Sunday, 20 November 2011

[FF] A Letter from Jannah.

Ia pun mulai menulis

Bismillah
Aku tak tahu, apakah karena amalku atau memang Allah memberikan Rahmat pada siapa saja yang dikehendakiNya. Tapi satu yang pasti, Aku tahu persis siapa diriku sesungguhnya.


Aku bukan muslim yang 'taat taat' amat, kalau dibandingkan dengan saudaraku yang itu (ia sedang duduk bertelekan permadani di bawah pohon apel yang rindang), mungkin aku tidak ada apa apanya, dia sudah jelas, cap kesholehan seperti sudah tercetak di dahinya.

Tapi kalau Aku? sholat shubuh saja terkadang telat, sholat malam pun tak semalam suntuk, shodaqoh pun jarang jarang, puasa kalau ingat. Aku pun paham, amal yang dicintai Allah adalah amal yang berkesinambungan walau sedikit, tapi apa daya, terkadang karena satu dan lain hal, Aku tak rutin mengerjakan amalan itu.

Seperti saat Aku dulu berhasil mengerjakan full sholat malam selama 3 bulan, wah bahagianya, tergambar betapa betapa besar rahmat yang mungkin kudapatkan dariNya. Tapi di suatu saat, Aku lalai, tertidur dan bablas sampai adzan shubuh. Awalnya Aku kecewa dengan diriku, mengapa amalan yang mulia itu sampai terlalaikan, Namun Akupun berkaca diri. oh mungkin Ia menegurku dengan kelalaian, agar benih kesombongan di hatiku tak tumbuh subur dan mengakar. Tak pantaslah Aku menyombongkan diri dengan amalku, sempurnanya Amal mutlak kehendak dariNya. Akhirnya pun Aku bersyukur dan memaknai kejadian ini sebagai bentuk kasih sayangNya padaku. dan Akupun memulai lagi, mencoba konsisten dalam qiyam di malam hari.

hm.. disana, dibalik bukit itu, terdapat sebuah Istana, Ia yang maha kuasa memberikannya untukku. Aku pun menebak nebak, sebab apa aku mendapatkan istana itu. Tak butuh waktu lama, Ia memberi tahu bahwa tiap penghuni tempat ini, layak mendapatkannya. Akupun tak henti-hentinya bersyukur, betapa Ia memuliakanku dengan Istana yang megah itu, tapi bagiku, istana itu tak berarti apa apa dibandingkan sebuah kenyataan, ternyata Ia ridha terhadapku, ah betapa senangnya, ternyata cintaku padaNya tak bertepuk sebelah tangan.

Dulu, aku berharap amalku akan menyelamatkanku dan membuatku bahagia disana kelak. Maka tak henti-hentinya aku beramal sholih dan mengharapkan pahala yang banyak. Namun lambat laun, kurasakan lelah yang sangat, jemu yang menyerang, dan kebosanan pun muncul. Apa gerangan yang terjadi? apakah imanku sedang turun? ataukah ini biasa terjadi pada pengamal sholih yang lain?

Akupun mencoba melihat pada sosok ibadurahman di zaman Rasulullah, Sahabat Radhiallahuanhum. Apakah mereka juga pernah bosan? apakah mereka pernah jemu? dari buku dan informasi yang kudapat, tak ada rasa itu pada diri mereka. Lalu mengapa mereka tak lelah dan tak jemu? apa sebabnya? apa karena mereka hidup di zaman rasul? tapi mengapa para salafushalih yang lain di kalangan tabiin, tabiut tabiin bisa seperti mereka?

Lalu kudapatkan sebuah kisah, tentang Sahabat Umar Radhiallahuanhu, Alfaruq dan khalifah terjaya dalam sejarah Islam. Dalam sejarah hidupnya, Umar tak henti-hentinya merasa khawatir dan resah dengan amal-amalnya, disatu sisi berharap amalnya diterima, dan di sisi yang lain takut amalnya tertolak. Padahal ia termasuk orang yang dijamin masuk surga. Kalau aku jadi Umar mungkin aku bahagia dijamin surga, tapi ia malah khawatir, seolah tak begitu saja menerima berita itu. Mungkin baginya kabar itu hanya sebagai penghibur semata, karena sesungguhnya ia malah semakin rajin beribadah. Ah.. baginya berita itu tak lebih dari sekedar kabar, karena ia takkan pernah tahu apakah tuhannya ridho dan cinta padanya sebelum ajal menjemput dan jasad bersimbah tanah.

Pantas saja Umar semakin taat, baginya beramal sholih itu semata mencari keridhoan Tuhannya, mungkin ini yang disebut ikhlas. Semakin banyak ia beramal sholih, ia pun berharap tuhannya makin ridho padanya. Tentu saja, beramal seperti ini lah yang membuat Umar tak jemu pada tuhannya, apalagi bosan, yang ada malah kecintaan yang makin mendalam. Baginya ridho dan cinta dari Tuhannya adalah semata yang ia harapkan.

maka sejak saat itu, akupun mencoba meniru Umar, tak ada salahnya kan meniru seseorang? apalagi orang sekelas Umar. Mencoba beramal dengan harap dan ikhlas, beramal yang diiringi keresahan. Berharap cintaku berbalas, dan Ia pun membalas dengan keridhoanNya. Semakin lama, semakin nikmat yang kurasa. Ya Rabb, betapa yang hamba harapkan adalah RidhoMu.

Suatu saat, kepastian itupun datang menjemput. ia datang dengan wajah tersenyum, betapapun tenangnya saat-saat itu, tapi bagiku, tetap saja saat-saat itu adalah saat-saat yang tak terkira sakitnya, tak pernah kubayangkan akan seperti ini perihnya.

hm.. kini, Aku tak tahu apakah kalian disana bisa membaca surat ini, tapi kuyakin, tiap saat kehidupan kalian disana, maksimalkan untuk meraih cintaNya, karena sesungguhnya, Ia adalah tujuan kita. Allahu ghoyatuna.

