Monday 7 December 2015

Buku Putih Pelindo II

Bagi saya yang dulu pernah merasakan aktivitas kemahasiswaan di kampus, mendengar kata dan bahasa 'Per-Politik-an' jadi sesuatu yang selalu menarik perhatian saya. Awalnya saya menganggap politik masih secara naif, dulu ketika mahasiswa dan terkadang saat ini ketika sudah bekerja. hehe. Dimana lawan dan kawan jelas terlihat, siapa yang mendukung kita dan bersama mencapai tujuan dapat dimaknai sebagai teman dan yang sebaliknya sebagai lawan. Tapi saat ini saya melihat bahasa per-Politik-an menjadi lebih rumit ketika menceburkan diri di dunia kerja.

Tiga kali bekerja sebagai pekerja (baca : buruh), dan ketiga-tiganya di BUMN atau anak perusahaan BUMN, memberikan saya pemahaman bahwa kepentingan Pribadi (karyawan), dan kepentingan manajemen (Direktur, Manajer, dll) tidak selalu berlawanan dan berseberangan, karena kadang kala kepentingan politikus kampret terhormat yang merasa sebagai Pejabat Negara dan Punya willingnes serta "kepedulian" terhadap perusahaan negara, jauh lebih menyebalkan dibandingkan tarik menarik kepentingan antara pekerja dan manajemen.

Di kantor pertama, anak perusahaan BUMN perbankan yang bergerak di keuangan syariah, kepentingan para politikus samar terlihat, entah karena saya yang masih cupu atau mereka-mereka yang ogah berurusan dengan Compliance dan Manajemen risiko yang rigid dari industri perbankan sehingga paling-paling intervensi mereka sebatas menempatkan kolega dan kerabatnya untuk bekerja di perusahaan ini.

Di kantor kedua, kurang lebih sama dengan perusahaan pertama, bergerak di bidang atau jasa keuangan Mikro, perusahaan BUMN yang tergolong masih baru (berdiri tahun 1999). Disini pun para politikus itu juga tak jauh-jauh dari menempatkan kolega dan kerabatnya. Mungkin bedanya karena pimpinan tertinggi di perusahaan ini punya ketergantungan dan usaha 'jilat-menjilat' agar (katanya) BUMN ini bisa survive di tengah gempuran pemain industri keuangan mikro lainnya, maka dari itu memfasilitasi para politikus itu jadi suatu keharusan. (nb. pengalaman pribadi saat ngubek-ngubek CV yang udah sekian tahun terkubur di tumpukan CV lama, hanya karena dia, katanya, anak pejabat.. Bah..!)

Di kantor Ketiga, BUMN yang bergerak di bidang jasa kepelabuhanan, yang sering orang sangka sebagai Pelni, padahal beda jauh. Disini para politikus itu bermain lebih liar dan tak karuan. Tak cukup sekedar menempatkan kolega, kerabat, kerabit, dan lain sebagainya, tapi sudah sampai level mengontrol fungsi dan peran Manajemen (direksi). Bisa dilihat saat Serikat pekerja di perusahaan ini yang ternyata juga punya bekingan orang-orang penting di negeri ini, jadi tidak hanya Direkturnya saja (RJ. Lino) yang punya bekingan sekelas JK, SW, dan SD, tapi serikat pekerjanya juga punya bekingan.

Terlepas dari siapa yang salah, dan siapa yang punya kepentingan, kisruh di perusahaan saya yang ketiga ini, sudah di titik menyebalkan dan mengkhawatirkan, terutama bagi para pekerjanya. Sekedar memberikan fakta yang berimbang, saya sampaikan link mengenai Buku Putih Pelindo II yang semoga dapat memberikan view berbeda dari khalayak sekalian.
Nb. : hanya Indosat dan sekarang Pelindo II, BUMN yang mengeluarkan Buku Putih terkait kisruh perusahan mereka

fiuh..!

Link Download Buku Putih Pelindo II


No comments:

Post a Comment