“Poin yang terakhir dari IPC Way adalah mengembangkan tempat bekerja yang exciting. Apa maksudnya exciting? Exciting tidak hanya menyenangkan, tetapi juga menggairahkan, membuat kita rindu untuk kembali datang ke tempat kerja”
-R.J. Lino, CEO IPC (PT Pelabuhan Indonesia II), dalam
pidato upacara HUT RI ke 68 di Kantor Pusat IPC-
Exciting Enterprise, perusahaan
yang luar biasa, menggairahkan, dan menyenangkan. Tentunya tak ada orang yang
tak menginginkan untuk bekerja di perusahaan seperti ini. Perusahaan yang
membuatnya nyaman dan termovitasi dalam bekerja. Dimana tiap pekerja di dalam perusahaan
berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan. Lalu
apa saja faktor-faktor yang membuat seseorang merasa Excited, bergairah, dan rindu untuk kembali ke tempat kerja?
Ada bermacam faktor yang mungkin membuat seseorang merasa Excited dengan perusahaannya. Entah
karena gaji tinggi, fasilitas kesehatan yang menarik, peluang karir yang
menjanjikan atau sekedar mengejar status sebagai seorang karyawan di sebuah
perusahaan besar. Faktor-faktor itu dapat saja dijadikan tolok ukur yang dapat
memotivasi karyawan untuk selalu excited dalam
bekerja.
Tapi kini sesuatu yang sifatnya tangible tersebut (gaji, fasilitas kesehatan, dll) tak selalu
membuat seorang karyawan atau calon karyawan tertarik untuk bekerja di sebuah
perusahaan. Karena kini, minat dan talent seseorang
sedikit banyak mengarahkannya untuk memilih sendiri, perusahaan mana
yang membuatnya excited dan
termotivasi dalam bekerja.
Talent dan Exciting
Enterprise
Rohah Shah adalah pemuda 20 tahun dan sekaligus sebagai
mahasiswa Universitas Illinois dengan beragam prestasi di kampusnya. Nilai
akademik yang tinggi, aktif dalam dewan mahasiswa di kampus, menguasai 3
bahasa, dan asisten dosen nampaknya cukup menggambarkan betapa Shah adalah
seorang mahasiswa berprestasi.
Dengan berbagai capaian tersebut, tak sulit bagi Shah untuk
melamar di sebuah perusahaan besar yang diimpikan banyak orang. Dibandingkan
mengejar gaji tinggi, status sebagai karyawan perusahaan ternama, dan berbagai
fasilitas wah lainnya, ia justru
lebih mengikuti talent dan passionnya
di bidang IT, hingga ia pun mengajukan diri sebagai karyawan magang terlebih
dulu di perusahaan IT sekelas Google.
Shah melamar secara online, sebuah prosedur wajib bagi orang-orang yang tertarik bekerja ataupun magang di Google. Ia pun mengisi formulir, mengirimkannya kembali lewat email disertai dengan surat lamaran, nilai akademik dan catatan aktivitas organisasi yang ia ikuti. Beberapa waktu kemudian, Shah menerima email dari Google, sebuah undangan wawancara untuk posisi karyawan magang selama musim panas. Mendapat email itu, Shah sangat senang. Dia tak mau melewatkan kesempatan itu. Apa lagi, kompetisi untuk masuk Google sangat ketat. Menurut juru bicara Google, Google hanya menerima 1.500 anak magang dari 40 ribu yang melamar setiap tahunnya.
Yang menarik adalah, talent dan minat Shah di suatu bidang sangat diperhatikan dalam proses seleksi. Ada dua proses wawancara yang diikuti Shah, Wawancara yang bersifat teknikal terkait bidang IT melalui telepon dan wawancara secara langsung dengan beberapa tim dari Google. Setelah beberapa kali wawancara, akhirnya tim dari Google membantu Shah memilih divisi yang cocok sebagai tempat magangnya. Singkat cerita, dalam waktu 3 bulan setelah mengirim lamaran online, Shah resmi magang di Google. Dia bergabung dengan divisi Android, sesuai dengan hobi dan talent yang dikuasainya.