Sang penghuni pun memasukkan kertas itu pada sebuah amplop dan disimpannya di suatu tempat. Surat itu tak pernah terkirim.



Thursday, 29 September 2011

Tips dan Trik Melamar Pekerjaan

Bismillah.

Biasanya, hiruk pikuk kejayaan pasca kelulusan hanya bertahan paling lama 2 bulan. Selebihnya para Sarjana kembali pada kegalauan akibat kevakuman aktivitas. Ada yang memilih untuk menganggur dulu dan menikmati kebebasan sesaat, ada yang memilih untuk ber-freelance ria tanpa jam kerja yang tetap, ada yang langsung melanjutkan S2, dan yang paling sering, langsung berganti profesi menjadi jobseeker.

Sebagai jobseeker dan dalam hal ini statusnya masih fresh graduate atau blom berpengalaman, sulit bagi mereka untuk bisa bersaing memperebutkan posisi yang strategis dan keren. Biasanya perusahaan memprioritaskan jobseeker yang berpengalaman beberapa tahun di suatu posisi atau jabatan.

Ada dua jalur karir yang bisa ditempuh oleh jobseeker fresh graduate, via Manajemen trainee (MT), atau via jalur regular. Pertama, melalui jalur MT, dimana jobseeker fresh graduate akan diproyeksikan menjadi manajer ataupun asisten manajer pada suatu perusahaan dengan proses training dan mentoring dengan jangka waktu tertentu, outputnya diharapkan para jobseeker fresh graduate akan mempunyai skill dan kompetensi yang sebanding dengan pegawai berpengalaman karena proses training tersebut. Kelebihan jalur MT ini adalah jalur karir yang cepat sebagai leader dalam perusahaan dan pastinya gaji yang lebih besar dibandingkan jalur kerja yang lain.

Kedua adalah melalui jalur regular, jalur regular ini maksudnya adalah melamar pekerjaan sebagai staf atau pegawai pada perusahaan dengan status entry level atau bahasa lainnya jadi bawahan dulu. Beberapa perusahaan ada yang berbaik hati dengan langsung mengontrak si calon pegawai sebagai karyawan dengan masa kontrak sekian bulan, biasanya setahun sebelum diangkat menjadi pegawai tetap, atau bila si perusahaan agak ‘pelit’ biasanya si calon pegawai di outsourcing dulu dengan pihak ketiga, intinya gak langsung dikontrak oleh perusahaan tersebut. Kelebihannya, hm.. kalau dicari kelebihannya mungkin agak sulit, tapi yang jelas pada jalur ini, si jobseeker fresh graduate bakal banyak mendapatkan pengalaman berkaitan hal-hal yang teknis seperti foto copy, ngefaks, input laporan dan lain lain. Sehingga nanti klo udah jadi atasan bakal lebih wise. Kekurangannya, lama naek jabatannya. Sarannya adalah, jangan lama-lama di posisi itu, cepet-cepet pindah kalau dirasakan sudah dapat manfaat banyak atau pengalaman, ya setahun dua tahun lah. Selepas itu cari yang lebih bonafid berbekal pengalaman di tempat lama.

Selanjutnya, dalam melamar pekerjaan, kita ibarat menjual ‘diri’ kita pada perusahaan. Apa skill yang kita punya dan apa kompetensi yang kita punya untuk dapat dilirik perusahaan dan dibeli perusahaan. Biasanya cara gampang promosi diri adalah via Curriculum Vitae (CV). Hm.. biasanya kalau masih jadi mahasiswa ya, banyak tuh yang bangga CV nya bisa berlembar lembar, semuaaaa pengalaman organisasi ditulis, semua pengalaman seminar ditulis, semua kursus di tulis, sampe juara makan kerupuk tingkat RT juga ditulis, pokoknya lengkap deh dari SD sampe lulus kuliah. Tapi tunggu dulu, hal itu tidak menjamin si perusahaan merasa kagum dengan kita, Tidaak..!. FYI ya, HR Recruitment perusahaan itu tiap hari rata-rata menerima berkas lamaran berupa CV dan surat lamaran 20-30 buah perhari, bahkan ada yang 50 buah perhari. Bayangkan segitu banyaknya berkas lamaran, dan sepertinya gak mungkin mereka meluangkan waktu membaca dengan detail CV kita yang berlembar-lembar.

Ada beberapa tips dalam menulis CV yang efektif, pertama, Tuliskan dengan singkat nama dan informasi kita secara umum di bagian atas sebagai judul CV, seperti nama, fakultas, lulusan universitas, nomor telepon, dan foto, lebih bagus lagi tulis disitu juga IPK kita (kalau dirasakan bisa menjual). Kedua, dibagian awal CV tulis semacam resume tentang diri kita secara singkat, misalnya

Saya adalah lulusan Psikologi universitas Indonesia dengan IPK 3,54 (misalnya) berpengalaman memegang alat tes psikologi diantara projective tes dan intelligence Test serta memiliki kemampuan interview dan observational skill. Mampu bekerja secara tim, dapat bekerja di bawah tekanan, pekerja keras dan memiliki motivasi internal yang tinggi.

Selanjutnya tuliskan pengalaman kerja kita (Kalau udah punya) yang relevan dengan perusahaan yang kita tuju, kalau dirasakan gak relevan ya gak papa sih ditulis juga, up to you lah. Atau bisa juga dituliskan prestasi kita yang dibanggakan seperti juara 1 lomba karya tulis, atau juara 1 lomba debat, dan lainnya. Pokoknya taruh dibagian atas ini, hal-hal yang terbaik dari diri kita, contoh urutannya begini :

dibagian awal tulis pengalaman kerja, atau kalau gak ada ya prestasi kita, lalu skill dan kemampuan kita, lalu kursus dan training yang pernah diikuti, pengalaman organisasi, dan baru yang terakhir, tuliskan data diri kita, dari nama, tempat tanggal lahir, alamat, dan lainnya, jangan tuliskan hal-hal ini di awal CV, percuma juga, karena HR Recruitment gak mau kenalan juga sama kita, maka jangan kepedean menaruh personal information di bagian awal. Hehe untuk urusan estetika dari CV tersebut tergantung kita, mau diberi hiasan yang berlimpah juga boleh, asal jangan terlalu mencolok, yang simple aja, setidaknya membuat kita terkesan elegan dan serius (intinya, nulis CV itu jangan kebanyakan dan kepanjangan, biar dikit yang penting relevan, karena si HR Recruitment juga gak bakal baca CV kita sampai habis).

