Kedua wilayah ini merupakan salah satu bagian dari kerajaan-kerajaan yang berdiri di semenanjung ini. Perbedaan distrik Aragon serta Catalonia dengan kerajaan lain hanya dalam luas wilayah serta pemimpin mereka. Luas wilayah Aragon serta Catalonia lebih besar dibandingkan kerajaan-kerajaan lain. Ditambah pemimpin kerajaan lain tak begitu berpengaruh dibandingkan pemimpin distrik Aragon dan Catalonia. Hingga di kemudian hari kedua hal ini berdampak pada perluasan wilayah dari Aragon dan Catalonia. Membuat semenanjung Iberia secara umum hanya terdiri dari dua distrik itu.

       Kedua wilayah ini terus berseteru hingga terjadi penggabungan dengan menikahnya bupati Catalonia dengan Aragon pada tahun 1137. pernikahan antara Ramon Berenguer IV, Bupati Barcelona (baca:nama lain untuk Ctalonia) dengan Petronila dari Aragon, mempersatukan Kabupaten Barcelona dan wilayah Catalonia dengan Kerajaan Aragon di bawah nama "Takhta Aragon". Sebuah momen bersejarah setelah beratus tahun kedua wilayah ini berserteru. Membuahkan perdamaian diantara kedua distrik yang berintegrasi menjadi sebuah kerajaan yang kini dikenal dengan nama spanyol.

       Namun, kerap kali perjanjian damai diantara kedua belah pihak yang berseteru hanya terjadi di tataran elit. Sedangkan masyarakat akar rumput yang selama ini berseteru belum merasakan dampak dari perdamaian. Masyarakat catalonia yang paling cenderung untuk menolak perdamaian dan penggabungan wilayah. Mereka merasa penggabungan wilayah tidak memberikan dampak yang berarti bagi mereka. Kemerdekaan mereka direbut sebagai sebuah bangsa dengan adanya penggabungan kedua wilayah. Untuk itu tidak heran sampai saat ini beberapa kelompok di catalonia berusaha memisahkan diri dari spanyol. Gerilyawan ETA yang berasal dari suku Basque, Catalonia, adalah salah satu kelompok yang berusahan memisahkan diri dari Spanyol. Aksi pemboman beberapa waktu lalu di Madrid disinyalir merupakan usaha mereka untuk membebaskan diri dari Spanyol.

       Itulah kondisi dalam masyarakat Spanyol secara umum. Dalam sepakbola pernyataan sikap jelas terlihat ketika klub dari wilayah Catalonia yaitu Barcelona bertemu dengan Real Madrid yang merupakan symbol dari tahta Aragon. Keduanya bersaing tidak hanya untuk mendapatkan kemenangan tetapi sebagai usaha untuk membela kehormatan mereka. Masyarakat Catalonia pantang untuk menyerah pada penjajah wilayah mereka (baca:Aragon). Sedangkan Madrid enggan merendahkan diri terhadap para pemberontak Negara. Kondisi ini membuat suatu isu yang melibatkan kedua klub begitu sensitif. Bila ada pemain Barcelona yang pindah ke Real Madrid, mereka menganggap orang itu telah berkhianat terhadap perjuangan rakyat Catalonia. Begitu juga dengan Real Madrid, mereka menganggap pemain mereka yang pindah ke Barcelona sebagai pendukung pemberontakan rakyat Catalonia. Sebuah kondisi yang telah bertahan bertahun-tahun.

       Pengaruh buruk dari hal ini terlihat dalam pemilihan pemain dalam tim nasional Spanyol. Seorang pelatih yang ditugasi menukanginSpanyol harus berhati-hati dalam memilih pemain. Jangan sampai kuota pemain dari salah satu klub yang berlebih menimbulkan kecemburuan dari klub lain. Karena mereka masih memiliki rasa cinta yang besar terhadap wilayah masing-masing, dibandingkan kecintaan terhadap Spanyol secara umum. Rasa cinta yang berlebih terhadap wilayah masing-masing memiliki dampak negative. Terjadi persaingan diantara pemain yang berlandaskan ego kecintaan terhadap wilayah mereka. Sehingga sulit menyatukan hati dan permainan diantara pemain Spanyol sebagai sebuah bangsa.

       Sebagai bukti, piala Eropa dan Dunia yang seolah enggan tuk singgah ke negeri mereka. Selalu saja gugur di putaran final walaupun di babak kualifikasi mereka begitu berjaya. Terkecuali piala Eropa tahun 1964 tidak satupun gelar internasional yang pernah diraih oleh raksasa Iberia ini. Hingga mereka kerap dijuluki tim spesialis kualifikasi.

       Namun, di piala eropa kali ini, mereka sungguh berbeda. Permainan kolektif dan indah ditunjukkan ole iker casillas dkk. Begitu impressive dalam menyerang dan memainkan strategi pertandingan. Babak pertama dilalui dengan mudah oleh mereka, begitu pula dengan babak perempat final, semifinal, hingga final. Permainan apik yang ditampilkan oleh Spanyol seolah mengindikasikan adanya kesatuan yang selama ini diimpikan oleh masyarakat Spanyol. Sebuah impian yang membuahkan gelar juara Eropa untuk yang kedua kalinya.

