Monday, 4 August 2008

Kebaikan adalah apa yang sudah dipilihkan Alloh Subhanahu wata'ala

Kebaikan adalah apa yang sudah dipilihkan Alloh Subhanahu wata'ala

Syekh Abdul Qadir Al Jailani
Jangan kau pilih [berikhtiar sendiri] meraup segala kenikmatan, ataupun menangkis segala kesialan bencana. Jika memang bagianmu, nikmat akan datang sendiri kepadamu, meski kau memustahilkan atau membencinya. Dan bencana jika memang sudah menjadi bagianmu tetap akan menimpamu juga, baik kau membenci dan berusaha menolaknya dengan bermacam doa ataupun bersabar dan mengerahkan kemampuan diri menggapai ridha Allah SWT.

Akan tetapi, serahkan semua pada Allah. Biarlah DIA Bertindak apapun atas dirimu. Jika memang berupa kenikmatan, maka syukurilah. Dan jika berbentuk bencana, maka sibukkanlah diri dengan penyabaran diri atau bersabar, atau coba terima saja dengan segala keridhaan atau menikmatinya. Bersikaplah ada dan tiada di dalamnya sebesar kemampuan hal yang telah diberikanNya kepadamu, sehingga kau pun akan bergerak di dalamnya dan berjalan menyusuri stasiun-stasiun menuju Allah SWT, yang sudah diperintahkan untuk kau taati dan kau setiai, meski harus menempuh padang sahara dan rimba belantara menuju maqamat untuk bisa sampai pada Ar Rafiq Al A’la, Allah SWT.

Dalam kondisi demikian, kau pun akan ditempatkanNya di maqam yang telah dicapai dan dilalui oleh kaum Shiddiqin, para Syahid dan kaum Shaleh, yaitu kedekatan dengan Sang Al ‚Aliy Al A’la, Allah SWT, agar kau bisa melihat maqam orang-orang yang telah mendahuluimu menghadap dan mendekat pada Sang Maharaja, serta mendapatkan segala kenyamanan, kesenangan, keamanan, kehormatan, dan segala bentuk kenikmatan di sisiNya.

Biarkanlah bencana menyambangimu dan kosongkanlah jalannya. Jangan kau rintangi perjalanannya dengan doa. Jangan merasa gundah atas kedatangan dan penghampirannya. Toh apinya tak mengerikan daripada kobaran api neraka dan jilatannya. Telah diriwayatkan sebuah kabar dari manusia terbaik dan orang terbaik yang beranjangkan bumi dan berselimutkan langit, Muhammad SAW,“sungguh, api neraka akan berseru kepada orang Mukmin : hai orang Mukmin, cepatlah berlalu karena cahayamu memadamkan bara apiku.“
Bukanlah cahaya seorang Mukmin yang mampu memadamkan bara api neraka itu, melainkan cahaya yang menyertainya di dunia ini, yang membedakannya di antara orang yang patuh dan durhaka. Karena itu, biarkanlah cahaya ini yang memadamkan korban bencana, dan biarkanlah dingin kesabaran dan kepatuhanmu kepada Allah yang memadamkan panas sesuatu yang menimpa dan mendekatimu.

Bencana yang menimpamu tidak untuk membinasakanmu, akan tetapi untuk mengujimu, membuktikan keshahihan imanmu, menguatkan pilar-pilar keyakinanmu, dan secara rahasia memberikan kabar gembira akan kebanggaan Allah SWT atas dirimu. Allah SWT Berfirman : “Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kalian agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antaramu; dan agar Kami nyatakan hal ihwal kalian.“ [QS Muhammad (47) : 31]

Jika memang kau telah kokoh bersama Tuhanmu dengan keimananmu, lalu kau setujui TindakanNya dengan keyakinanmu dan semua ini berkat taufik pertolongan, anugerah dan kemurahanNya, maka jadilah kau ketika itu sebagai orang yang sabar, akur, lagi pasrah diri. Jangan sampai terjadi dalam dirimu, juga oleh selainmu suatu tindakan yang keluar dari perintah dan larangan. Jika perintahNya datang, maka ikutilah (dengan seksama) dan segeralah melaksanakannya, juga terapkan dan teguhkan. Bertindaklah dan jangan hanya diam. Jangan bersikap pasif dihadapan Takdir dan Tindakan (Allah), akan tetapi curahkanlah seluruh upaya dan kemampuanmu untuk melaksanakan perintah tersebut.

Jika kau tidak mampu melaksanakannya, segeralah kau bersimpuh dan memohon perlindungan pada Allah SWT. Tujulah Dia, lalu bersimpuh dan mohonlah maaf kepadaNya. Teliti sebab-sebab ketidakmampuanmu melaksanakan perintahNya, juga keterhalanganmu untuk berkemuliaan dengan menaatiNya. Mungkin saja hal itu dikarenakan rasa putus asamu dalam berdoa dan kebertumpuan dirimu hanya pada daya dan kekuatanmu sendiri, keujubanmu atas ilmu yang kau miliki, juga penyekutuanNya dengan dirimu dan makhlukNya. Sehingga Dia pun memalangi pintuNya memakzulkanmu dari ketaatan dan khidmat pelayananNya, memutus aliran taufikNya padamu, memalingkan WajahNya yang mulia darimu, murka dan marah besar padamu, serta menyibukkanmu dengan menimpakan bala, dunia, hawa nafsu, kehendak dan ambisi keinginan.