Selanjutnya surat lamaran, untuk surat lamaran biasanya tidak terlalu rumit, asalkan disana tercantum jelas maksud dan tujuan kita melamar pekerjaan tersebut, jangan lupa juga tuliskan posisi apa yang kita tuju. Untuk bahasa juga tidak terlalu masalah apakah memakai bahasa inggris atau Indonesia, tergantung perusahaannya, kalau perusahaan asing, baiknya kita memakai bahasa inggris, tapi perlu diingat, kita pun harus mempersiapkan diri ketika nanti diundang interview memakai bahasa inggris atau asing. Tentunya kita sudah tau konsekuensi untuk hal ini.

Selanjutnya, ya tinggal tunggu saja panggilan interview atau psikotes. Biasanya sih interview dulu dengan HR atau dengan user, fleksibel. Kalau misalnya diundang interview, kita harus mempersiapkan diri dengan baik. Lihat dulu profile perusahaannya seperti apa, bergerak dibidang apa, dan lain sebagainya, biasanya bisa dilihat melalui website perusahaan tersebut. Untuk entry level atau untuk posisi staff yang masih fresh graduate, biasanya pertanyaan berkisar tentang motivasi kerja, semangat kerja, kemauan dalam bekerja, biasanya tentang skill ataupun kompetensi tertentu jarang ditanyakan walau tidak tertutup kemungkinan hal ini akan ditanyakan juga. Lalu, siapkan pula penampilan kita dengan baik, setidaknya pakai kemeja dan celana bahan serta sepatu, kalau perempuan bisa pakai blazer atau setidaknya pakaian yang rapih dan sopan. Standar orang kantoran lah. Upayakan hadir 1 jam sebelum interview berlangsung, atau paling lambat setengah jam sebelum interview berlangsung. Hal ini agar kita dapat mempersiapkan diri dengan baik, mengatur nafas, mengatur penampilan, mencuci muka kalau yang naik motor dan lain sebagainya, intinya agar kita bisa menenangkan diri dulu. Ketika interview berlangsung duduk yang nyaman dan tegap, atur nafas dengan teratur, jernihkan pikiran dan hapus segala prasangka, nothing to lose, apapun yang terjadi kerahkan kemampuan terbaik kita, jawab seideal dan sebaik mungkin, insyaAllah kalau rezeki gak akan lari. Hehe.

Setelah selesai interview, biasanya dilanjutkan dengan psikotes. Psikotes itu biasanya mengukur 3 aspek, aspek intelegensi, aspek sikap kerja, dan aspek kepribadian. Kalau aspek intelegensi alat tesnya antara lain CFIT, SIT, alat tes yang ada hitungan, menyusun gambar, menyusun pola gambar, mencari perbedaan, dan lain lain. Untuk aspek intelegensi ini, intinya tenang dalam mengerjakan, jangan nervous, santai saja, kalau nervous justru pikiran kita akan blank, kerjakan dengan baik dan sesempurna mungkin, kalau udah lulus S1 ya setidaknya yang kayak beginian bisa lolos lah, asal tenang dalam mengerjakan.

Yang kedua adalah aspek sikap kerja. Aspek sikap kerja ini alat tesnya antara lain Pauli dan kraeplin. Pernah melihat kertas Koran yang besaar dan berisi angka angka? Nah seperti itulah alat tes tersebut, itu namanya Pauli. Cara mengerjakannya sederhana, menjumlahkan dua angka yang berdekatan secara kontinu dan terus menerus sampai waktunya selesai, biasanya kita disuruh menggaris di angka terakhir yang kita kerjakan kalau ada aba-aba “Garis” dari instruktur tes. Kalau kraeplin biasanya kita disuruh berpindah ke garis yang lain kalau ada aba-aba “Pindah” dan menjumlahkan angka dari atas ke bawah. Tes ini intinya mengukur sejauh mana tempo kita dalam bekerja, ketelitian kita, konsentrasi, potensi dan ketahanan kerja kita. Dalam mengerjakan tes ini, kita harus konsentrasi penuh dan jangan terpengaruh dengan berbagai gangguan, focus dalam mengerjakan dan sebisa mungkin pertahankan kinerja kita dalam menghitung.

Yang ketiga adalah aspek kepribadian. Alat tesnya biasanya terbagi menjadi dua jenis, berbentuk inventory tes dan projective tes. Inventory tes itu alat tes berupa kuesioner dan tersusun atas beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta sesuai dengan apa yang ia rasakan saat itu, sesuai dengan kondisi actual dari peserta. Alat tesnya antara lain DISC, Papi kostic, MBTI, dll. Sedangkan proyective tes itu tes dimana peserta diminta untuk mengerjakan sesuatu yang diminta oleh instruktur tes, biasanya diminta untuk menggambar sesuatu, menjawab sesuatu (atau memilih sesuatu). Alat tesnya antara lain DAP (draw a person), Wartegg tes, HTP (House tree person), Rorschach tes, dll. Kedua alat tes ini, sulit dimanipulasi dan dipelajari, karena tidak ada standar baku baik atau buruk, benar atau salah, apalagi alat tes ini sudah dinyatakan valid, jadi insyaAllah hasilnya pun sesuai dengan kondisi kepribadian dari peserta,intinya adalah kerjakan saja dengan baik dan berdoa. Hehe..

Okeh. Mungkin sekian dulu dari saya, mungkin nanti kapan-kapan bisa saya lanjutkan dengan tips dan trik lainnya berkenaan karir dan pekerjaan.. salaam..