       Gelar juara Eropa 2008 kini milik Spanyol. Diperoleh dengan usaha dari sebuah kesatuan tim yang tak lagi menonjolkan perbedaan diantara mereka. Persatuan diantara pemain Spanyol kini terjadi dan tidak mustahil memiliki imbas terhadap pertikaian yang terjadi diluar sepakbola. Dengan perdamaian antara gerilyawan ETA dengan kerajaan Spanyol. Prospek rekonsolidasi yang selama ini diidamkan oleh masyarakat Spanyol.   


Sunday, 29 June 2008

Hakikat Rezeki

Suatu ketika seorang anak bertanya pada ayahnya.

“ayah, apa hakikat rizqi sesungguhnya?”

Si ayah bertanya balik “ada apa gerangan kau menanyakan itu anakku?”

“tidak ayah, seorang kawan ingin menggenapkan separuh agamanya, dan ia berkata, ia begitu terinspirasi oleh ayah,”

“terinspirasi oleh apa?”

“terinspirasi oleh kesungguhan ayah, dalam memegang teguh janji-janjiNya. Bahwa ia tidak akan mendzolimi hamba-hambaNya.” Jelas si anak.

“tidak ada yang istimewa anakku, semuanya telah diatur olehNya. Tahukah kau filosofi orang bertanding?” Tanya si ayah.

“tidak ayah, memang kenapa?”

Lalu si ayah menjelaskan “ada 4 orang yang akan bertanding, keempatnya punya kesempatan,bakat, dan hal-hal lainnya  yang hampir sama”
“nyaris tidak ada perbedaan diantara mereka, bahkan untuk seorang yang ahli sekalipun tidak dapat membedakan mereka ber empat. Nyaris sama.”

Lalu si anak bertanya “loh..jadi apa yang membedakan mereka ayah?”

“doa,,doa yang membedakan diantara mereka.”


“doa??doa yang seperti apa?” Tanya si anak

“masing-masing diantara mereka ternyata berdoa pada Robb semesta alam. Peserta satu berdoa agar kemenangan berpihak padanya, sehingga ia dapat menggunakan uang kemenangan untuk membeli barang yang ia sukai. Peserta kedua juga berdoa. Ia berdoa agar kemenangan selalu menaunginya, sehingga ia dapat memamerkan kemenangannya pada si calon mertua. Begitu pula dengan peserta ketiga. Tidak jauh berbeda dengan dua peserta lainnya. Berdoa agar kemenangan ini membawa keuntungan bagi dirinya.”

“lalu ayah, peserta yang satu lagi, doa apa yang ia panjatkan?bukankah sama dengan peserta lainnya?” Tanya si anak.

“tidak anakku, ia tidak berdoa seperti peserta lainnya. Tahukah kau doa apa yang ia lafadzkan?” si ayah balik bertanya.

“tidak ayah, aku tidak tahu, dalam pikiran ku setiap orang yang bertanding pasti menginginka kemenangan, lalu apa yang dia ucapkan selain meminta kemenangan?”

Lalu dengan tersenyum si ayah menjelaskan kepada anaknya. “anakku, kemenangan bukan segalanya. Di dunia ini tidak selamanya yang terlihat nyata, baik untuk kita. Anakku, peserta ini berdoa. Sama seperti yang lain.
Ia berdoa
“Ya Robb.., jangan engkau biarkan aku menang, jika kau timpakan kepadaku sedih dan kecewa padaMu, saat  aku mengalami kekalahan”
“sederhana anakku, ia meminta agar Robb semesta alam ridho kepadaNya. Dan Robbul ‘Alamin pun tahu, bahwa hambaNya ini begitu ikhlas berdoa. Meminta ridho-Nya.”
“akhirnya Robb semesta alam berkenan memberikan kemenangan padanya. Agar ia tidak ditimpa kesedihan akan Robb Nya. Sebuah kemenangan yang mungkin tidak terlalu diinginkan oleh peserta itu” jelas si ayah.

Lalu si ayah melanjutkan ceritanya..
“begitu juga dengan rizqi anakku.. jangan meminta agar rizqi kita bertambah secara kuantitas, tetapi mintalah agar kita diberikan kelapangan tuk menerima ujiannya, berupa kekurangan materi..berusahalah untuk meminta ridho-Nya”
“anakku, kelapangan hati untuk menerima segala kehendakNya. Adalah hakikat rizqi sesungguhnya..” dengan tersenyum si ayah menutup akhir pembicaraan ini.

Tak tahu akan berkata apa. Si anak seolah terpekur oleh renungan panjang.





Friday, 27 June 2008

Kisah tentang Seseorang...(Lomba Kubus Rubik)

Seorang anak berlari menyusuri jalan setapak. Diantara dua petak sawah yang dipenuhi bulir-bulir hijau padi yang kan merekah. Peluh keringat seolah tak menjadi penghalang baginya. Tujuannya satu menyampaikan pada dunia bahwa ia bisa. Tak berbeda dengan anak lainnya.

