Ada
adagium yang mengatakan Politik itu kotor, jadi Agama yang bersih dan suci tak
usahlah ikut-ikutan berpolitik, nanti malah merusak citra dan mencoreng
nilai-nilai Agama itu sendiri. Maka tak heran di barat sana, dimana kesucian simbol-simbol keagamaan
dijunjung tinggi, mengharamkan Agama ikut campur dalam urusan Negara. Ia
terpisah dan jadi urusan pribadi masing-masing individu, biarkan Agama tetap
steril dan biarkan kaum sekuler yang berkubang dalam kotornya perpolitikan.
Dalam taraf tertentu, mindset sekulerisme nampak diterima
dengan baik di sebagian Negara muslim, tak terkecuali di Indonesia. Oke,
saya tahu Indonesia
bukan Negara sekuler karena jelas terlihat, nilai-nilai relijiusitas tidak
sekedar menjadi urusan masing-masing individu, tapi telah menjadi bagian dari
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dimana tokoh-tokoh agama merupakan tonggak berdirinya Negara
ini dan mewarnai sendi kehidupannya. Walau mungkin tetap harus diakui, Negara
ini mau tidak mau berlandaskan pancasila yang tidak secara tegas menjadikan
agama sebagai landasan bernegara meski di sila pertama pancasila tertulis jelas
kata-kata Tuhan di sana.
Maka tidak heran dengan ambigunya nilai-nilai yang
dituliskan dalam pancasila membuat aplikasi kongkret ideologi ini merupakan
tafsiran masing-masing kelompok, entah kelompok agamis, kelompok banci ataupun
kelompok sekuler. Yang agamis mengatakan bahwa berpolitik dan bernegara juga
merupakan bagian dari beragama, ada tanggung jawab kemanusiaan dan amanah tuhan
disana, sehingga ikut andil di dalamnya merupakan sebuah bentuk keharusan.
Yang banci mengatakan ada hal-hal yang secara alami tak
dapat dicampuri agama hingga tak selamanya berpolitik itu cocok dengan konsep
keagamaan, jadi tak usahlah meributkan cara agama dalam bernegara karena memang
tak selamanya agama itu cocok dengan kehidupan (?).
Sedangkan yang
terakhir, yang sekuler mengatakan bahwa politik itu nature nya memang kotor, menghalalkan segala cara untuk mencapai
tujuan, jadi takkan pernah cocok dengan agama yang secara jelas menyatakan
bahwa kebaikan dan keburukan selamanya takkan bersatu. Jadi biarkan sekulerisme
bekerja dan silahkan para tokoh agama duduk manis menjalankan nilai-nilai
rohani.
--
Dan kini nampak jelas terlihat, politik memang dimaknai
kotor oleh sebagian masyarakat negeri ini. Termakan isu yang memang secara
sistematis menempatkan politik tak jauh dari pemakluman akan sebuah kebusukan.
Tak apalah kotor dan bau-bau sedikit, toh wajar saja bukan kalau politik itu
memang tengik? Jadi tak usah heran jika melihat ada politikus yang terjerat
kasus hukum karena memang itu sudah nature
nya. Ya dihujat sedikit dan dicela sesekali tak apalah, toh rakyat cepat lupa
lagipula kami bukan dari kelompok agama, jadi wajarlah melakukan salah, kami
bukan manusia suci.
Standar politik yang terlampau rendah jadi sesuatu yang
lumrah. Sampai-sampai jika ada yang keluar dari mainstream yang ada seolah
dipaksa untuk turun bersama dalam kubangan yang sama. Maka tak sepatutnya jika ada
kelompok agamis berpolitik yang bersih, partai yang profesional, kader yang peduli
dan perilaku yang membangun, karena itu semua bukan sesuatu yang wajar untuk
sebuah laku yang bernama politik di negeri ini. Politik harus tetap pada
maqomnya, sesuatu yang kotor dan busuk, dan
jika ada yang membelot, selayaknya tuk ditempatkan kembali sesuai dengan posisi
sebenarnya meski itu dari kelompok agamis sekalipun.
Maka tak heran, apapun dilakukan demi menempatkan kembali
sebuah organ politik yang bersih pada posisi yang selayaknya bersama para
kubangers, entah dengan pembunuhan karakter ataupun opini yang menyudutkan.
Syaratnya mudah, cari saja satu cela dari mereka dan ungkapkanlah seramai
mungkin, hingga seolah tak tersisa lagi kebaikan yang ada pada mereka.
Sakit, kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi masyarakat
negeri ini sekarang. Ketika klaim bersih dan jargon professional takkan pernah
tersandang untuk sebuah institusi politik meski ia berasal dari kelompok agama.
Karena sekali saja mengaku bersih, ketika itu pula puluhan, ribuan bahkan
jutaan orang akan berbondong-bondong mencari tahu kesalahan anda dan dengan
bangga mengatakan.. “tuh kan, gw bilang juga
apa, make ngaku-ngaku bersih dan anti korupsi sih, make bawa-bawa agama sih,
sekarang baru ketauan kan??”
Ah negeriku..
Foto : http://fc06.deviantart.net/fs70/f/2011/330/2/e/sejuk_by_karman87-d4hbq2l.jpg
nice post banget bro.. gw kok jd mikir 'agak' iseng ya, jgn2 'kawan2' kita yg mau soleh sendiri dan ga mau ikut andil dlm perbaikan negara ini bisa termasuk yang sekuler juga dong ya?
ReplyDeleteAllahu'alam, hanya Allah yang tahu hati manusia. tapi melihat tingkah mereka, bisa saja dianggap begitu
Delete