Tuesday, 23 August 2011

iseng-iseng analisis hadits

Bismillah.

Dulu ketika SMA, saya beserta beberapa orang kawan, pernah berlagak menjadi ulama pentakhrij hadits (jyaah). Tentunya kami bukan bermaksud mengecilkan peran ulama, tapi hanya sebuah ulah dari anak muda labil yang bersemangat mengkaji islam. Ketika kami mengingat lagi masa itu, sungguh lucu, baru-baru kenal agama eh udah sok menganalisa hadits. hehe

Awalnya kami hanya ngobrol2 dan berdiskusi ringan tentang beberapa hadits, hingga kami berkesimpulan, “nih kalau dua hadits ini dianggap shohih, atau bahkan hasan saja, pasti banyak kemudharatan akibat hadits ini” #sungguh sebuah pernyataan yang tidak dapat dipertanggunjawabkan. Dua hadits yang kami maksud itu adalah hadits mengenai bulan ramadhan yang dibagi menjadi 3 bagian dan jihad akbar melawan hawa nafsu. Oh iya, ketika kami membahas mengenai kedua hadits ini, kami sama sekali belum mengetahui tentang derajat hadits tersebut.

Hadits yang pertama, tentang pembagian ramadhan menjadi 3 bagian, sebuah hadits yang cukup populer di kalangan umat islam. Begini kira2 redaksi lengkapnya dari hadits tersebut.
“Wahai manusia, sungguh bulan yang agung telah datang (menaungi)
kalian, bulan yang di dalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik dari
seribu bulan, Allah menjadikan puasa (pada bulan itu) sebagai satu kewajiban
dan menjadikan shalat malamnya sebagai amalan sunnah. Barangsiapa yang
mendekatkan diri pada bulan tersebut dengan (mengharapkan) suatu kebaikan,
maka sama (nilainya) dengan menunaikan perkara yang wajib pada bulan yang
lain .... Inilah bulan yang awalnya adalah rahmat, pertengahannya ampunan
dan akhirnya adalah merupakan pembebasan dari api neraka ....(HR Ibnu Khuzaimah)" sampai selesai. Karena hadits ini cukup panjang, maka saya potong2 saja.

Menurut kami ada beberapa hal dalam hadits ini yang tumpang tindih, yang pertama, bila bagian awal ramadhan adalah rahmat berarti rahmat Allah hanya turun di sepertiga awal bagian ramadhan saja?sedangkan 2 per 3 lainnya tidak ada?, yang kedua, bila pertengahan ramadhan adalah ampunan, dan sepertiga bagian terakhir adalah pembebasan api neraka, bukannya ampunan dari Allah itu menyebabkan seorang hamba terbebas dari api neraka? Lalu bukannya terbebas dari api neraka merupakan salah satu rahmat dari Allah?. Banyak hal yang ganjil dari matan hadits ini dan memang setelah kami meneliti dari beberapa sumber, ternyata hadits ini tergolong dhaif (lemah) dari sisi sanad, karena salah satu perawi yaitu Ali Bin Zaid dikenal dengan hafalannya yang jelek.

Hadits yang kedua, tentang jihad melawan hawa nafsu. Hadits ini cukup populer juga di bulan ramadhan, karena sejatinya di bulan ramadhan ini hawa nafsu manusia banyak dikekang. Begini kira2 redaksi lengkap dari hadits tersebut.
“Yahya Ibnu al ‘Ala’ berkata, Kami mendapatkan kabar dari Laith dari ‘Ata’, dari Abu Rabah, dari Jabir mengatakan bahwa, “Sekembalinya Nabi saw dari perang, Beliau mengatakan kepada kami, “Telah datang kepadamu berita yang baik, kamu datang dari jihad yang rendah kepada jihad yang lebih besar yaitu seorang hamba Allah yang berjuang melawan hawa nafsunya”

Saat kami membaca hadits ini, kami pun melihat tidak ada yang salah dari sisi matan, karena memang, banyak hadits dan anjuran Rasul untuk membatasi hawa nafsu. Tapi kami melihat hadits ini bercerita bahwa sekembalinya rasul dari perang beliau mengatakan bahwa ada jihad yang paling besar dibandingkan jihad berperang. Menurut kami sesuatu yang sungguh diluar nalar bila seorang yang berjihad dengan taruhan nyawa yang cuma satu-satunya ini dikerdilkan dengan jihad yang sifatnya infirodi (individual) yang risikonya tidak besar. Nyawa manusia itu cuma satu, dan bila dia rela mengorbankannya untuk sesuatu pastinya sesuatu itu sangat dicintainya, seseorang yang merelakan hidupnya untuk dzat yang dicintainya, yaitu Allah subhanahu wataala. Tak banyak orang yang bisa mencapai level keimanan sampai setinggi ini. lalu setelah kami mengecek dari beberapa sumber, ternyata hadits ini tergolong dhaif karena menurut Ibnu Hajar Rahimahullah, salah seorang periwayatnya, yaitu Yahya ibnu Al’ala terkenal sebagai pemalsu hadits.

Mungkin itu sekelumit aktivitas saya dulu, iseng-iseng menalar hadits, semoga aktivitas kami tidak menimbulkan banyak mudharat, karena kami yakin, Islam dan Akal berjalan beriringan maka tidak salah bila kami berpikir lebih dalam tentang beberapa hal dalam agama ini.

Wallahualam

Thursday, 18 August 2011

Alina.. #1

Medio 2003

Tenang, tenang, Cuma beberapa hari, gak sampai seminggu..mereka bukan harimau yang akan memangsamu Ga, mereka Cuma anak-anak baru yang masih polos, jadi santai saja.. tarik nafas dalam-dalam. Ketika nanti berdiri di depan kelas, jangan tatap mata mereka, pandanglah hanya bagian atas mata sampai ke kepala. Lalu bicaralah sesuai apa yang ada di pikiranmu.