Tertatih ia berlari ditemani deru nafas yang bergemuruh. Sesampainya di sana, ia layangkan pandangan pada sosok seseorang. Pria penuh senyuman yang penuh guratan usia di wajahnya. Pertanda kehidupan telah menempanya. Ayah, biasa anak-anak memanggilnya. Serta merta anak itu menghampiri ayah dengan wajah penuh tanda Tanya.

“ayah, apakah lombanya telah di mulai?”

“belum ananda Thoriq, lomba baru akan dimulai setengah jam lagi. Apakah ananda telah siap?” jawab ayah.

“oh..mudah-mudahan ayah..Thoriq sudah mempersiapkannya sejak tadi malam..”

“wah..bagus kalau begitu, sekarang tinggal siapkan diri untuk lomba nanti, semoga ananda diberikan yang terbaik,”

“terima kasih ayah”

Percakapan diantara mereka ditutup dengan senyuman khas thoriq. Disertai lambaian tangan pertanda penyemangat bagi dirinya dari sang ayah. 30 menit berlalu, dan lomba pun dimulai.

Diawali dengan pemukulan gong oleh camat setempat lomba pun secara resmi di mulai. Pertanda bahwa rangkaian perlombaan tingkat kecamatan yang menghadirkan seluruh SD dari pelosok wilayah. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, kali ini perlombaan tingkat SD di daerah kecamatan jatiwarna menyuguhkan perlombaan baru. Bila biasanya lomba yang diadakan seputar lari balap karung, cerdas cermat, dan tarik tambang. Kali ini cabang perlombaan ditambah satu kategori, Lomba menyusun kubus rubik.

Agak unik bagi saya ataupun bagi masyarakat setempat. Kubus rubik? Yah..kubus rubik. Terdiri dari 6 bagian persegi dengan warna berbeda. Dimana setiap warna dapat diputar dan diacak hingga tidak beraturan. Persegi itu pun terbagi lagi menjadi 9 persegi kecil. Sehingga bila kita hitung terdapat 54 persegi di ke-6 bagian persegi besar yang terdiri dari 6 warna. Ketika persegi-persegi ini telah diacak, pemain diharuskan menyusunnya kembali seperti sedia kala. Warna marah di warna merah, putih di warna putih, hijau di warna hijau, biru di warna biru, kuning di warna kuning, dan ungu diwarna ungu. Terbayangkan pada benak saya betapa rumit kombinasi dari persegi ini setelah diacak. Dan disitulah terletak keunikan dari permainan ini. Membutuhkan konsentrasi dan kecerdasan yang tinggi untuk menyusunnya kembali.

Di cabang itulah Thoriq bertarung. Kubus rubik yang dipinjam dari temannya ia pergunakan untuk berlatih. Terhitung sejak dua minggu lalu ia berlatih, mencoba berbagai kombinasi acak untuk disusun kembali. Begitu terpesonanya ia hingga tidak terpikirkan bahwa lawan yang akan dihadapinya adalah siswa kelas 6 SD.

Maka tak heran olokan dan sindiran seolah tak henti menghampirinya. Ia dianggap belum sanggup mengikuti perlombaan ini. Lomba yang membutuhkan kejelian dan ketekunan yang dibutuhkan oleh siswa yang berotak jenius dan pintar. Sedangkan ia, dianggap masih anak kemarin sore di kelas 3 SD yang bahkan untuk ke kamar kecil pun masih minta ditemani oleh ibu.

Namun, itu tak menyurutkan langkah Thoriq untuk mengikuti lomba.

Ia berkata pada Ayah

“ayah, Thoriq ingin mengikuti lomba itu, Thoriq yakin bisa menyusun kubus itu kembali, thoriq sangat senang pada mainan itu ayah”

Ayah yang bijaksana pun menjawab

“Ananda, apakah ananda yakin? Ananda masih kelas 3 SD?apakah ananda sanggup melawan mereka yang berusia jauh diatas ananda? Mereka pastinya lebih berpengalaman daripada ananda.”

“Thoriq yakin ayah. Karena Thoriq sangat cinta pada kubus itu.”

Mendengar jawaban itu, sang ayah hanya bisa tersenyum melihat kesungguhan di bola mata Thoriq. Sehingga ia pun luluh dan meloloskan Thoriq untuk mengikuti perlombaan itu.

Perlombaan pun dimulai. Setiap peserta diberikan kubus rubik yang berbeda dan telah diacak sebelumnya oleh panitia. Untuk memastikan kondisi yang penuh konsentrasi, penonton yang ingin menyaksikan harus pintar-pintar dalam menjaga lisan mereka. Karena salah-salah, panitia akan menyuruh penonton yang gaduh untuk keluar.

Juri lomba melihat jam tangannya. Mencoba memastikan waktu agar sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Setelah selesai, juri pun memberikan aba-aba kepada peserta untuk menyusun kubus itu kembali seperti semula. Waktu yang diberikan panitia sangatlah panjang, karena memang lomba ini tidak dibatasi waktu. Peserta tercepat dan paling tepat dalam menyusun kubus sesuai dengan warnanya, ialah yang menjadi pemenang.  