Tak tahukah kau, bahwa hal inilah yang membuatmu lupa akan Tuhanmu serta menjatuhkanmu dari pandangan Zat yang telah menciptakan dan mengasuhmu, lalu mengaruniakanmu segala anugerah, dan mencintaimu.

Awas ! jangan sampai kau berpaling dari Allah SWT Junjunganmu, karena selainNya. Segala sesuatu selain Allah SWT Junjunganmu adalah selainNya, maka jangan utamakan sesuatu selain Allah di atas Dia, sebab Dia menciptakanmu semata-mata untuk beribadah kepadaNya. Janganlah zalimi dirimu dengan bersibuk dengan selainNya hingga melupakan perintahNya, niscaya Dia akan memasukkanmu ke dalam api nerakaNya, yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan bebatuan, lalu kau pun pasti akan menyesal, namun sesalmu kala itu sudah tidak berguna lagi. Kau pasti juga akan memohon maaf, namun permohonan maafmu sudah tidak diterima lagi ketika itu. Kau menangis meminta pertolongan, namun takkan ada pertolongan lagi di sana. Kau minta keletihan, namun tak diletihkan. Juga kau minta dikembalikan ke dunia lagi untuk menebus kesalahanmu dan berbuat keshalehan, namun kau tak akan dikembalikan.

Kasihani dan sayangilah dirimu. Gunakanlah segala sarana dan prasaran yang telah diberikanNya kepadamu untuk menaati Allah SWT Junjunganmu, berupa akal, iman, makrifat, dan ilmu sebagai penerangan di tengah gulita Takdir-takdir. Pegang teguhlah perintah dan larangan Allah, dan berjalanlah dengan keduanya di jalan Tuhanmu. Serahkan segala sesuatu selain keduanya [perintah dan larangan] pada Zat yang telah menciptakan dan mengadakanmu [dari ketiadaan]. Jangan sekali-kali kau ingkari [kufuri] Zat yang telah menciptakanmu dari debu dan mengasuhmu, lalu dari setetes mani dijadikanNya kau seorang manusia sempurna, lalu dari setetes mani dijadikanNya engkau seorang manusia sempurna. Janganlah menghendaki yang bukan perintahNya, dan jangan benci selain laranganNya.

Puaslah dengan kehendak ini di dunia dan akhirat. Dan bencilah sesuatu yang membenci kehendak ini di dalam keduanya [dunia dan akhirat], sebab segala keinginan ikut dengan kehendak ini, begitu juga segala kebencian mengikuti hal yang dibenci oleh kehendak ini.

Jika kau bersama perintahNya, maka semestapun berada dalam perintahmu. Dan jika kau membenci laranganNya, maka larilah segala hal yang tidak diinginkan dari dirimu dimanapun kau berada dan menempat.

Allah Berfirman dalam Hadist Qudsi : “Wahai anak turun Adam, Akulah Allah, tak ada ilah [sesembahan] selain Aku. Aku hanya cukup mengatakan pada sesuatu “jadilah !“, maka ia un akan mewujud jadi. Taatilah Aku, niscaya akan Ku jadikan kau mampu mengucapkan pada sesuatu “jadilah !“, lalu ia pun jadi seketika.“
FirmanNya lagi : “hai dunia, barangsiapa yang berkhidmat melayaniKu, maka layanilah ia. Dan barangsiapa yang berkhidmat melayanimu, maka letihkanlah ia.“ Dengan perkataan lain : “Layanilah orang yang melayaniKu danperbudaklah orang yang melayanimu.“

Jika datang laranganNya, maka berlakulah kau seperti orang yang lunglai sendi-sendi tulangnya, lemah fisiknya, remuk hatinya, terbelenggu lengannya, hendak mati rasa badannya, lenyap hawa nafsunya, dan kehilangan rusum [sifat-sifat kemanusiaan]. Juga laksana peninggalan yang terlupakan, pelataran yang gelap dan tak terurus, gedung yang nyaris roboh, rumah yang kosong tanpa penghuni, singgasana yang roboh, tanpa rasa dan tanpa jejak. Berlakulah pula seolah-olah pendengaranmu bak orang yang tuli bawaan, penglihatanmu laksana orang yang sedang terkena radang mata atau yang buta sejak lahir, seakan-akan kedua bibirmu bak penuh bengkak nan luka, seakan-akan lidahmu bisu dan kasar, seakan-akan gigimu bernanah penuh nyeri dan tanggal, seakan-akan kedua tanganmu lumpuh dan tak kuasa memegang sesuatupun, seakan-akan kakimu gemetar dan penuh luka, seakan-akan perutmu kekenyangan dan tak mampu menampung makanan lagi, seakan-akan akalmu gila dan tak waras, dan seakan-akan tubuhmu mayat yang tengah dipikul menuju kubur.

Dengan kata lain, bersegeralah mendengar dan bergerak dalam menyikapi perintah, janganlah bermalas-malasan dan tanpa bergairah dalam menghadapi larangan, dan berlakulah seperti orang yang di ambang kematian, kerentaan, dan kebinasaan saat menghadapi Takdir.

Teguklah minuman ini, berobatlah dengan ramuan ini, bersantaplah dengan menu makanan ini, niscaya atas ijin Allah SWT kau akan sembuh dan terbebas dari segala penyakit dosa dan virus hawa keinginan. Insya Allah...

No comments:

Post a Comment