Berulang kali dialog itu berlangsung, antara Rangga dan dirinya. Rangga tahu, tugas ini memang berat, tapi ia sadar hanya lewat tugas ini, penyakitnya akan sembuh. Rangga menyebutnya sebagai penyakit, mungkin bukan hal yang serius bagi beberapa orang, tapi bagi Rangga, penyakit ini membebaninya.

Medio 2002

Semua bermula saat ia masuk ke sekolah ini, sekolah favorit di kotanya. Sekolah yang sama dengan kedua orang kakaknya yang kini duduk di kelas 2 dan 3. Baginya, bukan sebuah hal yang menguntungkan memiliki kakak yang terkenal seantero sekolah.
“eh kamu adeknya Rony dan Roy ya? Wah.. jago maen futsal donk?” 
“eh adeknya Roy nih, ajak masuk tim basket aja”
“eh adeknya Rony ya? Bla blab la..” dan berbagai ekspresi kekaguman serta keheranan, bahkan ada beberapa orang anak perempuan yang meminta nomer telepon rumahnya.
“Kamu? Adeknya Rony? Boleh minta nomer telpon rumah kamu gak?” aiih..

Baiklah, baginya itu masih dalam batas kewajaran, toh dirinya jadi mudah dikenali di satu angkatan karena adik dari bintang sekolah. Namun, hal ini berakibat buruk, karena bila ada tugas, acara, ataupun yang lainnya, pasti dirinya yang menjadi ‘tumbal’, ya benar sekali, ‘tumbal’

“baiklah, kini tugas membacakan pidato di depan kelas, siapa yang mau mencoba?” serentak anak-anak di kelas menjawab “ Rangga saja Pak..!”
“oh rangga, adiknya Rony kan? Rony tuh jago loh klo ngomong di depan umum, Ayo coba maju ke depan”
Dengan langkah gemetar Rangga maju ke depan kelas, keringat dingin mulai bermunculan, berdiri tegap pun ia serasa tak sanggup. Kini ia mematung di depan kelas, mata-mata mereka, mata yang serasa menusuk tajam, ia serasa diadili, tak sepatah katapun keluar dari mulutnya hingga 20 puluh menit berlalu, beruntung bel berbunyi menyelamatkannya, pelajaran berakhir dengan bisik-bisik yang tidak mengenakkan di antara anak-anak sekelas.

“abangnya padahal jago banget klo ngomong, eh masa adeknya gelagapan klo ngomong di depan kelas”
“ah masa sih? Beda banget donk sama abangnya”

Kesal, marah, malu, semua bercampur jadi satu. Demam panggung membuatnya muak. Rangga sadar, ia tak sehebat Rony dalam berdialektika, atau Roy dalam berolahraga, tapi ia tahu, ia punya potensi, dan ia tak mau potensinya terhalang hanya karena sulit berbicara di depan khalayak.

**
Medio 2003

“Lu serius Ga?”
“iya Gw serius, kenapa? Gw gak boleh ikutan?”
“ah nggak, gak kenapa-kenapa, tapi lo yakin demam panggung lo gak jadi masalah nantinya?”
Ah pertanyaan itu lagi
“udah lah, lo gak usah mikirin gw, lo catet aja nama gw disana, pokoknya gw mau ikut seleksi pendamping kelas buat murid-murid baru”

Dengan sedikit kenekatan, Rangga memberanikan diri untuk mendaftar sebagai pendamping kelas bagi siswa siswi baru di sekolah itu. Pendamping kelas bertugas sebagai mentor dan pemandu selama masa orientasi sekolah. Disana pendamping kelas harus dapat membangkitkan motivasi dari siswa siswi baru, mengarahkan mereka, menjadi teman bagi mereka, dan semua itu diawali dengan berbicara di depan kelas, di hadapan siswa siswi baru. Sebuah tantangan yang dianggap sebagai obat mujarab bagi Rangga, karena baginya satu-satunya cara untuk sembuh adalah dengan menceburkan diri dalam ketakutan itu.

Seleksi pendamping kelas sebenernya bukan sebuah seleksi yang lazim pada umumnya, karena faktanya, tak lebih dari 10 orang yang mendaftar. Mungkin karena malas, atau karena merasa tak mampu jadi hanya segelintir orang saja yang mendaftar. Terpaksa panitia seleksi memohon, meminta dan merajuk pada beberapa orang agar mau ikut dalam seleksi ini, dan akhirnya terpilih lah 12 pasang pendamping kelas yang praktis lolos langsung tanpa seleksi.

Hari itu pun datang, Berbekal pelatihan singkat alakadarnya Rangga maju sebagai pendamping kelas bersama dengan rekannya, Ani, teman seangkatannya. Upacara penyambutan Siswa siswi baru di lapangan serasa hampa, Rangga fokus pada performancenya nanti di hadapan adik adik kelasnya. Tenang tenang, santai saja.
“ya perkenalkan di hadapan kalian ini, adalah kakak kakak pendamping kelas yang akan memandu dan menjadi tempat kalian bertanya selama masa orientasi, tidak tertutup kemungkinan juga setelah masa orientasi bila ada hal2 yang membuat kalian bingung, bisa kalian tanyakan pada mereka”
Kepala sekolah memperkenalkan Rangga dan para pendamping kelas lainnya, di hadapan siswa siswi baru, degh. Rangga merasakan Jantungnya berdegup cepat, tatapan mereka membuatnya kehilangan konsentrasi. Tidak tidak boleh, aku harus bisa.

“sekarang, kepada kakak kakak pendamping kelas, silahkan menuju barisan kelas yang sudah ditentukan”
Para pendamping kelas pun beranjak berjalan menuju barisan kelas masing-masing, Rangga dan Ani ditugaskan mendampingi kelas 1.D, Rangga berdiri di samping barisan kelas di bagian depan. Upacara penyambutan masih berlangsung yang dilanjutkan dengan sambutan dari bapak walikota.
“kak, nervous ya?”deg.. Sontak sindiran itu mengejutkan Rangga, ia mencoba melihat siapa siswi yang iseng menanyakan hal itu, tapi dia berada di belakang Rangga. Dengan situasi upacara yang masih berlangsung, sulit bagi Rangga menengok ke belakang.
“ah gak kok, biasa aja,” rangga hanya menjawab sekenanya
“keliatan kok dari muka kakak, pucat gitu, sakit ya kak, ini saya punya obat klo mau”
“ah gak usah, saya baik baik aja kok”
“oh yaudah”
Bapak walikota sepertinya orang yang sangat suka berbicara, 1 jam sudah berlalu, tapi beliau masih asik dengan pidatonya. Rangga tidak sabar melihat siapa murid yang jeli melihat kegugupannya itu.

