Sungguh kasihan jika melihat kondisi saudari saya ini. Bertahun-tahun berumah tangga dan sudah dikaruniai dua orang anak, hidupnya terbilang masih kurang dari sisi materi. Rumah masih mengontrak, anak sakit-sakitan dan pekerjaan si suami yang masih sama sebagai pengantar barang setelah 15 tahun bekerja, sehingga otomatis penghasilan pun masih sama setelah bertahun-tahun lamanya, kalaupun ada kenaikan tentunya tidak signifikan dengan inflasi keuangan yang gila-gilaan seperti sekarang.
Materi memang bukan segala-galanya tapi setidaknya materi merupakan cerminan akan sebuah kesungguhan dan ketekunan dalam bekerja. Bekerja yang tidak melulu bersifat duniawi tapi juga ukhrowi atau spiritual. Karena filosofinya, materi akan ikut secara sendirinya saat sisi immateri yaitu spiritual dan religiusitas diperbaiki. "perbaikilah akhiratmu niscaya dunia akan menghamba padamu." begitu kira-kira bunyinya. Tapi masalahnya adalah dari sisi ini pun si Saudari ini tak kunjung membenahinya. Sudah tahu hidupnya sangat berat, meminta padaNya pun masih seringkali lalai. Sudah tahu permasalahan banyak, mengiba padaNya pun masih seringkali lupa.
Suatu saat, Ibnu Abbas RA pernah menegur salah seorang anaknya.yang tertidur di dalam waktu subuh. "Bangunlah, engkau tidur saat rejeki dibagi-bagikan". Asumsi saya adalah, si anak ini kembali tidur sesaat setelah selesai mendirikan sholat subuh. Karena hampir tidak mungkin anak seorang sahabat tidak di didik untuk sholat subuh. Itu baru tertidur sehabis sholat subuh dan tarafnya sudah sangat tidak dianjurkan, apalagi tertidur dan melewatkan sholat subuh. Lebih parah lagi. Dan itu yang terjadi pagi ini, saat saya melihat, si saudari ini dan suaminya dengan tenangnya melewatkan sholat subuh, dan hanya mengangguk iya kala diingatkan untuk sholat. fiuh..
Tidur itu nikmat, dan ia rahmat dari sang pencipta bagi hamba-hambaNya yang lelah saat terjaga. Tidur itu pertanda bahwa tubuh ini harus beristirahat sejenak untuk disegarkan kembali melalui mekanisme ketidaksadaran hingga relaksasi perlahan di kala tidur menambah energi seseorang ketika ia bangun nanti. Tidur itu cara mudah melarikan diri dari persoalan. Cukup tertidur maka dengan segera masalah anda seolah hilang. Tapi itu hanya sesaat, setelah bangun barulah anda menyadari kembali bahwa masalah anda masih sama dan belum beranjak pergi. Ironisnya hal ini seringkali dijadikan sarana utama bagi beberapa orang untuk mengobati masalahnya.
Mungkin itu yang dilakukan saudari saya ini. Kala mengetahui bahwa anak-anak sakit, uang belanja menipis, dan otak pun serasa penuh dengan masalah, tidur pun jadi sarana instan dalam menyelesaikan persoalan. Seolah berharap masalah akan berakhir saat ia bangun nanti. Mungkin tidak sebegitunya, tak sampai berharap bahwa masalahnya akan selesai, hanya ingin jeda sesaat dan mengulur waktu dalam kesendirian.
Tiap orang memang punya alasannya masing-masing untuk tidur dan menyelesaikan permasalahannya. Tinggal dilihat sejauh mana apakah cara itu efektif atau tidak dalam menyelesaikan masalah. Logikanya, dengan nasib yang tak kunjung berubah sekian tahun lamanya, idealnya ada sebentuk inovasi dalam berbuat, dan bertingkah laku. Ada sebuah bentuk perbaikan saat tahu bahwa cara lama, seperti tidur, mengeluh, bermalas-malasan, tidak juga memberikan hasil. Tapi memang hal itu sepertinya belum sampai, sebuah kesadaran untuk melakukan revolusi dalam hidup. Entah sampai kapan hanya Allah yang tahu.
Semoga Rahmat dan HidayahNya meliputimu sist..
No comments:
Post a Comment