Thoriq mulai menyusun. Mencoba berbagai kemungkinan dari kombinasi kubus. Peluh keringat membasahinya seperti biasa, seperti kala ia berlari tadi menuju tempat ini.

Dan kini ia mulai berpikir keras untuk memastikan persegi-persegi itu tersusun kembali seperti semula.

Tak disangka, suasana ketika latihan berbeda dengan suasana ketika lomba berlangsung. Berbagai kombinasi ia coba dan tidak ada satupun yang menunjukkan titik cerah. Semuanya berakhir dengan keluhan, geraman, dan suara kubus rubik yang terus teracak.

Kini ia menyadari, kondisi inilah yang mungkin di khawatirkan sang ayah padanya. Khawatir ketika ia tidak siap secara mental dibandingkan siswa yang lebih tua. Memang, mungkin ia telah siap secara teknis, namun secara mental?? Mental juara terbangun dari pengalaman dan keyakinan akan kemenangan.

Sekarang tinggal keyakinan yang tersisa dalam diri. Mencoba meyakini bahwa ia telah berlatih dan pantas diganjar dengan kemenangan. Ibunya selalu menekankan setiap waktu.

“Bila ada permintaan yang kau inginkan anakku, tapi menurut kau permintaan itu tak mungkin. Mintalah pada Tuhanmu. Jangan biarkan ia melihatmu seperti orang yang tidak bisa apa-apa. Bisa-bisa di kutuknya kau. Sudah tau punya Tuhan tidak meminta padaNya. Cobalah kau minta padaNya”

Terngiang ucapan sang ibu. Membuat Thoriq berdoa. Sederhana sekali doanya.

“ya Tuhan, jangan jadikan diriku bersedih dan kecewa padaMu, bila kau menakdirkan aku kalah kali ini.”

            Setelah berdoa, Thoriq seolah melepaskan segala bebannya. Kini ia tidak takut akan kekalahan yang mungkin menimpanya. Karena ia yakin ia tidak akan bersedih dengan kekalahannya.

Dan tahukah kawan…apa kelanjutan dari kisah ini??

            Thoriq memenangkan pertandingan. Menyusun kubus rubik paling cepat diantara peserta lainnya. Membuat sebagian orang terkesima dengan penampilannya. Bocah kelas 3 SD mengalahkan siswa kelas 6 SD.

Disaat semua orang berharap menang dan berdoa untuk menang. Ia berdoa agar ia tidak mengalami kesedihan ketika nantinya mengalami kekalahan. Maka Tuhan memberikannya kemenangan agar ia tidak mengalami kesedihan.

Tuhan…Kau Menguasai  Segala Rahasia

 

Thursday, 26 June 2008

Sekedar Meminta Keikhlasan dari Umat ini.

Sekedar menghitung hari sebelum semuanya terjadi. Tanggal 16 Juli adalah awalan dari sebuah moment perpindahan. Dari asrama dan barak perjuangan, menuju dunia nyata dan seluk beluk yang melingkupinya. Terkadang sulit untuk menerima, namun apa daya tentunya suatu saat kami kan kembali menghadapi dunia. Setelah sebelumnya kawah candra dimuka menempa kami menjadi pribadi-pribadi yang berbeda dari sebelumnya.

Banyak perubahan terjadi. Pada jiwa-jiwa muda yang tumbuh sejak 2 tahun lalu. Dari sisi intelektualitas, kolektifitas, dan spiritualitas. Mengingatnya bagaikan memutar kembali moment demi moment yang menjadikan kami manusia yang diharapkan. Sebagai sebuah investasi jangka panjang yang dirindukan umat. Tak banyak yang dapat kami berikan dan tak banyak harapan yang dapat kami wujudkan. Hanya doa dan keikhlasan yang coba kami berikan untuk Indonesia yang lebih baik dan bermartabat.

Oleh karena itu, sebagai sebuah investasi jangka panjang dimana umat  adalah stakeholder terbesar dari program pembinaan ini. Kami memohon agar kami selalu diingatkan dan diluruskan ketika kami alpha ataupun khilaf. Karena kami juga manusia, karena kami juga hamba-hambaNya. Meski kami berada pada satu korps yang sama, kemungkinan kami untuk melenceng pasti tetap ada.

Teruntuk umat ini yang mendambakan kemenangan dan kejayaan. Tolong luruskan dan kembalikan kami ke jalanNya ketika kami terlihat berbelok menjauh dariNya.

Kami ….

1. Adhi Nugroho (Sekum FSI FISIP UI 2006-2007, Ketua BEM FISIP UI 2007-2008)

2.  Ahmad Fauzi (KaDep Piptek IM Elektro UI 2007, Ketua Angkatan 2005 SMA N 1 Tegal, Lolos PKMT 2007, Finalis Imagine Cup Microsoft International.)

3. Agung Firmansyah (PO CGT Fasilkom 2007, KaDep PSDMO FUKI Fasilkom UI 2007-2008,    KaDep PSDMO BEM Fasilkom UI 2008, Lolos PKMM 2008)

4. Akhda Afif Rasyidi (Sekum FUKI 2006-2007, Ketua DPM Fasilkom UI 2007-2008, lolos PKMM 2008, juara III Mapres Fasilkom 2008)

5. Andi Setiawan (medali perunggu PIMNAS Lampung, Ketua KIRJAS, KaDep KreMas BEM UI 2008)

6. Arif Raharto (PO SINTESA Goes To Tegal 2007, Direktur Al Mumtaz Progressio, Lolos PKMK 2008)

7. Dasril Guntara (medali perunggu PIMNAS Lampung, Ketua FSI FISIP UI 2007-2008, FISIP Award Sebagai Adisi Terbaik)

8. Dedi Laksono (Duta LSM Antirokok WHO, KaDep Pendidikan dan Keilmuan BEM UI 2008)

9. Deni Hamdani (asdos di TI UI, finalis lomba TI di ITB 2008, Lolos PKMK 2008)

10. Edwin Nofsan Naufal (Ketua MPM Psikologi UI 2007, Lolos PKMM 2008, Ketua BEM UI 2008)

11. Harry Setyono (Ketua HMD Matematika UI 2006. Ketua DPM FMIPA UI 2007, Ketua DPM UI 2008, Lolos PKMP 2008)

12. Hudzaifah Hanum (Ketua Al Hikmah research Center FISIP UI 2006-2007dan 2008, Juara II Mapres FISIP UI)

13. M Anton Eka Sakti (Ketua KSM Eka Prasetya UI 2007)

14. M Faisal (Ketua KSM Eka Prasetya UI 2008, Lolos PKMP 2008)

15. M Hasan (Ketua HMD Biologi 2007, Pemakalah Terbaik II Nasional tentang Biologi, Wakil Ketua BEM FMIPA UI 2008)

16. M Kamiluddin (Ketua Departemen ILC SALAM UI 2007)

17. Rachmat Ramdhani F (Juara I LKTM Teknik 2007, Anggota MPM FT UI 2007, KaDep Bidang Penulisan KSM Eka Prasetya UI 2008)

18. Refi Kunaefi (Ketua Ikatan Mahasiswa Mesin UI 2006-2007, penerima beasiswa Sampoerna dan Goodwill, Mapres II FTUI 2007, Mapres II FTUI 2008)

19. Riski Anggi Wirawan (Sekum BEM FT 2007,Juara III Taekwondo Olimpiade UI 2007, penerima beasiswa pertukaran pelajar Jepang-Indonesia)

20. Risqi M Gibran (Ketua CAPONE, Lolos PKMM 2007, KaDep URC Salam UI 2008), Mapres Psikologi UI 2008)

21. Safri Saifulloh (KaDep Piptek BEM FT UI 2007, kandidat Ketua BEM FTUI 2007, Lolos PKMT 2008)

22. Suryanuddin (Asdos departemen Adm Negara FISIP, Mendapatkan Beasiswa unggulan DIKNAS untuk penelitian ke Jembrana, Bali)

23. Tegar Hamzah (Sekum MPM Psiko 2007, Lolos PKMM 2007, Ketua MPM Psiko 2008)

24. Zhajang Lili Charli (Wakil Ketua ZISWAF UI 2007, medali perunggu PIMNAS Lampung)

25. Zulfadhli Nasution (Ketua LDF Nurani FKM 2008, calon Ketua SALAM UI 2009)

Perubahan yang signifikan dan embel-embel yang ada pada kami bukanlah tolok ukur untuk sebuah perubahan. Semua hanya kesemuan yang dibungkus keindahan ketika kami tidak dapat mewujudkan impian umat ini. Semoga kita dapat saling menasihati dalam kebaikan dan dalam kesabaran.

…Yang kami harap adalah terbentuknya Indonesia yang lebih baik dan bermartabat serta kebaikan dari Alloh pencipta alam semesta

Amin..

 

Sajak-sajak Pendek

Kondisi lingkungan terkadang memberikan pressure pada diri untuk mengeluarkan potensinya yang tersembunyi. Contohnya saya, beberapa hari ini entah mengapa saya tertarik untuk mengurai makna melalui kata-kata. Sajak-sajak kecil nan indah  (ini subjektif) menjadi semacam tools bagi saya untuk mengungkapkan isi hati yang terkadang tidak tersampaikan melalui lisan. Heran ? lucu ? gak biasanya melihat saya seperti ini ? sama, saya juga berpikir seperti itu, tak pernah menyadari bahwa mengurai makna terkadang memiliki kenikmatan tersendiri.

 

Mungkin ini bukan potensi tetapi sarana hati untuk mengevaluasi diri. Hingga kini sajak-sajak kecil menjadi sarana katarsis bagi kejenuhan mimpi…

 

 

Damai…

Tercipta kala duduk menatap langit biru..

Samar-samar, berhiaskan mahkota putih yang seolah enggan tuk menghiasi langit..

Ingin..

Ku kabarkan damai ini hingga dunia tak lagi tertunduk malu atas kekhilafan para penghuni..

Ah..

Andai..

 

 

Malam kelam..

Terurai lambat menyelimuti hari..

Menyuguhkan sajian indah dari orchestra kehidupan..

Ku terbuai alunan merdu dari simfoni mereka,

Terkenang momen syahdu yang selama ini berpadu..

Ah.. Indahnya..

Kembali ku larut dalam harmoni..

 

 

Nocturno..

Hembusan lirih dalam simfoni malam..

Tenang, damai, mengalun syahdu menuai rindu..

Membuat ku larut dalam harmoni indah ketenangan hati..

Hah..indahnya..

 

 

Asa…

Tak seindah kala berpendar dalam ruang impian..

Cahayanya..tak kuasa menembus barrier tebal realita yang menahan laju sang cahaya asa..

Dan kini, ia tetap berpendar dalam ruang impian..

Hingga..realita berpihak pada sang cahaya..

Too good to be true??

Entahlah..

 

 

Sajak-sajak pendek..

Termaktub dalam beberapa pesan singkat yang terkirim melalui kecanggihan teknologi.

Teruntuk kawan yang menerima pesan-pesan ini. Anggaplah saya sedang mengalami fase kontemplasi. Atau mungkin, sedang berbenah diri.

 

Wednesday, 25 June 2008

Tentang Sebuah Pilihan

Mungkin saja sebagian orang berpikir bahwa memilih berarti memastikan pilihan. Aktivitas ini dipersepsi secara dikotomis oleh mereka. Menganggap sebuah pilihan berbuah konsekuensi yang diametral secara logis. Baik atau buruk, senang atau menyakitkan. Padahal bila kita menilik lebih jauh, memilih bagaikan menjabarkan kontinum bipolar dari sebuah konsekuensi. Ada sebuah garis panjang dimana dua kutub tersebut merupakan titik ekstrim yang mempunyai level konsekuensi yang berbeda-beda. Kadang pilihan tersebut tidak berbuah apapun karena terletak pada titik nol pada garis kontinum, dan terkadang pilihan tersebut berbuah keburukan ataupun kebaikan karena berada pada titik ekstrim salah satu kontinum. Atau mungkin bercampur baur antara kebaikan dan keburukan karena terletak di salah satu tempat antara titik ekstrim dan titik nol. Tidak ada yang tahu dan tidak ada yang dapat memastikan.

Oleh karenanya tidak heran bila setiap pilihan yang kita ambil kadang kala tidak berbuah manis seperti apa yang kita impikan. Ada beberapa hal yang selalu saja membuat kita kecewa pada pilihan yang kita ambil. Tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan sebelumnya dalam angan-angan. Sebagai contoh, Memilih perguruan tinggi negeri sebagai pijakan masa depan seharusnya berbuah angan tuk meraih keberhasilan. Namun, kadangkala kondisi dan situasi yang ada tak memungkinkan untuk mewujudkan semua hal itu. ‘gemerlap’nya dunia kampus dan fasilitas leisure yang serba ada membuat segalanya menjadi lebih buruk. Sehingga mendapatkan perguruan tinggi negeri justru tak berbuah manis bagi sebagian orang yang justru terhempas oleh angan dan pilihannya sendiri.

***

Terhempas oleh angan dan pilihannya sendiri. Implikasi dari sebuah persepsi yang menyatakan bahwa memilih adalah sebuah aktivitas dikotomis. Beranggapan segalanya kan berbuah manis pada setiap pilihan yang dipersepsi ideal. Padahal konsekuensi terburuk pun dapat terjadi bahkan pada sebuah pilihan yang paling ideal sekalipun.

Refleksi atas pilihan dua anak manusia.

Mencoba melihat segalanya dari perspektif kontinum bipolar sebuah pilihan.

Hidup itu pilihan..

Between stimulus and response there is a space. In that space is our power to choose our response. In our response lies our growth and our freedom.

-Victor E. Frankl-

Wednesday, 18 June 2008

Untuk Seorang Arsitek Peradaban

“bila diperkenankan saya ingin membangun peradaban, peradaban yang diimpikan oleh umat islam selama ini”

Begitu indah apa yang diucapkannya. Bermimpi akan sesuatu yang selama ini kita angankan belaka. Terucapnya kata-kata dari lisan sesosok manusia hebat dan luar biasa. Seorang manusia yang begitu ikhlas dan tulus dalam upayanya membangun Indonesia yang lebih baik dan bermartabat.

Ia ucapkan kata-kata indah ini ketika berada pada tahap akhir pemilihan calon walikota pada sebuah instansi politik di kota Depok, sekitar 3 tahun yang lalu. Padahal peluangnya cukup besar untuk terpilih sebagai calon walikota dari instansi politik tersebut. Dengan kapasitas dan integritasnya yang telah diakui tak mungkin ia tidak terpilih dalam pemilihan ini. Namun, dengan berat hati ia menolaknya. Ia lebih memilih membangun peradaban dari sebuah bangsa dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia.