Upacara pun selesai, dengan segera Rangga membalikkan tubuhnya.
“halo kak, ini obatnya, tapi cuma parasetamol”
Sebuah tangan kecil terulur memberikan sebungkus obat. Seorang anak perempuan bermata bulat, berambut pendek dengan alis tebal berjajar rapi di atas kelopak matanya, anak yang manis.
“oh iya, makasih” Rangga pun mengambil obat itu.
“katanya gak mau, tapi diambil juga kak..hehe”
“eh..eh..itu, anu, ya, gapapalah, lumayan, gratis”Sial,jadi salah tingkah gini
“oh iya, nama saya Alin, Alina, kakak kak Rangga kan?”
“loh kok tau? Saya kan blom memperkenalkan diri?”
“itu di saku kakak”, Alin menunjuk sebuah name tag yang tersangkut di saku Rangga, tertulis jelas sebuah nama.
“oh iya, saya lupa klo udah make name tag,eh..hm..oke, klo gitu, kita jalan, ayo semua, kita ke kelas.” ada nada kegugupan dalam suara Rangga, Alin benar-benar telah membuatnya hilang konsentrasi.
Rangga pun berjalan mengikuti murid murid baru itu dari belakang, dari kejauhan ia menatap sembari bergumam. Alin

Tuesday, 16 August 2011

Jejaring Alumni PPSDMS

Bismillah

Suatu waktu saya pernah ditanya, pengalaman apa yang paling berharga semasa anda kuliah. Pengalaman paling berharga? Hm.. banyak pengalaman berharga yang saya rasakan ketika kuliah, perubahan paradigma berpikir, kesempatan berinteraksi dengan sesama mahasiswa sekampus, menjadi bagian dari gerakan perubahan, dan banyak hal lainnya, tapi ada satu hal yang mungkin paling berkesan bagi saya, pengalaman 2 tahun sebagai peserta beasiswa pembinaan PPSDMS Nurul Fikri.

Sebagaimana umumnya beasiswa, PPSDMS memberikan bantuan finansial kepada pesertanya berupa uang beasiswa yang diberikan tiap bulan. Namun bagi saya pribadi, ada hal yang paling berharga dari sekedar uang beasiswa, yakni jejaring. Iya jejaring yang kami bangun sebagai keluarga besar PPSDMS.

Kami dibentuk dan dibina pada sebuah asrama pembinaan, disana kami diberikan berbagai materi baik ruhiyah maupun jasmani. Kesempatan mendapatkan pelatihan dan pembinaan diri merupakan hal yang sangat berharga bagi saya, karena secara umum ada semacam quantum leap (lompatan quantum) yang saya rasakan, ada sebuah peningkatan kualitas diri. Namun hal ini bukan menjadi faktor yang paling penting bagi saya, karena bagi saya pribadi, peningkatan kualitas diri bisa dipelajari di tempat lain, bukan hanya di ppsdms, lalu apa faktor yang paling penting itu?, faktor itu adalah faktor nilai (value) yang ditanamkan kepada kami.

Bukan, bukan indoktrinasi, tapi penghayatan atas nilai yang kini lambat laun tergerus derasnya modernisasi. Nilai nilai religius, kebangsaan, dan pengorbanan. Tiap hari bahkan tiap saat kami diajak untuk sama-sama memahami dan menghayati apa sebenarnya makna dari nilai-nilai itu, apa pentingnya pengorbanan untuk bangsa dan agama ini, apa manfaat nya bagi bangsa dan ummat, dan apa peran kita disana. Terus menerus kami diajak untuk memahami dan memaknainya sehingga kami sadar bahwa tanggung jawab membangun bangsa ini di masa depan adalah tanggung jawab kami, para pemuda yang kelak akan menerima estafet kepemimpinan bangsa ini.

Karenanya kami sadar, bahwa kami harus bersama-sama, dengan seluruh komponen bangsa untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik, maka dari itu kami pun sepakat membangun jejaring yang mengatasnamakan alumni PPSDMS. Jejaring ini memiliki banyak makna bagi saya, dengan satu nilai, satu visi, dan satu tujuan, yang diikat dalam satu korps membuat kami dapat membangun kekuatan perubahan atas segala potensi yang dimiliki tiap individu dalam satu korps. Lihatlah Jesuit, program pembinaan sdm kader katolik, yang tahun lalu merayakan ultahnya yang ke 100. kini Jesuit menebarkan alumninya di hampir 200 negara di dunia dengan jumlah alumni lebih dari 2000 orang yang tersebar di ratusan institusi bergengsi di dunia. Dimana bila mereka berkumpul, hampir dapat dipastikan mempengaruhi peta politik, social dan budaya di dunia.

Begitu pula harapan kami, suatu saat, 30 tahun kemudian, kami berkumpul lagi di dalam sebuah konferensi tingkat nasional dengan jumlah alumni seribu orang lebih, dimana sebagian besar diantaranya telah berhasil menjadi teknokrat handal, banker brilian, negarawan yang bijak, politikus berintegritas, dan pengusaha yang sukses. Dengan satu visi dan satu cita, bergeraknya kami diharapkan dapat membuat perubahan bagi negeri ini, Semoga. Mungkin terdengar utopis, tapi kami yakin Alloh beserta prasangka hambanya.