Dari kisah Rohah Shah di atas, kita dapat melihat bahwa talent dan exciting enterprise memiliki keterkaitan satu sama lain. Dimana talent Shah di bidang IT mempengaruhi
dirinya untuk bekerja di sebuah perusahaan yang dilihatnya sebagai perusahaan
yang exciting. Talent sendiri di dalam dunia kerja tidak hanya didefinisikan dan diartikan
secara harafiah sebagai bakat. Tapi lebih dari itu, ketika kita membicarakan talent, kita juga membicarakan tentang
orangnya.
Orang yang memiliki talent
adalah orang yang memiliki kompetensi atau kemampuan di atas rata-rata sehingga
membuat dia mampu untuk perform
sangat baik dibanding dengan orang-orang di sekelilingnya (average performer). Untuk mendefinisikan talent sendiri, kita harus bagi menjadi dua antara Performance dan Potency.
Performance
sendiri didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk menampilkan talent dan minatnya pada suatu bidang. Ada
dua jenis performance yang ada pada
diri seseorang, high performance dan low performance. High performance adalah kemampuan seseorang menampilkan talent dan minatnya dengan sangat baik
pada suatu bidang, ia mampu menunjukkan kinerja di atas rata-rata dibandingkan
orang lain. Sebaliknya low performance
adalah ketidakmampuan seseorang menampilkan talent
dan minatnya, sehingga ia menunjukkan kinerja dibawah rata-rata.
Sedangkan potency
adalah kemampuan yang memiliki kemungkinan untuk dikembangkan ke depannya. Potency seseorang secara umum tercermin
dari caranya berkomunikasi, hasil tesnya (misalnya tes IQ), histori prestasinya
dan lain-lain. Ada dua jenis potency
pada diri seseorang, high potency dan
low potency. High potency adalah kemampuan seseorang yang dapat dikembangkan
dengan lebih besar di masa mendatang, dan low
potency adalah kemampuan seseorang yang sulit dikembangkan walaupun
tersedia banyak peluang bagi orang tersebut.
Talent, IPC, dan Exciting
Enterprise
Melihat dinamika SDM kini yang tak hanya seputar hal-hal
yang tangible (gaji, tunjangan
fasilitas dll), maka idealnya IPC yang mengusung misi sebagai world class port operator mampu menjawab
tantangan yang ada kini dalam mengembangkan Exciting
enterprise bagi karyawannya. Dimana
nantinya telah ada skema atau planning
yang terstruktur dan detail mengenai pengembangan talent di dalam perusahaan.
Secara umum di banyak perusahaan, pengembangan talent merupakan proyek besar dalam
rangka menyiapkan calon-calon karyawan potensial dan pemimpin perusahaan di
masa mendatang. Mereka yang High
potential dan high performance
diharapkan dapat dikembangkan kompetensinya dan diarahkan sesuai career path yang ada dalam sebuah
perusahaan. Dikumpulkan dalam sebuah wadah yang dikenal dengan nama talent pool. Sedangkan karyawan yang high potential dan low performance dapat di coach,
serta dimotivasi agar nantinya dapat meningkatkan performance-nya dan mampu bergabung dengan high potential dan high
performance di dalam rencana jangka panjang perusahaan.
Tentunya tak mudah mensinergikan talent seorang karyawan dengan misi dan budaya yang ada di sebuah
perusahaan khususnya IPC. Tapi dengan melihat kondisi faktual yang ada, IPC
sebagai salah satu perusahaan yang sedang bertransformasi dalam banyak hal,
idealnya mampu menciptakan peluang bagi talent-talent
yang ada untuk berkembang dan membuat mereka merasa excited dalam bekerja karena sesuai dengan talent yang mereka miliki. Hingga harapannya, exciting enterprise yang kini dikembangkan lewat culture transformation IPC dapat menjadi kenyataan dan tak sekedar
slogan semata.