Peradaban suatu bangsa tidak dibangun dalam sekejap mata. Butuh pengorbanan dan linangan air mata untuk mewujudkan ini semua. Hal inipun disadarinya ketika akan membangun peradaban. Keadaan faktual berbicara. Tidak mudah dalam membangun peradaban di negeri ini. Carut-marutnya sistem dan regulasi kenegaraan mencerminkan buruknya kondisi bangsa. Ditambah kondisi SDM yang memprihatinkan menambah peliknya permasalahan yang ada. Padahal kawan, negeri ini adalah negeri dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Seharusnya rahmat dan nikmatNya akan selalu tercurah pada negeri ini. Tapi pada kenyataannya kondisi negeri semakin memburuk kawan, masih jauh dari kata-kata sejahtera. Sungguh ironis.

Melihat hal ini kitapun dapat mengambil sebuah pelajaran. Pastinya terjadi sebuah kesalahan yang tidak kita sadari. Penduduk muslim terbesar namun berada pada kondisi yang mengenaskan?? Sungguh berlawanan dengan janjiNya pada setiap bangsa yang beriman padaNya. Kesalahan sedang kita lakukan kawan.

Kesalahan ini terletak pada aspek kepemimpinan. Sulit membangun peradaban dan revolusi bangsa jika pemimpin negeri ini tidak taat padaNya. Begitupun dengan kualitasnya. Akan sangat sulit mewujudkan negeri yang sejahtera bila kualitas pemimpinnya tidak mumpuni.

Hal ini begitu disadari dan dimaknai oleh beliau. Sesosok manusia luar biasa. Mencoba membangun peradaban dari sebuah proses pembinaan SDM berkualitas dan strategis. Bermodal sumbangan alakadarnya dari individu-individu yang masih peduli akan nasib bangsa ini. Ia bergerak dengan kesungguhan dan keikhlasan bahwa yang ia usahakan ini tidak sia-sia. Membangun kembali peradaban bangsa dengan SDM berkualitas.

Dan apa hasilnya kawan??? Setelah berjalan selama lima tahun. Pembinaan ini telah menunjukkan perkembangan yang signifikan dari sisi kualitas alumni yang dihasilkannya. Banyak orang-orang hebat yang hadir di kampus tempat pembinaan ini berada. Ketua organisasi, akademisi, peneliti, pengusaha dan lainnya. Sebuah bentuk nyata dari pembinaan yang saya rasakan sendiri manfaatnya. Membuat perubahan yang sangat signifikan pada hidup saya.

Ah…luar biasa..anda benar-benar ikhlas pak dalam membangun kembali peradaban bangsa ini. Dan dengan ini terimalah hormat dan takzim saya atas segala upaya yang bapak lakukan untuk saya dan umat ini. Hormat dan takzim yang tak seberapa dibandingkan dengan balasan yang nantinya akan bapak terima dari Robb semesta alam.


Terima kasih Pak


Untuk seseorang.

Pemimpin dari institusi non-partisan yang bergerak dalam pembinaan SDM strategis.

Institusi pencetak pemimpin masa depan…amin..


Monday, 9 June 2008

Hikayat si Pembuka Jalan...

Sedari dulu memang begitu..

Dirinya kan selalu menjadi pembuka jalan bagi seseorang..si penerima jalan

Tak ada yang salah memang.

Terlebih, sembari menambah amal kebaikannya yang selalu kurang.

Membuatnya berpikir bahwa Tuhan telah menakdirkan dirinya untuk selalu menjadi pembuka jalan bagi si penerima jalan.

Namun… terkadang, si penerima jalan mengacuhkan, ataupun tak menghiraukan dirinya.

Penerima jalan terlalu sibuk dengan kesendirian dan keasyikannya dengan kesunyian.

Mencoba menilai segalanya dari perspektif seorang victim, yang tak mungkin lagi diharapkan tuk diselamatkan.

“biarkan ku larut, dan barbaur dalam kebisuan”…

hah...peliknya permasalahan kian dirasakannya sebagai pembuka jalan. karena nampaknya, ia juga turut membukakan hati seseorang untuk  si penerima jalan, tidak hanya membukakan jalan saja rupanya...

ha..ha.. ku tertawa melihatnya, sungguh luar biasa, karena ku tahu, dalam dada si pembuka jalan, ia mengharapkan hati itu terbuka untuknya, bukan untuk si penerima jalan. tapi apa daya, sudah takdirnya sebagai pembuka jalan,,,ups,,sekaligus pembuka hati.

***

tapi ingat..pembuka jalan tak selamanya dapat bertahan seperti ini, ada kalanya ia membuka jalannya sendiri…

dan mungkin kini saatnya…

 

Tuesday, 3 June 2008

Sungguh...Ia Tinggi dan Tidak Ada yang lebih Tinggi Darinya..

Di sela waktu antara UAS psikometri dan kodet (masih aja sempet-sempet nulis), saya mencoba untuk menuliskan beberapa hal. Nampaknya tangan ini sudah tidak sabar untuk menulis (baca:mengetik) sesuatu yang wah…terjadi hari ahad lalu di silang Monas Jakarta.

Nampaknya kita semua telah mengetahui apa peristiwa Wah!!  yang saya maksudkan. Kalau ada yang gak tau berarti gak pernah nyimak berita atau emang lagi terisolasi di daerah terpencil nun jauh di sana. Masih ada yang belum tau??

Baiklah..saya akan beritahu..