Nb.
  1. PPSDMS baru ada di 5 regional di Indonesia, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Bogor. Rencananya kami akan terus membuka perwakilan di seluruh wilayah Indonesia.
  2. Alumni PPSDMS kini berjumlah 395 alumni dari 5 regional dan 4 angkatan.
  3. sebagian diantaranya telah menjadi pengusaha muda, diplomat, dan professional di bidangnya.

Monday, 15 August 2011

DPO Yang Sempat Singgah di Perusahaan Saya

Bismillah

Posisi dan jabatannya lumayan tinggi, staf khusus direksi, siapa yang menyangsikan bahwa posisi itu bisa dibilang bergengsi. Tapi ada suatu keanehan, dia bersedia dikontrak selama setahun oleh perusahaan tanpa kejelasan apakah ia bisa diangkat menjadi pegawai tetap atau tidak. Saya bingung, untuk kapasitas orang yang berpengalaman sepertinya, mau dan tanpa banyak alasan, menerima sodoran kontrak dari perusahaan. Sayapun belum tentu mau disodori kontrak seperti itu,perbandingannya adalah Saya saja yang cuma level officer dan pengalaman yang minim dikontrak permanent dengan probation 3 bulan sebelum diangkat menjadi pegawai tetap.

Saya dan dirinya masuk hampir berbarengan, lebih cepat saya seminggu. Dan selama berinteraksi tak ada yang aneh dari dirinya, bahkan ia cenderung ramah dan cepat bergaul dengan orang-orang. Karena tugasnya sebagai staf khusus direksi, membuat dirinya lebih sering keluar kota untuk dinas, katanya sih dalam rangka OJT (on job training).

Beberapa minggu berlalu sampai di penghujung bulan kedua, saya mendapat kabar bahwa dia mengundurkan diri, loh? Ada apa nih? Pasti ada masalah. Dan ternyata benar, dia memiliki masalah dengan beberapa orang di kantor sehingga memutuskan untuk keluar. Permasalahannya pun unik, selama ia berpergian keluar kota dalam rangka dinas, teryata ia meminjam sejumlah uang pada beberapa orang di beberapa kantor cabang. Besarnya pun beragam, dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah. Alasannya dia ingin mengembangkan bisnisnya jadi butuh modal dan berjanji akan mengembalikannya bila bisnisnya berhasil, alasan yang sama ke setiap orang. Ketika diminta untuk mengembalikan uangnya, alasannya bermacam-macam, bisnisnya belum berhasil, atau uangnya habis ditipu orang, atau anaknya sakit jadi terpakai, dan lain sebagainya. Mungkin tak tahan ditagih, ia keluar per tanggal 10 Agustus 2011.

Secara umum, saya melihat ia orang yang cukup mapan dari segi ekonomi, bisa dilihat dari Honda jazz keluaran tahun 2005 dan jam tangan bermerk yang melingkar di tangannya. Jadi bisa dibilang basic neednya telah terpenuhi bahkan berlebih. Lalu apa kira-kira motifnya meminjam? Apa karena pola hidupnya yang mewah sehingga ia butuh banyak uang untuk memenuhi kebutuhanya?, saya pun iseng mengetik namanya via om google dan ternyata banyak sekali berita tentang dirinya yang beredar di dunia maya, ini salah satu linknya


wow, ternyata dia sudah seperti buronan, dicari-cari oleh banyak orang karena modusnya yang sama, meminjam sejumlah uang dan susah (baca:tidak mau) mengembalikannya. Mungkin ini bisa menjadi feed back bagi perusahaan saya dan perusahaan lainnya, ada baiknya kalau mau menerima pegawai cross check reference dulu, bagaimana track recordnya, setidaknya check via google dulu, jangan-jangan tuh orang sebenernya sudah masuk DPO Interpol #ngaco.

Nb. Saya masih bingung sebenernya kenapa tuh orang bisa lolos di perusahaan saya. Maen dukun ? gak tau dah

Pola Kerja Di Tempat Baru

Bismillah

Dulu ketika ngantor di tempat yang lama (bank siang malem), hampir sebagian besar waktu saya di habiskan di kantor. Teorinya saya masuk jam 8 pulang jam 5, tapi kenyataannya masuk jam 7.45 pulang diatas maghrib, itupun kalau beruntung, seringnya pulang di atas jam 7 malem. Lalu dari sisi load pekerjaan, dengan anggota tim yang berjumlah 6 orang yang ditugaskan mengurus rekrutmen dengan kebutuhan seribu pegawai per tahun, bisa dibayangkan, bagaimana jungkir baliknya kami memenuhi kebutuhan pegawai di cabang-cabang selindo.

Itu kalau saya berada di kantor, tapi untungnya saya lebih sering dinas luar kantor, di tempat lama ini lah saya untuk pertama kalinya bisa keliling Indonesia, dari sumatera hingga maluku (papua saja yang blom), tentu saja keliling Indonesia untuk dinas (baca:jalan-jalan) merekrut pegawai di cabang-cabang. Rata-rata tiap bulan 2-3 kali saya dinas luar, dengan jangka waktu dari januari 2010 hingga april 2011.

Per mei 2011, sayapun pindah ke tempat kerja baru, PNM bagian rekrutmen divisi SDM, dengan pekerjaan yang mirip-mirip dengan tempat yang lama, rekrutmen juga. Tapi yang berbeda adalah saya bisa masuk dan bangun lebih siang karena disini saya masuk jam setengah 9. karena masuk yang lebih siang, otomatis pulangnya agak sore, jam setengah 6 TEPAT alias Tenggo (teng langsung go). Dari sisi load pekerjaan, lebih ringan dari tempat lama, kenapa lebih ringan? Entah lah, mungkin karena BUMN jadi dari sisi tuntutan pekerjaan tidak seketat di tempat lama yang notabene perusahaan swasta.

Alhamdulillah, bagi saya pribadi, Saya bersyukur, karena di tempat yang baru ini, setidaknya saya bisa lebih focus dalam mengisi aktivitas di bulan ramadhan tanpa dibebani dengan load pekerjaan yang menumpuk. Walau terkadang saya rindu bisa melanglang buana keliling Indonesia seperti dulu

Sederhana

Bismillah.

Dari informasi yang dulu pernah saya dapatkan ketika kuliah, seseorang dianggap cerdas ketika Usia Mentalnya (MA – Mental Age) lebih tinggi dari usia sebenarnya (CA – Chronologicall Age), jadi sederhananya begini, Usia si anak misalkan 7 tahun, tapi dia telah mampu melakukan pekerjaan ataupun memiliki pengetahuan dari seorang anak berusia 9 tahun, berarti anak tersebut secara mental lebih dewasa 2 tahun dibanding anak-anak seusianya. Dengan kata lain semakin kompleks cara berpikirnya dibanding anak-anak seusianya, semakin dianggap cerdas anak tersebut

Kompleksitas, kerumitan, menjadi tolok ukur perkembangan kecerdasan seseorang, semakin rumit dan kompleks cara berpikirnya, semakin dianggap cerdaslah ia. Lazimnya ini yang dipahami oleh sebagian besar orang. Begitu pula dengan saya, pernah suatu kali saya membaca tulisan saya ketika SMA dan membandingkannya dengan tulisan saya ketika kuliah. Alhasil adalah, saya tersenyum, kata-kata yang digunakan sederhana, idiomnya pun tak ada, frase antar kalimat juga biasa saja. Wah, kalau bikin proposal penelitian atau makalah seperti ini, bisa-bisa gak bakal tembus sama dosen.

Dikarenakan perkembangan pola berpikir manusia menjadi lebih cerdas (baca:kompleks) membuat seorang menjadi lebih kritis dan berhati-hati. Pertanyaan-pertanyaan muncul tatkala ada sesuatu yang dirasakan menggelitik logikanya, kenapa seperti ini? Kenapa gak seperti itu? Kenapa harus begini? Dan berbagai pertanyaan lainnya. Tak jarang, pertanyaan itu muncul bukan karena ada hal yang janggal dan hendak ditanyakan, tapi karena excuse (alasan) agar dapat terhindar dari hal-hal yang kurang disukainya. Contohnya seperti ini, ada seorang perempuan yang dibilang pakar dalam dunianya, ya terlihat dari gelar akademisnya yang berderet di depan dan di belakang namanya. Dia beralasan, “jilbab itu bukanlah tuntunan syariah, tapi hanya sebagai budaya orang arab. Terlihat dari bukti sosiologis dan cultural. Dan bukti bla.. bla..bla” (maaf, sepertinya gak terlalu penting dibahas), entah memang karena motif akademis atau karena memang gak suka pake jilbab, who know?. Sehingga bisa dibilang, kekompleksitasan berpikir manusia terkadang membuat sekat pada suatu yang dogmatis contohnya ajaran agama.

Ajaran agama, khususnya islam, memang kental dengan nuansa dogmatis, tapi islam tidak alergi dengan diskusi ataupun kritikan. Telah banyak bukti yang membenarkan hal ini, bahwa islam sejalan dengan sains dan teknologi serta akal budi manusia. Buktinya? Dilain kesempatan mungkin bisa kita bahas lebih jauh nantinya, tapi yang jelas saking ribet dan kompleksnya berpikir manusia, untuk sholat saja seseorang masih berpikir untung ruginya, untuk zakat saja masih berpikir “nanti gw bakal miskin kagak nih?”, dan berbagai alasan serta pertanyaan ketika diminta menjalankan ajaran islam.

Sayapun berpikir, mungkin orang badui lebih baik dari saya. Ketika rasul ditanya oleh orang badui, apa itu islam, Rasul pun menjawabnya dengan 5 rukun Islam, lalu si badui pun berkata “demi Allah, saya tidak akan menambahkan atau mengurangi dari 5 hal itu” dan badui itupun berlalu. Rasul pun bersabda kepada para sahabat “sesungguhnya ia adalah ahlul Jannah, bila ia benar-benar melaksanakan apa yang dikatakannya tadi”. Kitapun bisa melihat bahwa cara berpikir sederhana dari si badui membuat ia digolongkan ahlul jannah, berbeda dengan kita yang ‘cerdas’ sehingga ada saja alasan ketika diminta menjalankan perintah Allah dan Rasulnya.

Kompleksitas berpikir manusia dan kerumitan di dalamnya terkadang membuat sekat dengan perintah Allah dan Rasulnya. Sekat yang hanya bisa ditundukkan dengan hati yang ikhlas dan ridho terhadap apa yang diminta sang khalik serta rasulnya. Karena setinggi-tingginya akal manusia, takkan bisa memahami hikmah dan rahasia dibalik perintah sang pencipta. Hikmah dan rahasia yang hanya bisa dipahami lewat mata hati yang jernih dan ikhlas.

Wallahu alam

Friday, 12 August 2011

Hai, Apa Kabar..!

Bismillah.
Tak terasa, sudah hampir setahun lebih sejak terakhir kali saya memposting tulisan di ‘rumah’ maya ini (terakhir kali tanggal 16 Mei 2010 kalau tidak salah). Nampaknya rumah ini kian mendekat untuk menjadi apa yang disebut banyak netter sebagai ‘sampah’ dunia digital. Hm.. tapi tidak, sayang sekali bila benar-benar menjadi sampah, karena sudah banyak kenangan dan rekam jejak memory saya di dalam blog ini.

Oke, kabar saya baik-baik saja (lah emang ada yang nanya?), status masih single, dan masih tinggal di bekasi. Sudah hampir tiga bulan saya bekerja di kantor yang baru di daerah sudirman. Perusahaan milik Negara yang bergerak di bidang pembiayaan mikro. Tugas saya disana sebagai seorang rekruter, dengan kata lain pekerjaan saya berhubungan dengan alat tes psikologi dan manajemen serta strategi rekrutmen pegawai.

Mungkin sekian dulu informasi singkat tentang kabar saya (halah..), saya pamit dulu, mau ifthor bareng sama orang kantor..

Wassalamualaikum