Friday 1 August 2008

Teruntuk Kawan Seperjuangan, Harapan itu (ternyata) Masih Ada...

Entahlah kawan mungkin apa yang selama ini kau katakan benar. Hidup itu sangat hina tuk dimuliakan jika kau tak tahu mana yang benar. Sehingga seringkali kau katakan hidup tuk kebenaran. Tak cukup hanya itu, hidup hanya untuk mereka yang berani menghadapinya dengan kebenaran di hati. Dan kini, mungkin ku telah menemukan arti kebenaran dari ucapanmu itu.

Ya kawan, hidup hanya butuh keberanian dan kebenaran.  Karena bila melihat fakta yang kini terjadi mungkin ku akan berpikiran sama denganmu, mengakhirinya saja dan selesai sampai disini. Tak ada pihak yang dirugikan bahkan terdzolimi. Apa lagi yang perlu kau perjuangkan? Setelah kau lihat kenyataan tak ubahnya seonggok daging busuk yang harus kau makan. Itulah fakta, itulah kenyataan, dunia yang penuh kekacauan, serba sulit, dan tidak satupun menawarkan kenikmatan. Kalaupun kenikmatan yang ditawarkan hanya sekedar memuaskan dahaga sesaat dan diteruskan dengan rasa haus berkepanjangan.

Ah kawan, lama ku mencari dan kini ku menemukannya. Sesuatu yang membuat hidupku lebih hidup. Yang dapat membuatku bertahan dari hinanya dunia. Kawan, sesuatu itu adalah harapan yang selama ini kudambakan. Dan mungkin kau dambakan pula. Yah, sesuatu yang dapat mengubah bobroknya tatanan duniawi menjadi kemuliaan hakiki. Benar kawan, kemuliaan itu adalah bangkitnya kembali kejayaan. Setelah 14 abad lamanya tertidur pulas dibawah rezim tiran.

Mari kawan, kita songsong kejayaan Islam. Karena ia hanya membutuhkan kebenaran tuk menjemputnya dan keberanian tuk menyongsongnya. Seperti yang selama ini kau katakan. Cukup dengan kebenaran dan keberanian. Kebenaran bahwa bangkitnya ia tinggal menunggu waktu, tergantung seberapa lama kau menyadarinya. Kalau kau sadar bahwa kejayaannya tak kan pernah muncul sebelum terjadinya pertempuran di medan perang, maka kau harus segera mewujudkannya. Berusaha menjadi bagian dari proses percepatan itu. Caranya?? Kau mungkin lebih tahu kawan. Peperangan takkan terjadi sebelum jamaah subuh kaum muslimin menyamai atau bahkan melebihi jamaah sholat jumat. Yang membuatku berani berkata pada diriku “wahai diri, jangan pernah kau menjadi penghambat bangkitnya kejayaan islam, atau kau lebih baik mati terkubur dalam tanah yang dingin” hingga membuatku tak pernah sekalipun berpikir tuk meninggalkan kewajiban sholat subuh berjamaah.

Lalu? Bagaimana ketika perang telah datang? Sekarang saatnya keberanian berbicara kawan. Sudah saatnya mengakhiri penderitaan di dunia ini dengan menyongsong syahid di jalanNya. Ah, indahnya dunia dan mulianya akhirat jika dapat bertemu denganNya melalui jalan ini. Syahid fiisabililillah. Subhanalloh.. kalaupun Ia -Pemilik Langit dan Bumi- belum memperkenankan ku tuk syahid, setidaknya ku dapat melihat secercah cahaya, bahwa harapan itu masih ada. Kejayaan Islam yang selama ini membuatku terus hidup menyongsong dunia dengan kebenaran dan keberanian.

-Teruntuk kawan seperjuangan, semoga kita tetap dipersaudarakan di dunia dan di akhirat-

 
 

3 comments: