Salah satu aktivitas masa kecil yang masih saya lakukan hingga kini adalah menonton film kungfu di layar kaca. Beberapa stasiun TV nasional kerap memutar film-film aksi memukau aktor laga china dan hongkong dalam memamerkan gerak lincah nan indah dalam bertarung. Entah kenapa saya sangat menikmati gaya berkelahi mereka, aksi mereka dalam memainkan senjata bela diri, kemampuan mereka dalam meliukkan dan menggerakkan tubuh dalam sebuah aksi pertarungan. Gerakan mereka sungguh tertata dan presisi, seolah tahu kapan si lawan akan memukul dan kapan harus bertahan dari serangan.
Agak berbeda ketika menonton aksi pertarungan di film hollywood ataupun bollywood. Gaya berkelahinya brutal, dan sama sekali tak menarik tuk disimak. Cuma berbekal kekuatan dan nyali, pertarungan pun terjadi sebatas emosi dan nafsu tuk menyerang. Tak ada yang namanya gerakan meliuk, memutar dan akrobatik. Pertarungan hanya sekedar memukul dan menendang yang berujung pada babak belur di wajah si petarung. Kalau bukan karena jalan ceritanya yang menarik dan efek visualnya yang memukau, mungkin sudah lama saya tinggalkan film-film itu.
Kalau film silat agak mirip dengan film kungfu cina, ada semacam rasa seni dalam berkelahi. Walau tak seasyik ketika menonton aksi jagoan kungfu, petarung silat tak kalah memukau dari aksi jagoan kungfu. Sebut saja si pitung, si buta dari goa hantu, wiro sableng, dan banyak film aksi silat yang cukup melegenda, ditambah lagi saat ini telah muncul genre terbaru dari film aksi milik anak bangsa yang mengangkat seni beladiri silat, The Raid dan Merantau yang mendunia membangkitkan kembali gairah perfilman indonesia yang sempat dikerubuti film hantu dan mesum tak jelas, dan tentunya kembali mengingatkan masyarakat bahwa Seni beladiri Silat tak kalah dari Seni beladiri lainnya.
Dua beladiri ini memiliki nilai-nilai filosofi yang menarik tuk disimak. Adanya falsafah dalam mengendalikan emosi dan nafsu angkara menjadikan beladiri ini tak sekedar ajang unjuk kekuatan. Lebih dari itu si petarung harus terlebih dahulu menaklukan musuh di dalam dirinya sebelum menaklukan lawan yang ada di hadapannya. Maka tak heran seringkali kita lihat bahwa petarung yang lebih tenang dan pintar mengelola emosi yang justru lebih unggul.
Yang paling menarik saat menonton film-film yang penuh dengan aksi tarung adalah kita tidak pernah tahu siapa yang menang hingga film aksi itu berakhir. Besar tubuh, wajah garang dan sederet keunggulan fisik lainnya tak jadi jaminan dalam sebuah pertarungan. Daya tahan dan konsentrasi yang justru berperan besar dalam menentukan siapa yang akan jadi pemenang. Sehingga tak heran yang memenangkan pertarungan mungkin saja si kecil yang tak diperhitungkan.
Maka saya pun melihat, hidup itu tak jauh berbeda dengan film beladiri. Takkan ada yang tahu siapa yang kan jadi pemenang di akhir episode, yang berhasil meraih sukses beberapa puluh tahun lagi. Tinggal kita lihat saja nanti mereka yang paling mampu dalam mengendalikan diri, emosi, daya tahan dan konsentrasi maka dialah yang jadi pemenang sejati.
No comments:
Post a Comment