Peristiwa ini adalah bentrok antara FPI dengan massa Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan berkeyakinan (AKK-BB). Sepertinya kata bentrok disini kurang pas namun tak apa karena tidak ada lagi sebuah kata yang pas untuk menggambarkan hal ini ahad lalu. Karena bentrok idealnya adalah sebuah baku hantam antara satu pihak dengan pihak lain. Sedangkan kemarin secara umum terlihat massa FPI yang dominan menghantam massa AKK-BB. Diluar konteks siapa yang menghantam, siapa yang tidak, saya ingin melihat kejadian ini dari perspektif syariat dan aturan yang saya pahami selama ini.

Setahu saya, selama saya belajar dan mendalami islam, menegakkan yang hak dan mencegah kemungkaran merupakan kewajiban setiap muslim. Dalilnya?? Ada ..

Barang siapa yang melihat kemungkaran maka hendaknya cegahlah dengan tanganmu..

Apabila kamu tidak mampu maka dengan lisanmu..

Apabila kamu tidak mampu juga maka cegahlah dengan hatimu, dan ini adalah selemah-lemahnya iman.

Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim ini sudah cukup nampaknya menjadi sebuah landasan bagi kita untuk menegakkan yang makruf dan mencegah kemungkaran.

Namun, kita juga perlu memperhatikan secara seksama. Hadits ini hanya mengatur person-to-person, bukan group-to-group ataupun person-to-group. Karena group-to-group merupakan ranah yang luas dan hendaknya diatur oleh sebuah kelompok ataupun instansi yang telah mumpuni. Agar tidak terjadi kesalahpahaman yang diakibatkan kebodohan individu yang tidak berlandaskan ilmu dalam mencegah kemungkaran. Dalam hal ini kelompok yang dimaksud adalah sebuah negara yang berlandaskan syariat islam.

Lebih jauh, instansi ini mempunyai perpanjangan tangan berupa polisi syariah yang dikenal dengan wilayatul mustahib. Sebuah organisasi yang memang khusus diberikan legitimasi secara syar’i dalam mencegah kemungkaran. Mereka mempunyai wewenang untuk menindak secara tegas segala pelanggaran syariah yang dilakukan individu ataupun kelompok dalam wilayah suatu negara. Sehingga menjamin setiap warga negara untuk menjalankan syariat dengan lebih tenang.

Lalu…??bagaimana dengan FPI. Dengan tidak mengurangi rasa hormat atas Itikad baik yang dilakukan FPI, saya berpendapat bahwa FPI BELUM PUNYA WEWENANG untuk melakukan hal ini. Dengan menindak tegas dan cenderung brutal terhadap sebuah kelompok ataupun individu. Karena negara kita belum ataupun tidak berlandaskan syariat islam, sehingga aturan jamaah belum dapat diberlakukan. Setiap kita saat ini masih bertanggung jawab, setidaknya, terhadap diri sendiri, keluarga ataupun masyarakat sekitar kita masing-masing. Walaupun saya berpendapat bahwa hadirnya sebuah jamaah ataupun daulah islamiyah bukanlah sebuah prioritas utama saat ini. Karena perbaikan kondisi umat dalam hal ekonomi, social, dan budaya serta akidah hendaknya mempunyai proporsi yang lebih besar saat ini.

Kesimpulannya adalah mari kita tunjukkan islam yang rahmatan lil alamin dengan sesuatu yang lebih berharga dan indah. Dibandingkan dengan hanya menunjukkan kekerasan yang mungkin hanya menjadi bagian kecil dari islam, itupun dalam hal-hal yang melanggar aqidah dan syariah.

Sungguh..      Al-Islamu ya’lu wa laa yu’la ‘alaih… 

 

 

Monday, 2 June 2008

Setengah Tahun yang Berlalu

Waktu cepat sekali berputar. Kini diriku telah mendekati setengah tahun kepengurusan di lembaga legislatif fakultas, MPM psiko UI tercinta. Banyak duka tapi tak sedikit pula suka yang terekam dalam memory. Tawa, canda, bahkan tangis telah kami lalui bersama. Mencoba mengemban amanah dengan format berbeda. Make MPM as a second family.

 
        Dengan format ini, kami membawa perubahan besar-besaran di MPM Psiko. Mengubah paradigma konstituen terhadap MPM Psiko menjadi lebih baik. semuanya berkat format baru ini.

 
Tapi...apakah dengan format ini prinsip kepemimpinan yang kuyakini menjadi berubah??..

 
Tentu tidak...karena prinsip kepemimpinan ini akan (semoga) selalu kupegang teguh di manapun kuberada..

 

seperti kata bang Arif Munandar 

"klo lo mau jadi pemimpin yang efektif, dimanapun lo berada, lo harus menerapkan dua hal ini. 

keras dan fairness..menerapkan ketegasan dan keadilan dalam organisasi yang lo pimpin..

lo mesti bisa menciptakan itu dalam organisasi lo..klo lo gagal..selamanya lo bakal gagal buat jadi pemimpin di manapun"


kira-kira selama ini gw nerapin ini gak ya??gak tau lah...


Baik Bang.. InsyaAlloh saya siap!!